Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 2 - 2

Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 2 - 2


"Melakukan derma untuk Kara..." Oopss! Hampir saja keceplosan. "... Untuk Dang." Kadesurang buru-buru meralat.

"Demi apa?"

"Karena dia kan meninggal dunia."

"Bicaramu aneh sekali. Untuk siapa?"

"Untuk Dang. Tidak aneh kok."

Kadesurang berusaha menghindar, tapi Por Date terus mencegahnya. Dia masih merasa aneh dengan cara bicara Kade yang tidak jelas.

"Tadi aneh, sekarang tidak jelas. Lain kali pasti gila." Nyinyir Kadesurang.

"Cara bicaramu tidak seperti orang sini. Siapa kau?" Tanya Por Date curiga.


Kadesurang tegang mendengar pertanyaannya. Dia berusaha mengutarakan alasan, tapi ujung-ujungnya malah semakin bingung antara memakai tata bahasa modern dan tata bahasa kuno yang jelas saja membuat Por Date jadi semakin curiga.

Por Date bahkan langsung mencengkeramnya kuat-kuat dan menuntut bahasa apa yang dia gunakan itu. "Katakan padaku! Kau siapa?! Kau siapa?!"

"Sakit! Aku Karakade!"

"Bohong!" Kesal Por Date lalu mendorong Kadesurang ke tiang.

"Pria macam apa yang sekejam ini?!"


Kadesurang langsung pasang kuda-kuda dan mengancam Por Date untuk tidak mendekat. Dia benar-benar akan melawannya kalau Por Date sampai berani macam-macam.

Por Date makin heran melihat tingkahnya, dia sudah gila rupanya. Bagaimana bisa wanita melawan pria? Belum pernah dia melihat hal semacam itu.

"Memangnya kenapa? Pria dan wanita sama-sama manusia!" Isak Kadesurang. Dia tampak benar-benar tampak sangat ketakutan yang tiba-tiba membuat Por Date mulai melunak padanya.

Melihat kesempatan, Kadesurang langsung kabur tanpa mempedulikan protesnya Por Date lagi. Dan begitu kembali ke kamar, dia langsung menangis.


Khun Ying baru saja selesai sembahyang, tapi ia tadi mendengar suara-suara pertengkaran mereka. Khun Ying heran apa yang sebenarnya terjadi barusan. Apa yang dia bicarakan dengan Karakade tadi? Ada masalah apa sampai dia teriak-teriak?

"Dia aneh."

"Oh! Kau baru tahu? Semua pelayan juga sudah tahu. Benar, kan? Nang Prik, Nang Juang?"

"Ya, jao ka." Ujar Prik dan Juang kompak.


Puas meluapkan kesedihannya, Kade dengan cepat menghapus air matanya lalu mulai tanya-tanya tentang dunia yang di tinggalinya ini.

Ini Kerajaan Ayutthaya? Siapa nama King-nya? Pfft! Dia benar-benar pakai kata Bahasa Inggris yang jelas saja membuat duo pelayan saling berpandangan bingung. Kade bilang apa?

"Maksudku 'Nai Luang' (Raja - pengucapan modern). Siapa namanya?"

"Oh, maksudnya Khun Luang?"

"Katakan dulu siapa namanya."

"Khun Luang Narai, jao ka."

Kalau begitu, ini tahun berapa yah? Kadesurang langsung sibuk menghitung perkiraan tahun sambil mengingat-ingat nama-nama dan tahun kekuasaan raja-raja sebelum Raja Narai berkuasa... yang jelas saja membuat kedua pelayan makin melongo kebingungan.

Mungkin mengira nonanya sedang tidak waras, Pin cepat-cepat memintanya untuk istirahat saja sekarang.


"Bagaimana bisa? Aku belum gosok gigi."

Duo pelayan bingung. "Anda harus gosok gigi sebelum tidur, jao ka?"

"Tentu saja. Bisakah kau ambilkan aku sikat gigi?" Tapi begitu melihat kebingungan kedua pelayan, Kadesurang buru-buru meralat. "Maksudku siwak."

(Err... aku nggak tahu itu apaan sebenarnya. Pokoknya mirip2 siwak gitu deh).

Saat Kade mulai menyikat giginya, Pin berkomentar heran karena baru kali ini dia melihat ada orang sikat gigi sebelum tidur.

"Nih, ada. Tuh, lihat." Kata Kadesurang sambil menampilkan deretan gigi putihnya. "P'Pin, P'Yam. Kalian cantik loh."

Pin dan Yam sontak nyengir bahagia, memperlihatkan deretan gigi hitam mereka yang lucu. (Giginya para pelayan dihitemin gitu, jadi kalau nyengir kelihatan lucu) Ketiga wanita itu sontak cekikikan gembira dan suaranya kedengaran sampai kamarnya Por Date.


Tepat saat Kadesurang membuang air kumurnya lewat jendela, dia malah memergoki Por Date sedang mengintipnya. Pfft! Malunya. Por Date langsung menunduk sambil pura-pura baca buku.

Kadesurang jelas bingung. Dia sengaja mundur sebentar lalu secepat kilat melongok ke jendela lagi dan lagi-lagi dia mendapati Por Date lagi ngintip. Wkwkwk! Malu banget pastinya si Por Date.


Malas mempedulikannya lagi, Kadesurang kembali melakukan kegiatan sikat giginya sambil bercanda tawa dengan kedua pelayannya dan mengomentari gigi hitam mereka yang cantik. Dia juga ingin punya gigi hitam.

"Nona juga cantik, jao ka."

"Kuakui itu."

"Tapi kalau gigi nona hitam, pasti lebih cantik, jao ka." Mereka asyik banget bercanda tawa sambil cekikikan keras-keras yang membuat Por Date jadi semakin kesal.


Sebelum berbaring di ranjangnya, Kadesurang tak lupa sembahyang terlebih dulu. Tapi dia sulit memejamkan mata karena merindukan ibu dan neneknya, teringat bagaimana dulu dia dan keluarganya selalu melakukan derma pada biksu, dan dia selalu merasa bahagia setiap kali melakukan itu.


Dia terbangun subuh-subuh saat mendengar suara kokok ayam. Memutuskan untuk menerima keadaannya yang sekarang, Kadesurang pun beranjak bangun lalu sikat gigi.

Tepat saat dia membuang air kumurnya, lagi-lagi dia melihat Por Date yang juga sedang sikat gigi. Por Date langsung antusias mau mengintipnya lagi, tapi Kadesurang langsung menutup jendelanya.

Bingung melihat nonanya menutup jendela, Yam santai saja membukanya lagi... dan mendapati Por Date lagi ngintip. Pfft!

Malu, Por Date cepat-cepat memalingkan muka dan melanjutkan acara sikat giginya.

Yam langsung melaporkan hal itu ke Pin dan jelas saja kedua pelayan senang mengetahui Por Date diam-diam mengintip nona mereka.


Setelah Kadesurang selesai berpakaian sendiri, Yam masih memeriksa tatanan bajunya dan mengeratkan ikatan roknya yang agak longgar. Kadesurang sebal banget dibuatnya.

"Bagaimana aku bisa jalan? Memalukan sekali." Gerutu Kadesurang.

Di ruang tengah, ia mendapati Khun Ying Jumpa beserta kedua pelayan pribadinya sedang mempersiapkan derma pagi untuk biksu.

"Apa anda akan berderma?" Tanyanya antusias sambil berdiri di hadapan Khun Ying yang jelas saja langsung diprotes lagi oleh Khun Ying Jumpa.

Duo pelayan sampai harus menarik-narik roknya dan mengisyaratkannya untuk menunduk.

Oops! Lupa. Kadesurang langsung duduk dan berterima kasih dengan sopan pada kedua pelayannya. "Terima kasih sudah memperingatkanku, P'."


Khun Ying Jumpa heran mendengarnya. Dia memanggil kedua pelayannya dengan sebutan apa?

Canggung, Kadesurang berusaha menghindari pertanyaan itu dengan mengalihkan topik. Tapi Khun Ying Jumpa terus menuntutnya untuk menjawab.

"Itu... saya memanggil mereka P'Pin dan P'Yam."

"P'Pin dan P'Yam?" Heran Khun Ying Jumpa.

"P'Pin dan P'Yam?!" Gaung kedua pelayan pribadi Khun Ying Jumpa... yang sontak mendapat pelototan tajam dari nyonya mereka.

"Iya. Mereka sudah menjaga saya dengan baik, jadi saya memanggil mereka P' agar mereka senang."


Khun Ying lebih heran lagi mendengar bahasanya yang rada aneh. Berusaha mengalihkan topik, dia cepat-cepat mengambil bunga lotus lalu mulai melipat-lipat kelopak bunganya.

Sebuah kegiatan yang kontan membuatnya bersedih karena mengingatkannya akan kenangan indahnya bersama neneknya yang dulu mengajarinya melipat bunga lotus.


Dia santai saja melipat-lipat bunga lotus itu sambil melamun, sama sekali tidak menyadari semua orang sedang menatapnya sambil melongo keheranan karena melihatnya mendadak ahli melipat bunga lotus.

"Kau tahu bagaimana cara melakukannya?" Heran Khun Ying Jumpa.

"Iya. Bolehkah saya melakukan derma bersama anda?" Pinta Kadesurang dengan wajah melas dan penuh harap.


Khun Ying Jumpa tak menjawab. Tapi saat matahari terbit, Karakade sudah duduk di dok bersama yang lain sambil menata bunga-bunga lotus yang akan mereka dermakan pada biksu nantinya.

Walaupun Khun Ying masih jutek padanya, tapi ia tetap melibatkan Kadesurang dalam semua kegiatan derma pagi itu. Ia bahkan meletakkan tangan Kadesurang di pangkuannya saat ia menuangkan air suci.

Sebuah tindakan yang kontan membuat Kadesurang termenung sedih, teringat akan keluarganya dan bagaimana dulu neneknya juga pernah menaruh tangan Kadesurang di pangkuan Nenek saat Nenek menuang air suci.

 

Setelah selesai, Kadesurang tanya apakah biasanya mereka hanya memberikan 5 derma. Khun Ying Jumpa berkata bahwa itu karena hari ini bukan hari Buddha. Saat hari Buddha nanti, mereka akan pergi ke kuil untuk melakukan derma dan berdoa.

"Bolehkan saya ikut, jao ka? Saya juga ingin berderma." Pinta Kadesurang antusias.

Tapi Khun Ying malah melempar tatapan sengit gara-gara Kadesurang berdiri sejajar dengannya. Tapi begitu Kadesurang mundur selangkah, Khun Ying Jumpa berbaik hati mengizinkannya ikut. Tapi ia memperingatkan bahwa Kadesurang tidak boleh membawa kedua pelayan pribadinya.

"Lalu hari ini kita akan pergi ke mana?" Tanya Kadesurang antusias.

"Masih beberapa hari lagi sebelum hari Buddha."

 

"Kalau begitu, apa saya boleh ke pasar?" Kadesurang santai saja senderan di pagar, tapi Khun Ying Jumpa langsung melempar tatapan tajam padanya.

"Pergilah kalau kau mau. Tapi perilaku seperti ini, namanya tidak sopan. Cuma orang-orang yang tidak pernah dididik oleh orang tuanya yang melakukan hal itu. Menjijikkan."

Canggung, Kadesurang buru-buru melepaskan dirinya dari pagar sambil menepok jidatnya.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

4 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam