Sinopsis King is Not Easy Episode 3

Sinopsis King is Not Easy Episode 3



Da Xi malas mendengarkan laporan si menteri dan asal saja bilang kalau sarannya tidak bagus hanya dengan alasan muka si menteri jelek.

Menteri kedua maju dan kali ini dia masih muda dan tampan. Da Xi langsung berbinar-binar melihat si ganteng itu.

Dia melaporkan adanya pemberontak di kawasan utara dan karenanya dia meminta pendapat Raja akan apa yang harus mereka lakukan.

Da Xi bahkan tidak mendengarkan omongannya dan asal saja bilang, "Bagus! Bagus! Anak muda, siapa namamu? Berapa umurmu? Apa kau sudah menikah?"

"Saya 32 tahun dan istri saya dipilihkan oleh Yang Mulia sendiri. Apakah Raja menginginkan sesuatu dari kami?"

Da Xi kecewa, "Sudah menikah? Dan itu karena aku... sayang sekali."

Menteri jafi cemas mengira kalau Raja mungkin menyesal sudah menjodohkannya dengan istrinya. Jangan-jangan Raja mau memisahkan mereka? Haruskah dia melepaskan jabatannya saja lalu pulang kampung dan hidup sederhana beberapa waktu?

"Bukankah Raja biasanya punya standar yang tinggi, kenapa dia tertarik pada Wan Er (istrinya)? Aku harus bagaimana? Aku harus bagaimana?" Batin Menteri galau. Parahnya lagi, Raja tampak mengedip-ngedip penuh arti padanya.


Setelah apel pagi selesai, seorang menteri melaporkan sikap Raja tadi pada Ibu Suri. Bagaimana Raja tadi mengacuhkan kekhawatirkan para pejabat dan hanya memuji beberapa orang yang disukainya saja. Ditambah lagi, sudah dua hari Raja melewatkan memorial.

Ibu Suri sontak menggebrak meja dengan penuh amarah, kesombongan Raja sudah semakin parah saja belakangan ini. Saat itu juga, Ibu Suri pergi mendatangi kamarnya Raja.


Saat dia tiba di sana, Da Xi malah sedang keenakan tidur. Shen Jia berusaha membangunkannya, tapi Da Xi tidak bangun-bangun. Terpaksa dia harus berteriak mengumumkan kedatangan Ibu Suri untuk membangunkannya.

Tanpa basa-basi, Ibu Suri mengkritiki sikap Da Xi dalam acara rapat yang terlalu memihak beberapa orang tadi. Itu sikap yang tidak bisa diterima.

"Pejabat tadi tua dan jelek, melihatnya saja aku sebel." Gerutu Da Xi.

"Ji Man! Orang-orang itu adalah pejabat istana bukan harem-mu. Tugas mereka adalah menangani masalah politik dan membantu pemerintahanmu. Mereka bukan selirmu, penampilan mereka tidak penting."

Merasa dirinya terlalu lunak dalam menghadapi kelakuan Ji Man, Ibu Suri memutuskan untuk menghukum Ji Man dengan menyuruh para pengawal untuk mengurung Ji Man di ruang leluhur dan tidak boleh ada seorang pun yang boleh mengunjunginya tanpa seizin Ibu Suri.


Sementara itu, Ji Man diseret para pelayan ke pinggir kolam dan menuntutnya untuk memasakkan akar lotus lagi mumpung Nyonya Feng sedang tidak ada di tempat. Mereka bahkan sudah menyiapkan bahan-bahannya dan perapian.

Ji Man tentu saja bingung, tapi terpaksa dia melakukannya sambil menggerutu kesal dalam hati. Dia benar-benar tak tahu bagaimana melakukan segalanya dengan benar, dia bahkan kesulitan menyalakan api dari gesekan dua batu padahal selama ini dia kira melakukan hal itu sangat mudah.

Setelah menggeseknya berulang kali, akhirnya dia berhasil juga memercikkan api dan mulai memanggang akar lotusnya. Tapi kemudian, dengan santainya dia menyiramkan minyak langsung di atas api.


Jelas saja api berkobar hebat. Ji Man refleks melemparkan akar lotusnya ke dalam api dan melompat mundur. An An kesal, ada apa sih dengan Da Xi? Dia bisa memasaknya atau tidak sih?

"Maaf, aku sedang tidak enak badan. Aku akan membuatkannya untuk kalian lain hari."

An An cuma bisa menahan kesal. Tapi tiba-tiba dia melihat bajunya Da Xi terbakar. Panik, Ji Man langsung melompat ke dalam kolam.


Shen Jia mengantarkan Da Xi ke ruang leluhur dengan membawakan banyak sekali gulungan dokumen dan mengingatkan Da Xi kalau dia tidak boleh makan ataupun tidur sebelum dia menyelesaikan semua dokumen ini.

"Saya akan berjaga di luar, panggil saja saya jika anda membutuhkan sesuatu." Kata Shen Jia lalu buru-buru keluar.


Ji Man sedang mengepel jalan. Tapi saking cerobohnya, dia malah tak sengaja menubruk timba air sampai airnya tumpah.

Lalu saat dia sedang membawa seember piring, tak sengaja dia menjatuhkan semuanya sampai pecah. Dia ketahuan Nyonya Feng kali ini dan jelas saja dia langsung diomeli habis-habisan. Ji Man santai saja meminta maaf dan berjanji akan berhati-hati lain kali.


Da Xi galau tak tahu apa yang harus dilakukannya dengan semua dokumen itu. "Aku tak mengerti sedikitpun. Jangan bilang kalau aku akan terkurung di sini sepanjang sisa hidupku. Lagian para leluhur itu kan bukan leluhurku. Kalau aku mati di sini, takkan ada yang tahu siapa aku. Itu bisa kacau. Aku harus bagaimana?"

Ah! Tiba-tiba Da Xi punya ide bagus lalu memanggil Shen Jia. Dengan alasan ketakutan sendirian di sini, dia meminta Shen Jia untuk membawakan dayang istana kemari untuk menemaninya.

"Jauh lebih mudah bekerja dekat wanita cantik. Dengan begitu, aku bisa menyelesaikannya lebih cepat dan segera kembali."

"Yang Mulia, dayang istana mana yang anda inginkan?"

"Da Xi. Nona Da Xi."


Kecapekan, Ji Man pun istirahat di bawah pohon. Tapi para dayang yang lain, tiba-tiba datang bergerombol dan terang-terangan menggosip tentang dirinya dengan lantang.

Tentang perubahan sikap Da Xi belakangan ini yang jadi semakin menyebalkan. Apalagi dia sering memecahkan barang-barang dan kena masalah. Dia bahkan tidak tahu apa itu kain penutup d~~a dan bagaimana cara menggunakannya.

"Kenapa dia bersikap sangat aneh? Apa dia kerasukan?"

"Tutup mulutmu!" Kesal Ji Man. "Kalian punya hak apa untuk mengkritikku?"


Tepat saat itu juga, Ni Chang lewat dan hampir terpleset gara-gara air jalan yang masih basah. Ni Chang langsung kesal, siapa yang membersihkan jalan ini? Para dayang sontak mundur memperlihatkan Ji Man sebagai pelakunya.

Ji Man jelas tak nyaman saat harus menyapa Ni Chang dengan sebutan 'Yang Mulia', tapi terpaksa tetap melakukannya dan mengklaim kalau dia tak sengaja.

Ni Chang nyinyir, "Tidak sengaja? Baiklah. Pengawal, bawa pelayan ini keluar dan bunuh dia! Maaf, aku tidak sengaja."

Ji Man jelas kesal padanya. Pengawalnya Ni Chang langsung mengomelinya dan menyuruhnya berlutut pada Ni Chang. Ji Man tidak terima, "Kau mau aku berlutut padanya?"

Ni Chang tambah kesal, "Kau berani membantahku? Pengawal! Hukum si pelayan ini dengan 50 pukulan! Tidak, 100 pukulan! Tidak, 200 pukulan!"


"Siapa yang mau anda pukul 200 kali?" Sela Shen Jia. "Salam Yang Mulia, sebaiknya anda tenang dulu."

"Kasim Shen. Untuk apa anda kemari?"

Shen Jia datang atas perintah Yang Mulia Raja. Beliau meminta Nona Da Xi untuk menemaninya di ruang leluhur. Senyum Ji Man langsung merekah.


Tapi saat dia hendak pergi, Ni Chang mencegat langkahnya dan dengan geram memperingatkan Ji Man untuk tidak merayu Raja. Ji Man santai, dia mengerti.


Da Xi mondar-mandir gelisah saat pintu akhirnya terbuka dan Shen Jia datang membawa Ji Man. Da Xi sontak menghambur maju dengan kedua tangan terbentang. Shen Jia kepedean membentangkan kedua tangannya juga, tapi Da Xi malah memeluk Ji Man.

"Akhirnya kau datang. Selamatkan aku, selamatkan aku. Mereka menyuruhku mengevaluasi memorial tapi aku tak tahu harus bagaimana," isak Da Xi.

Shen Jia melotot heran melihat mereka. Menyadari tatapan aneh Shen Jia, Ji Man buru-buru memperingatkan Da Xi dengan menepuknya. Da Xi buru-buru melepaskannya dan berhenti mewek.


"Salam Yang Mulia. Untuk apa Yang Mulia memanggil saya kemari?"

Da Xi mengklaim kalau dia cuma bosan dan menginginkan teman bicara lalu cepat-cepat mengusir Shen Jia, dia akan memanggil Shen Jia kalau dia membutuhkan sesuatu. Tapi sebelum pergi, Shen Jia curiga dengan mereka berdua dan langsung mengedip-ngedip penuh arti.

"Orang ini! Apa maksudnya ekspresinya itu?" Kesal Da Xi.


Begitu mereka berduaan, Da Xi langsung memperlihatkan semua dokumen yang harus dia evaluasi sambil mengomel sebal. Ji Man bisa menikmati kehidupan di luar sementara dia malah terkurung di sini dan harus mengevaluasi semua dokumen yang tidak dia mengerti ini.

"Apa kau tidak punya rasa keadilan atau tanggung jawab?" Gerutu Da Xi.

"Lalu bagaimana dengan saat kau mengambil keuntungan atas hidupku? Di mana rasa malumu?"

Ji Man masa bodoh. Sekarang kan dia Da Xi, pelayan istana. Masalah pemerintahan, dia tidak mengerti sama sekali. Tak mau kalah, Da Xi balas mengancam akan menulis sembarangan tentang dokumen-dokumen ini.

Kesal, Ji Man akhirnya menuntut Da Xi untuk menyerahkan dokumennya. Da Xi menolak dan berusaha menjauhkannya. Ji Man terus berusaha merebutnya dan Da Xi terus mundur menghindarinya. Tapi dia malah tak sengaja tersandung meja sampai dia kehilangan keseimbangan.


Tapi sebelum dia terjatuh, dia menarik Ji Man hingga Ji Man ikut jatuh menimpanya. Jadilah mereka ribut karena Ji Man menindihnya.

Suara ribut-ribut mereka terdengar sampai keluar yang jelas saja membuat Shen Jia dan para pengawal ketawa geli mengira mereka sedang melakukan hal yang aneh-aneh.

Shen Jia sontak berdehem memperingatkan para pengawal, "Dengar semuanya! Kalian tidak melihat dan tidak mendengar apapun hari ini. Yang Mulia sedang merenungkan kesalahannya. Dia sedang mengevaluasi memorial dengan rajin. Jika Ibu Suri tanya, itulah yang harus kalian katakan!"

"Baik!" Jawab para pengawal serempak.


Da Xi terus menggerutu menyuruh Ji Man mengevaluasi semua dokumen ini. Ji Man tidak terim dengan sikapnya. Seperti inikah cara Da Xi memohon pada seseorang?

"Memohon? Kau tidak mau? Baiklah. Kalau begitu, aku akan menulis sembarangan. Kau pikir siapa yang nantinya akan dimarahi? Ji Man, bukan aku. Jadi aku tidak peduli. Terserah kau saja."

"Jangan berani-berani kau! Kalau kau sampai berani merusak reputasiku sebagai Raja, lihat saja apa yang akan kulakukan padamu."


Da Xi tidak takut, memangnya apa yang bisa Ji Man lakukan padanya. Ji Man santai mengklaim kalau dia akan keliling istana dengan bertel~~~~ng bulat lalu naik ke tempat tinggi untuk menari dan menyanyi.

Da Xi balas mengancam. Kalau Ji Man berani melakukan itu, maka dia akan mencari pria, segala macam pria. Kita lihat saja siapa yang akan bisa bertahan. Ji Man jelas kesal. Tapi lama-lama mereka merasa lucu sendiri dengan perdebatan mereka ini.

"Apa perlu kita bertengkar seperti ini?"

"Salahmu sendiri. Kau yang tidak mau bertanggung jawab dan mengevaluasi memorial ini."


Baiklah, Ji Man mengalah. Tapi dia punya tiga syarat. Da Xi setuju-setuju saja. Jangankan 3 syarat, 30 syarat pun boleh.

Ji Man mengaku kalau dia sudah mendengar tentang apa yang terjadi dalam apel pagi tadi. Dia tahu tak mungkin mengharapkan Da Xi peduli tentang masalah rakyat. Dia akan memaafkan Da Xi. Tapi dia memperingatkan Da Xi untuk tidak main-main dengan masalah negara.

"Aku tahu. Aku juga ingin jadi berguna. Tapi aku tak tahu bagaimana caranya. Kau bisa mengajariku."


"Kalau begitu, dengarkan baik-baik. Pertama-tama, kau harus mengangkatku jadi pelayan pribadimu. Dengan begitu, aku akan bisa membantu dan mengawasimu. Kedua, kau tidak boleh melakukan sesuatu yang bisa merusak reputasiku. Ketiga, kau tidak boleh menggunakan tubuhku untuk melakukan sesuatu yang tidak kusukai."

Da Xi setuju. Tapi dia juga ingin Ji Man menjanjikan sesuatu untuknya. Da Xi belum memikirkan syarat apa yang dia inginkan dari Ji Man saat ini. Tapi dia akan memberitahu Ji Man jika dia sudah memikirkannya. Oke, deal!


Ji Man pun mulai mempelajari dokumen itu. Tapi Da Xi memperhatikan kalau baju yang Ji Man pakai sepertinya bukan bajunya. Ji Man mengaku kalau ini bajunya An An. Bajunya Da Xi kotor, makanya dia ganti baju.

"Kau tidak ganti baju sendiri, kan?"

Ji Man santai, tentu saja dia ganti baju sendiri. Dia kan pelayan istana, jadi dia tidak punya pelayan yang bisa membantunya ganti baju.

"Dasar ca~~l!" Sebal Da Xi.

"Percaya diri sekali kau. Tubuh jelekmu ini sama sekali tidak membuatku tertarik!"

"Akan kubunuh kau!" Jadilah mereka ribut saling bergulat dengan sengitnya.


Keesokan harinya, Da Xi menyerahkan hasil evaluasinya pada Ibu Suri. Ibu Suri puas, Ji Man akhirnya bisa menangani masalah pemerintahan dengan baik. Ibu Suri bisa merasa lega sekarang.

"Ibunda. Sebelumnya aku bersikap kurang ajar. Aku janji kalau mulai sekarang, aku akan jadi raja yang baik."

"Aku senang kau berpikir seperti itu."

Tentu saja, karena Da Xi tidak mau lagi dikurung di ruang berhantu itu lagi. Makanya dia sengaja merayu Ibu Suri sekarang. Berniat mau terus menyenangkan Ibu Suri, Da Xi mengajaknya makan bersama.


Ibu Suri pun langsung memanggil pelayan untuk membawakan makanan. Tapi Da Xi tak suka dengan semua makanan yang disajikan di hadapannya. Apa ini yang Ibu Suri makan setiap hari? Apa dia tidak bosan?

"Bagaimana kalau aku memasak untuk Ibu Suri?"

"Kau bisa memasak?"


Tak berapa lama kemudian, Da Xi beraksi dengan lihainya di dapur istana sementara para koki hanya bisa diam di belakang sambil mengagumi kehebatan masak raja mereka itu.


Berbagai macam hidangan lezat akhirnya tersaji di hadapan Ibu Suri tak lama kemudian. Ibu Suri sampai tak percaya melihatnya, apa Ji man membuat semua ini sendiri? Ibu Suri mencoba mencicipinya dan benar-benar kagum dengan kelezatannya. Dia tak menyangka kalau Ji Man ternyata pintar memasak.

"Kalau ibu mau, aku bisa memasak untuk ibu setiap hari."

Ibu Suri senang, "Baik. Baguslah."


Tapi saat Da Xi keluar, dia malah mendapati Ji Man sedang manyun kesal gara-gara kedekatan Da Xi dengan Ibu Suri tadi. Da Xi tak mengerti apa masalahnya, wajar kan kalau ibu dan anak dekat.

"Omong kosong, kau itu bodoh atau apa? Keluarga kerajaan mana punya hubungan dekat dengan satu sama lain? Kuperingatkan kau, sebaiknya kau jauh-jauh darinya. Jika tidak, jangan pernah menyalahkanku jika terjadi sesuatu."

Da Xi heran, memangnya apa yang pernah dilakukan Ibu Suri pada Ji Man sampai Ji Man ngomong seperti itu tentang Ibu Suri. Da Xi menuntut penjelasan, tapi Ji Man langsung pergi begitu saja.


Di kamar raja, Shen Jia menyajikan sup sesuai permintaan Da Xi. Tapi Da Xi yang masih kesal pada Ji Man, menolak meminumnya. Shen Jia cemas, apa ada sesuatu yang membuat Raja kesal? Dia usul, bagaimana kalau mereka main dua ronde seperti biasanya.

Da Xi melirik Ji Man. Sepertinya dia memikirkan sesuatu lalu menyetujui usulan Shen Jia. Tak lama kemudian, para pelayan dan kasim berkumpul, main estafet pakai batu giok. Tapi saat giok itu sampai di tangan Shen Jia, Da Xi dengan sengaja membuatnya kalah.


Shen Jia sedih, dia harus apa sebagai hukumannya. Da Xi memutuskan melepaskan Shen Jia dari hukumannya. Tapi dia memanfaatkan kekalahan Shen Jia untuk mencari tahu tentang hubungan raja dengan Ibu Suri yang sebenarnya.

Shen Jia tentu saja tak berani menjawab. Tapi Da Xi terus membujuknya dan meyakinkan kalau dia ingin mengetes seberapa dalam Shen Jia mengenal dirinya.

Kalau Shen Jia memberitahunya maka dia janji takkan menghukum Shen Jia. Tapi kalau Shen Jia berbohong, Da Xi mengancam akan memenggal kepala Shen Jia.

Ketakutan, Shen Jia akhirnya memberitahu kalau Ji Man dan Ibu Suri dulunya sangat dekat. Tapi segalanya berubah setelah Raja terdahulu mangkat. Ibu Suri mengorbankan martabatnya dan menyerahkan diri pada Pangeran regen demi melindungi tahtanya Ji Man.

Tapi Pangeran regen adalah orang yang serakah yang hanya menginginkan tahtanya Ji Man dan Ibu Suri. Selama bertahun-tahun ini, Ibu Suri selalu hidup dengan sangat hati-hati demi melindungi keselamatan mereka berdua.

"Ibu Suri tak pernah bisa tenang hingga beberapa tahun yang lalu setelah Pangeran regen meninggal dunia dan anda menjadi Raja."

 

Tak tahan lagi mendengarnya, Ji Man langsung keluar. Da Xi buru-buru mengejarnya sambil mengomelinya. Apa Ji Man tidak merasa bersalah pada Ibunya yang sudah banyak berkorban untuknya dan dia malah memperlakukan ibunya seburuknya.

"Tutup mulutmu!" Bentak Ji Man.

"Kau marah karena kau malu. Yang benar saja. Kau itu pria dewasa tapi kau sangat picik. Dengarkan aku, di antara ibu dan anak tidak boleh ada kebencian. Selama kau bilang kau menyesal maka dia pasti akan memaafkanmu."

"Kau tahu apa?!"

Bersambung ke episode 4

Post a Comment

0 Comments