Episode 8: Jangan membuatku menyesal telah kembali padamu
Joo Wan membelai kepala Joo Yeon setelah dia menangis. Joo Wan teringat
saat Joo Yeon mengatakan padanya bahwa Joo Yeon merasa sepertinya ia
menyukai Tae Yoon lebih dari yang ia kira.
Tiba-tiba ponselnya Joo Yeon berbunyi, Joo Wan lalu membawa ponsel itu keluar dan menjawab telepon dari 'ular berbisa'.
Karena Joo Wan tidak bicara saat ia mengangkat teleponnya, Tae Yoon
jadi tidak tahu bahwa yang mengangkat teleponnya bukan Joo Yeon.
Tae Yoon memberitahu bahwa besok akan ada rapat dan karena itulah
sekarang Joo Yeon harus menyiapkan laporan tim baru mereka dan proposal
untuk rencana pembuatan online shopping mall mereka. Dan sebelum Tae
Yoon melanjutkan pembicaraannya, Joo Wan langsung memotongnya.
"Maaf, dia baru saja tertidur" ujar Joo Wan
Tae Yoon mengatakan pada Joo Wan bahwa ini adalah masalah mendesak dan
dia juga sudah mengirimi Joo Yeon email, semua dokumen yang ia minta
untuk dikerjakan oleh Joo Yeon harus siap besok sebelum rapat.
"Apa kau bisa membangunkan pemimpin tim Shin lebih awal?" pinta Tae Yoon
"Bagaimana bisa aku membangunkannya lebih awal jika jam 5 pagi dia sudah bangun?" tanya Joo Wan sinis
Joo Wan lalu memberitahu Tae Yoon bahwa dia tidak tahu apa yang terjadi
tetapi setelah bertemu dengan Tae Yoon, Joo Yeon menangis. Joo Wan juga
menyindir Tae Yoon karena menelepon Joo Yeon untuk masalah pekerjaan dan
bukannya menelepon karena khawatir.
"Aku tidak tahu seberapa penting pekerjaan ini, tapi aku tidak akan
membangunkan seseorang yang tertidur setelah menangis" ujar Joo Wan
Pagi harinya, Joo Yeon berteriak panik memanggil goguma, ia lalu berlari
ke kamar Joo Wan dan membangunkannya lalu melabraknya karena kemarin
malam Joo Wan menjawab telepon dari Tae Yoon lalu mematikan ponselnya.
"Siapa yang menyuruhmu menjawab teleponnya? Apa kau tahu seberapa
pentingnya masalah ini?! Apa yang harus kulakukan?!" teriak Joo Yeon
dengan kesal
Joo Wan melihat bahwa saat itu baru jam 6 pagi.
Ia lalu turun untuk bertanya pada Joo Yeon, apakah dia akan pergi ke
kantor sekarang. Joo Yeon yang masih kesal langsung mengancam akan
membunuh Joo Wan nanti malam.
"Bagaimana bisa kau membiarkanku membaca email sekarang?" teriak Joo Yeon
Saat Joo Yeon sibuk bersiap-siap untuk berangkat kerja, Joo Wan
mempersiapkan bekal untuk Joo Yeon. Joo Wan mengatakan bahwa ia akan
mengantar Joo Yeon ke kantor.
Saat Joo Wan sedang menunggu didalam mobilnya, ia melihat Joo Yeon berlari turun tangga dengan terburu-buru.
"Ah, jalanan licin dan dia lari lagi" keluh Joo Wan
Saat Joo Yeon masuk mobil, ia langsung memerintahkan Joo Wan untuk cepat
pergi sambil mengeluarkan tabletnya supaya ia bisa segera mengerjakan
perintah dari Tae Yoon kemarin.
"Aku kan sudah bilang jangan berlari saat turun tangga. Apa kau tidak tahu betapa berbahayanya lari dengan high heels?"
"Ah, kumohon cepatlah pergi" keluh Joo Yeon
Joo Wan lalu memberinya bekal yang sudah ia persiapkan. Tapi Joo Yeon
langsung menyingkirkannya sambil mengeluh karena yang setiap hari yang
Joo Wan keluhkan hanyalah makan, makan dan makan.
"Apa kau sudah makan? Makan dulu baru pergi! Makan dulu baru bekerja! makan, makan, makan, makan, makan, makan"
Joo Wan yang merasa tersinggung atas perkataan Joo Yeon itu langsung
berteriak sambil mengerem mobilnya secara mendadak sampai membuat Joo
Yeon kaget.
"Tarik kembali kata-katamu itu. Makan, makan, makan. Sekarang ini aku
benar-benar merasa terhina. Sepagi ini, aku menyiapkan bekalmu, aku
bahkan tidak sempat memakai kaos kaki dan keluar untuk mengantarkanmu
dan yang kau lakukan malah komplain masalah makan, makan, makan?"
"Baiklah, akan kumakan" kata Joo Yeon.
Joo Yeon sangat berkonsentrasi pada pekerjaannya sampai Joo Wan yang
harus mengumumkan padanya bahwa ia telah sampai ke kantornya. Joo Yeon
lalu pergi tanpa pamit ataupun berterima kasih pada Joo Wan sampai
membuat Joo Wan mengeluh.
Saat ia hendak pergi, Joo Wan melihat tas dan bekal Joo Yeon tertinggal
di mobil. Joo Wan lalu pergi untuk mengantarkan barang-barang itu, tapi
dalam perjalanannya masuk ke kantor, Joo Wan bertemu dengan Tae Yoon.
Joo Wan lalu memberikan semua barang-barang Joo Yeon itu pada Tae Yoon.
Joo Wan juga memberitahu Tae Yoon bahwa bekal itu porsinya hanya untuk
satu orang, jadi Tae Yoon tidak boleh ikut memakannya. Tae Yoon tiidak
mengatakan apapun pada Joo Wan, ia hanya memandangi kaki Joo Wan yang
hanya memakai sandal rumah, lalu pergi.
Saat Joo Wan masuk kembali ke mobilnya, ia bertanya-tanya apa yang Joo
Yeon lihat dari Tae Yoon. Apa karena Tae Yoon menutup mulutnya. Joo Wan
mengeluh bahwa ia tidak bisa melakukan hal yang dilakukan Tae Yoon
seperti tadi. Ia lalu bercermin dan mengeluhkan wajahnya yang terlihat
merah.
Saat Joo Yeon sedang sibuk mengerjakan laporannya, Tae Yoon datang lalu
menaruh barang-barang Joo Yeon di mejanya. Melihat Tae Yoon mengantarkan
barang-barangnya, ia yakin pasti Tae Yoon tadi bertemu Joo Wan.
Tanpa mengatakan apapun, Tae Yoon memberi Joo Yeon sebuah dokumen. Joo
Yeon kaget karena dokumen itu adalah laporan yang dibuat oleh Tae Yoon
sendiri.
"Berkat pria yang tinggal bersamamu, aku begadang semalaman" ujar Tae Yoon
"Kenapa sunbae mengerjakan ini? Sunbae sudah punya banyak hal lain untuk
diurus karena tim kami. Kenapa kau melakukan ini?" keluh Joo Yeon yang
merasa bersalah.
Tae Yoon tiba-tiba menyuruh Joo Yeon untuk berdiri, saat Joo Yeon
bingung dengan permintaannya itu, Tae Yoon langsung menggenggam
pergelangan tangan Joo Yeon lalu mengajaknya keluar kantor.
"Sunbae lepaskan tanganku" pinta Joo Yeon yang tidak enak sendiri karena rekan-rekan kerja mereka sedang melihat mereka.
Tapi Tae Yoon tidak peduli dan terus menyeret Joo Yeon pergi.
Tae Yoon ternyata membawanya ke kafetaria dan memberi Joo Yeon banyak
makanan untuk sarapan. Secara diam-diam, Joo Yeon mengelus pergelangan
tangannya yang tadinya digenggam oleh Tae Yoon.
Tae Yoon mengatakan pada Joo Yeon untuk makan sarapan itu karena pria
yang tinggal bersamanya sangat khawatir jika Joo Yeon kelaparan. Tae
Yoon lalu bertanya tentang apa yang ia dengar kemarin malam, yaitu Joo
Yeon yang menangis sampai tertidur.
"Apa kemarin malam aku menyakiti hatimu?"
Tae Yoon mengatakan bahwa ia hanya pernah melihat Joo Yeon menangis 2
kali di tahun pertamanya bekerja di perusahaan ini. Dia tidak pernah
lagi melihat Joo Yeon menangis selain 2 kali itu.
"Rupanya kau punya banyak air mata" kata Tae Yoon
Joo Yeon mengatakan bahwa Tae Yoon-lah yang tidak membolehkannya menangis "Manusia mana yang tidak menangis?"
Joo Yeon mengatakan bahwa ia menangis karena merasa marah. Kemarin dia
harus melalui berbagai macam masalah di hari yang sangat dingin, sampai
akhirnya menjadi penonton dalam kehidupan cinta orang lain.
Tae Yoon memintanya untuk tidak berpikir seperti itu, semua ini ia
lakukan karena Joo Yeon adalah satu-satunya orang yang paling nyaman
baginya untuk bersikap terbuka.
"Karena kau orang yang tidak lemah oleh emosimu, kau terlihat kuat dan
untuk beberapa alasan, aku merasa kau bisa diandalkan" kata Tae Yoon
Joo Yeon bernarasi "Mengatakan bahwa aku nyaman dan bisa diandalkan
karena aku tidak lemah oleh emosiku. Aku tidak bisa lagi mendengarkannya
sebagai pujian. Setelah aku mengetahui perasaanku yang sebenarnya,
tangannya yang sering kugenggam sekarang terasa berbeda. Sekarang,
apapun yang kulakukan bersama pria ini, akankah terasa berbeda setiap
hari? Bagaimana caranya bertahan dengan ketidaknyamanan ini?"
Tae Yoon memperhatikan sedari tadi Joo Yeon terus menerus memandangnya,
apakah dia ingin mengatakan sesuatu. Joo Yeon beralasan bahwa ia melihat
Tae Yoon karena Tae Yoon berada didepannya. Tae Yoon akhirnya menyuruh
Joo Yeon untuk terus menatapnya, ia merasa saling menatap sambil makan
itu menyenangkan.
Joo Yeon melanjutkan narasinya bahwa ia tidak mau perasaannya terungkap.
Jika perasaannya ini akan ditolak maka sebaiknya ia tidak
mengungkapkannya.
Joo Wan sedang bersama Se Ryeong di sebuah cafe. Se Ryeong bertanya,
apakah Joo Yeon menyukai Tae Yoon. Joo Wan menjawabnya dengan mengangkat
bahunya. Se Ryeong merasa bahwa Joo Yeon pasti menyukai Tae Yoon
walaupun Joo Yeon tidak menyadari perasaannya sendiri.
Se Ryeong mengatakan bahwa perasaan yang dirasakan karena terus menerus
bekerja bersama bisa berubah menjadi perasaan cinta dengan sangat cepat.
Se Ryeong lalu bertanya, apakah Joo Wan hanya akan duduk dan melihat.
"Allen, kau menyukai Shin Joo Yeon kan?"
Se Ryeong lalu meminta Joo Wan untuk menghalangi Joo Yeon. Tapi Joo Wan tidak mau.
"Apa kau tidak keberatan melihat Shin Joo Yeon bersama dengan Tae Yoon?"
"Jika memang itu perasaannya yang sesungguhnya, maka aku akan membiarkannya. Jika Kang Tae Yoon pria yang baik..."
Se Ryeong langsung memotong pembicaraan Joo Wan karena bagi Se Ryeong,
jika ia melihat wanita lain berada didekat Tae Yoon maka dia tidak bisa
mentolerirnya, terlebih lagi jika wanita lain itu adalah Shin Joo Yeon.
Joo Wan mengatakan bahwa perasaan Se Ryeong itu adalah pencampuran
antara rasa ingin memiliki dan cemburu bukan cinta. Se Ryeong malah
bingung, bukankah hal yang wajar jika seseorang ingin memiliki orang
yang ia cintai.
Se Ryeong mengatakan bahwa jika ada sesuatu yang ia sukai baik itu baju,
tas, sepatu maka dia akan langsung mengambilnya dan menaruhnya di
lemari sebelum orang lain yang membelinya.
"Orang disebut orang karena mereka bukan benda" ujar Joo Wan
Melihat
Joo Wan tidak mau bekerja sama dengannya maka Se Ryeong merasa tidak
ada pilihan lain selain mulai menjalankan rencananya untuk menghentikan
Shin Joo Yeon.
Semua orang dari semua tim departemen fashion yang ikut rapat mengeluhkan kegagalan tim baru dalam 2 slot tayang yang kemarin.
Menjual barang-barang bermerek yang mahal di sebuah home shopping itu
sudah salah sejak awal. Dan karena kegagalan mereka itulah tidak mungkin
tim baru itu akan sukses dalam rencana mereka menjalankan online
shopping mall.
Tae Yoon berusaha membela bahwa produk-produk yang dijual oleh tim baru
membutuhkan waktu untuk bisa memikat dan membuatnya menjadi trend
diantara konsumen mereka. Tetapi semua orang langsung mengeluh lagi
karena tim mereka harus ikut menanggung kerugian yang diakibatkan oleh
tim baru.
Jika nasib satu perusahaan berada dalam bahaya hanya karena satu tim,
maka membawa produk-produk tim baru ke online shopping mall itu sangat
tidak masuk akal.
Setelah rapat usai, Joo Yeon melihat Tae Yoon meminum obat gastritis
kronik (radang lambung/maag kronis). Tae Yoon mengatakan bahwa
penyakitnya itu kambuh jika dia merasa stres.
"Maaf, semua ini karena tim kami"
"Tidak apa-apa. Semua orang uang bekerja lebih dari 10 tahun selalu menderita penyakit ini" kata Tae Yoon
Joo Yeon lalu bertanya apakah Tae Yoon sudah melihat produk-produk yang
ia pilih setelah workshop, jika sudah bagaimana menurutnya. Tae Yoon
mengatakan bahwa keputusan itu ada ditangan Joo Yeon.
Tae Yoon lalu memberi nasehat pada Joo Yeon bahwa membuat keputusan juga
membutuhkan latihan. Semakin sering Joo Yeon melakukannya maka dia akan
semakin lebih baik dalam membuat keputusan. Tapi Joo Yeon masih tetap
ragu, bagaimana jika ia gagal.
"Gagal... tidak apa-apa. Apa kau tidak ingat siapa yang mengawasi
punggungmu (mendukungmu)? Aku akan menghalangi mereka semua untukmu"
ujar Tae Yoon
Perkataannya itu langsung membuat Joo Yeon tersenyum senang.
Ia lalu mengingatkan Tae Yoon untuk makan makanan yang baik untuk pasien
penderita gastritis seperti rumput laut, wortel, brokoli, bayam dll.
"Kau mengingat semua itu? Sejak kapan?"
Joo Yeon berkata dalam hatinya "Sejak aku dengar kau menderita gastritis kronik"
Melihat Joo Yeon menunduk dan bukannya menjawab pertanyaannya, Tae Yoon
jadi curiga jangan-jangan Joo Yeon bisa mengingat semua itu karena Joo
Yeon menyukainya. Joo Yeon terkejut tapi ia cepat-cepat menyangkalnya.
"Imajinasi tidak masuk akal macam apa itu?" ujar Joo Yeon
Dan Tae Yoon langsung mempercayainya. Joo Yeon mengatakan bahwa ia akan
menulis semua makanan tadi di sebuah catatan dan ia akan menempelkan
catatan itu di meja kerja Tae Yoon agar Tae Yoon ingat untuk memakan
semua makanan itu.
"Dan juga, aku akan berusaha sebaik mungkin agar kau tidak kesusahan.
Akan kubuktikan pada semua orang bahwa kau membuat keputusan yang tepat
agar orang-orang itu mengakuimu. Aku akan berusaha melakukan yang
terbaik" janji Joo Yeon
Tae Yoon lalu memegang kedua lengan Joo Yeon dan mengatakan bahwa ia percaya pada Joo Yeon.
Tepat saat itu, Se Ryeong datang dan melihat Tae Yoon memegang kedua
lengan Joo Yeon. Namun ia tidak mengatakan apapun dan langsung pergi ke
lantai atas.
Joo Yeon mengatakan pada Tae Yoon bahwa Se Ryeong datang karena mereka
akan melakukan wawancara untuk sebuah majalah perusahaan online karena
kali ini tim mereka akan memberi perhatian lebih pada promosi.
Joo Yeon dan Se Ryeong sama-sama tersenyum lebar saat mereka difoto.
Fotografer meminta mereka untuk terlihat lebih bersahabat karena ia
dengar mereka berdua adalah teman sejak SMA. Maka Se Ryeong langsung
mendekat dan melingkarkan tangannya di bahu Joo Yeon lalu mereka berdua
tersenyum lebar lagi pada untuk difoto.
Dan mereka terus tersenyum lebar dalam sesi wawancara. Se Ryeong
memberitahu pewawancara bahwa mereka adalah sahabat sejak lama. Joo Yeon
mengatakan bahwa ide membuat online shop datang saat dia sedang makan
bersama temannya (Se Ryeong) di meja kerjanya.
Se Ryeong juga mengatakan bahwa ia bersedia melakukan home shopping
karena dia percaya pada temannya, Se Ryeong mengatakan ini sambil
menatap Joo Yeon dengan senyum lebar dan Joo Yeon langsung mengangguk
setuju dengan senyum lebar juga. Pwahahaha XD!! bohong banget!
Pewawancara lalu meminta pada mereka untuk pindah lokasi. Saat itulah,
secara diam-diam Joo Yeon memperingatkan Se Ryeong untuk tidak kelewatan
dan tidak membuatnya bingung.
Mereka lalu melanjutkan wawancaranya dan Se Ryeong mengatakan pada
pewawancara bahwa ia dan Joo Yeon memiliki selera yang sama sejak lama,
mereka banyak berbagi hal sampai membuat mereka berdua menjadi sama.
"Karena kami teman" kata Se Ryeong. Sementara Joo Yeon hanya mengangguk-angguk setuju dengan senyum lebar.
Setelah wawancara itu selesai dan kru majalah itu pergi. Joo Yeon
langsung bertanya, berapa banyak wajah yang dimiliki Se Ryeong.
"Aku kan sudah memperingatkanmu untuk tidak kelewatan. Aku sudah bilang
padamu untuk mengatakan bahwa kita teman SMA dan kita bekerja sama
karena ide kita bersama. Kenapa kau membuatku shock dengan berakting?"
Se Ryeong sama sekali tidak marah dengan perkataan Joo Yeon itu. Ia
malah mengatakan bahwa yang ia katakan diwawancara tadi semuanya tulus.
Tapi Joo Yeon sama sekali tidak mempercayainya.
"Aku... masih menganggapmu sebagai temanku" kata Se Ryeong
Joo Wan sedang sendirian di studio rekamannya saat ia teringat
pembicaraannya dengan Se Ryeong. Joo Wan bertanya bagaimana caranya Se
Ryeong akan menghentikan Joo Yeon.
"Aku akan menggunakan persahabatan. Aku akan menjadi temannya lagi"
Se Ryeong mengatakan bahwa ia adalah wanita yang tidak bisa berteman
dengan wanita lain, tapi dia akan berteman lagi dengan Joo Yeon. Joo Wan
bertanya apa maksudnya. Se Ryeong mengatakan tujuannya melakukan itu
agar Joo Yeon tidak mengencani pria yang disukai temannya.
Joo Wan meminta Se Ryeong untuk tidak memanfaatkan perasaan orang lain.
Tapi Se Ryeong tidak merasa ada yang salah dari perbuatannya itu, karena
ia hanya berusaha melakukan yang terbaik untuk mendapatkan apa yang ia
inginkan.
"Lalu bagaimana dengan orang lain yang tidak bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan karenamu?" tanya Joo Wan
"Seharusnya orang itu juga berusaha melakukan yang terbaik. Itukan hidup
mereka. Kenapa juga orang menggantungkan hidup mereka pada karakter dan
perasaanku" ujar Se Ryeong
Kembali ke masa kini, Joo Yeon dan Se Ryeong pergi ke atap untuk bicara
berdua. Se Ryeong mengatakan bahwa ia menyadari yang dikatakan Joo Yeon
waktu mereka memakai pakaian yang sama dan makan bersama Tae Yoon,
semuanya benar.
Se Ryeong mengatakan bahwa ia mengerti perasaan Joo Yeon dan ia minta maaf jika waktu itu ia melukai perasaan Joo yeon.
"Semua masa lalu kita semuanya salahku. Akulah yang bersalah"
Se Ryeong mengatakan bahwa pertengkarannya dengan Tae Yoon saat ini
hanyalah perang dingin biasa. Mereka berdua memang selalu seperti itu.
Jika sudah selesai maka mereka pasti akan berbaikan kembali. Walaupun
mereka bertengkar tapi mereka tidak saling membenci.
Se Ryeong lalu memanggil Joo Yeon dengan sebutan teman dan mengulurkan
tangannya pada Joo Yeon. Ia juga meminta Joo Yeon agar mereka berusaha
sebaik mungkin sebagai rekan kerja dan teman.
Joo Yeon terharu mendengar semua perkataan Se Ryeong itu. Ia lalu
tersenyum karena termakan tipu daya Se Ryeong, lalu menjabat tangan Se
Ryeong.
"Baiklah teman" kata Joo Yeon
"Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk membantumu" janji Se Ryeong
Joo Yeon lalu memberitahu Se Ryeong tujuannya melakukan proyek ini.
Yaitu agar timnya bisa terlepas dari departemen fashion dan jika tim
mereka sudah bisa berdiri sendiri dia ingin berada di posisi yang sama
dengan yang sekarang sedang ditempati oleh Tae Yoon. Se Ryeong berjanji
bahwa dia akan berusaha membantunya.
Min Seok mencoba menghubungi Min Jung tetapi Min Jung malah membeli
ponsel baru yang membuat Min Seok tidak bisa lagi menghubunginya.
Min Seok lalu mulai mengumpulkan berbagai informasi tentang Min Jung
dari berbagai macam media social yang digunakan Min Jung. Sedikit demi
sedikit Min Seok mengumpulkan berbagai info penting tentang Min Jung
seperti: pekerjaan Min Jung yang berhubungan dengan fashion, siaran TV
dan jalan yang sering dilalui Min Jung.
Lalu ia mengumpulkan info-info itu sebagai kata kunci untuk mencari info
di internet. Dan akhirnya ia menemukan sebuah info yang paling cocok
yaitu perusahaan CJ Home Shopping.
Di kantor, Hee Jae merasa perutnya sakit karena datang bulan. Ia merasa
tidak nyaman karena ada Woo Young (rambutnya sudah ganti model), maka
Hee Jae berusaha memberi berkomunikasi dengan para wanita dengan
menggunakan bahasa isyarat dan bertanya, apakah mereka punya pembalut.
Min Jung dan Joo Yeon sama-sama tidak memilikinya, maka dia berusaha meminta izin untuk pergi ke toko sebentar.
Tapi tiba-tiba saja Woo Young berdiri dan membuka salah satu laci dan di
laci itu ada sekotak pembalut. Semua wanita langsung terkejut. Tapi Woo
Young dengan santainya mengatakan bahwa ia sudah memperkirakan bahwa 'saat itu' sudah dimulai. Dimulai dari Hee Jae, Joo Yeon dan terakhir Min Jung.
"Orang bilang tidak ada wanita didunia ini yang sama. Kalian bertiga
memang berbeda. Aku ingin sekali menulis penelitian tentang masalah ini"
ujar Woo Young
Woo Young mengatakan bahwa saat 'itu' terjadi maka Joo Yeon akan berubah menjadi kejam dan penuh semangat, jika saat 'itu' terjadi pada Min Jung maka dia akan selalu makan makanan manis dan jika saat 'itu' terjadi pada Hee Jae maka dia akan makan banyak. Ditambah lagi mereka semua akan menjadi lebih sensitif.
"Ketika 'saat itu' datang maka aku berjalan dengan hati-hati
seolah aku sedang berjalan di lapisan es yang tipis dan aku akan
membayangkan kantor ini sebagai medan perang"
Joo Yeon dan Min Jung mendengarkan perkataan Woo Young itu dengan kagum
sementara Hee Jae merasa malu dan langsung protes, Min Jung lalu
bertanya kenapa pembalut itu bisa ada di laci. Woo Young mengatakan
bahwa dia membelinya kemarin di toko saat dia membeli snack untuk
kudapan tengah malam.
Woo Young mengatakan bahwa ia juga sudah membelikan mereka stocking. Woo
Young lalu pamit untuk pergi ke tim marketing. Setelah dia pergi, semua
wanita mulai menggosipkannya.
Min Jung merasa Woo Young itu berbeda dari pria biasa. Joo Yeon setuju,
selama ini dia juga tidak pernah melihat Woo Young bersama wanita.
"Hah! Jangan-jangan..." ujar Min Jung
Hee Jae tiba-tiba saja berteriak membela Woo Young dan mengatakan bahwa
Woo Young menyukai wanita. Min Jung langsung bingung bagaimana Hee Jae
bisa tahu.
Joo Yeon mendapat pesan dari Joo Wan yang memberitahu Joo Yeon bahwa dia
sudah pulang, Joo Wan lalu bertanya jam berapa Joo Yeon akan pulang.
Joo Yeon membalas pesannya dan mengatakan bahwa dia akan segera pulang
dan dia ingin makan sesuatu.
Saat membaca pesan itu, Joo Wan langsung mengeluh "Bukankah tadi dia mengeluh karena aku terus menyuruhnya makan, makan, makan?"
Joo Yeon memberitahu Joo Wan bahwa dia ingin makan pasta seafood dengan
saus tomat yang sangat banyak dan salad, Joo Yeon juga menyuruh Joo Wan
untuk membeli saus balsamic.
Joo Wan lalu mengeluarkan semua bahan makanan yang dibelinya dan
ternyata ia membeli bahan-bahan makanan sama persis dengan yang diminta
Joo Yeon. Ia lalu memfoto semua bahan makanan itu untuk ia kirimkan pada
Joo Yeon.
Joo Wan mengatakan dalam pesannya: Aku sudah mendahuluimu, bukankah ini yang biasa disebut soulmate?
Joo Yeon tersenyum membaca pesan Joo Wan itu.
Woo Young tiba-tiba mengeluh iri karena mereka masih datang bulan. Min
Jung lalu berpaling pada Joo Yeon tetapi Joo Yeon langsung menghindari
tatapan mata Min Jung.
"Apa tidak ada yang ingin kau katakan padaku?" tanya Min Jung
"Tidak" kata Joo Yeon sambil terus menyibukkan dirinya dengan kerja
Min Jung memberitahu Joo Yeon bahwa dia akan melahirkan bayinya.
"Terserah kau saja" kata Joo Yeon
Min Jung mengatakan bahwa sebenarnya dia belum membuat keputusan apapun,
apalagi dia tidak punya siapapun. Kedua orang tuanya sudah meninggal,
dia juga tidak punya saudara dan semua temannya sudah menjadi ibu.
"Jangan bergantung pada orang lain. Ini masalah yang harus dipikirkan
dengan serius berulang kali. Semakin serius sebuah masalah, kau semakin
tidak boleh tergantung pada pendapat orang lain. Kau harus memikirkan
masalah ini dengan realistis" ujar Joo Yeon
Min Jung langsung menyindir Joo Yeon sangat pintar dan pertama kalinya Min Jung merasa iri padanya.
Tiba-tiba saja Joo Yeon teringat perkataan dan nasehat Joo Wan yang
pernah mengatakan pada Joo Yeon bahwa yang perlu Joo Yeon lakukan hanya
mendengarkannya, berada disisinya dan setelah itu Joo Yeon hanya perlu
mengatakan satu hal saja yaitu 'apapun keputusanmu aku akan mendukungmu'.
Joo Yeon lalu menminta Min Jung untuk meneruskan ceritanya, dia mungkin
tidak bisa banyak membantu tapi dia akan mendengarkannya.
Maka Min Jung menceritakan padanya bahwa kehamilan ini mungkin akan
menjdi kesempatan terakhirnya untuk hamil karena itulah Min Jung ingin
melahirkan bayinya, tapi dia merasa takut.
"Setelah aku hamil, aku jadi takut pada semuanya. Aku dulu tidak pernah
takut pada apapun. Bahkan sekalipun aku berhenti dari pekerjaanku, aku
masih punya uang. Jika aku menua dan hidup sendirian maka aku bisa pergi
ke panti jompo atau semacamnya. Dulu aku bisa hidup semauku"
Min Jung menangis saat ia melanjutkan curhatnya, sekarang ia menyadari
betapa cintanya ia pada pekerjaannya. Min Jung juga takut apakah dia
akan sanggup bertahan dan melanjutkan kerjanya jika rekan kerja mereka
akan menggosipkannya karena hamil tanpa menikah.
Joo Yeon menyemangati Min Jung untuk tidak berhenti bekerja jika dia
memutuskan untuk melahirkan bayinya. Joo Yeon berjanji bahwa dia akan
mendukung Min Jung melawan orang-orang yang menggosipkannya.
"Apa kau... salah minum obat?" tanya Min Jung
Joo Yeon lalu memberi Min Jung tisu dan bertanya apalagi yang ia
takutkan. Min Jung mengatakan bahwa dia takut tidak bisa berkencan lagi,
takut gemuk dan bagaimana jika dia mati sebelum anaknya tumbuh. Joo
Yeon mengatakan untuk tidak mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi.
"Aku tidak tahu tentang yang lainnya, tapi satu hal yang kuyakini adalah
kau akan tetap berkencan sampai kau mati. Berhentilah mengkhawatirkan
masalah itu" ujar Joo Yeon
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam