Sinopsis Drama Cina Hidden Love Episode 17

 Episode 17: Terjerumus, Aku Ingin Kita Pacaran.

 

Sang Zhi sontak mundur dengan gugup, "apa yang kau lakukan, Duan Ji Xu?"

Hah? Sang Zhi memanggilnya apa?... "Dengan hubungan kita berdua saat ini, tidak terlalu pantas bagimu untuk memanggilku Duan Jia Xu."

"Kau... tadi aku sama sekali tidak tidur, aku tahu apa yang kau lakukan."

"Oooh, ternyata kau tidak tidur. Kalau begitu, apa yang kulakukan tadi? Coba katakan," tantang Jia Xu.

Canggung, Sang Zhi langsung menyuruhnya untuk mendekat, akan dia bisikkan jawabannya. Jia Xu langsung saja mendekat, namun yang tak disangkanya, alih-alih mendapat bisikan jawaban, dia malah mendapatkan k3cvp4n manis di pipi. Hehe.

Sang Zhi langsung malu setelahnya, tapi... terlepas dari apa yang dia lakukan barusan, dia menegaskan bahwa dia tidak punya pemikiran semacam itu pada Jia Xu. Intinya, dia masih belum setuju untuk menjadi pacar Jia Xu.

Jia Xu jelas tidak terima. Kalau memang begitu, maka apa yang Sang Zhi perbuat padanya tadi bisa dikategorikan sebagai perbuatan yang tidak pantas.

"Kau duluan yang berbuat tak pantas," balas Sang Zhi.

"Maksud dari perkataanmu ini, apakah itu artinya kau akan meniru apa pun yang akan kulakukan ke depannya?"

Sang Zhi menyangkal, mengklaim bahwa jika Jia Xu melakukan perbuatan yang tak pantas lagi, maka dia akan melaporkan Jia Xu ke gege-nya. 

Jia Xu santai, laporkan saja... "lagipula, cepat atau lambat juga hubungan kita pasti akan terungkap. Lebih bagus jika hal ini dikatakan lebih awal."

"He-eh," refleks Sang Zhi. Baru sadar sedetik kemudian kalau dia sudah mengiyakan ucapan Jia Xu tentang 'hubungan mereka'. Sang Zhi sontak buru-buru meralat dan menegaskan bahwa dia masih belum setuju.

Jia Xu geli, "aku sudah berhasil mencuci otakmu."

Malu, Sang Zhi berusaha mengusirnya, tapi tidak mempan, dan tidak bisa juga karena si senior pembicara sudah datang dan acaranya pun dimulai.

 

Setelahnya, mereka jalan-jalan keliling kampus bersama. Kebetulan mereka melewati lapangan basket dan melihat Ning Wei sedang jejeritan heboh menyemangati pacarnya yang lagi tanding basket.

Kebetulan saat itu juga, Jiang Ming tiba-tiba terluka dalam usahanya merebut bola. Tim mereka jadi kurang satu pemain, dan satu-satunya yang ada cuma Jia Xu. Pacarnya Ning Wei pun langsung mengajak Jia Xu ke dalam timnya dan Jia Xu langsung setuju.

Yang tidak Sang Zhi sangka, ternyata Jia Xu bukan cuma pintar main game, tapi juga pintar main basket. Keren banget deh pokoknya. Beberapa kali dia sukses memasukkan bola dengan mudah yang sontak saja membuat para cewek-cewek heboh mengaguminya... terutama Sang Zhi.

Dari sinilah, Jiang Ming akhirnya baru mengetahui dari Wang Wang bahwa Jia Xu ternyata bukan kakak kandungnya Sang Zhi, melainkan pria yang Sang Zhi sukai. Dia begitu fokus pada hal ini sehingga dia sama sekali tidak sadar kalau Wang Wang suka padanya.


Sebentar lagi liburan musim panas. Teman-temannya Sang Zhi tidak ada yang berencana untuk pulang. Ning Wei ingin pergi liburan bersama pacarnya, Yu Xin dan Wang Wang sama-sama berencana magang biarpun mereka masih mahasiswa tahun pertama.

Sang Zhi seorang yang belum punya rencana, namun setelah mendengarkan rencana teman-temannya, dia juga jadi tidak ingin pulang, ingin bersama mas crush lebih lama sekaligus mau mencari magang juga.

Makanya dia kemudian memberitahu gege-nya bahwa dia tidak akan pulang namun dengan beralasan bahwa dia hanya ingin magang. Sang Yan sontak tak percaya kalau dia cuma mau magang, Sang Zhi pasti mau pacaran sama pacar pascasarjananya itu. 

Karena itulah Sang Yan tidak setuju dan ngotot memaksa Sang Zhi untuk pulang. Kalau jika, Sang Yan mengancam akan segera terbang ke Yihe untuk menyeret Sang Zhi pulang. Sang Zhi tak peduli ancamannya dan ngotot mau tetap tinggal di Yihe, pokoknya dia mau tetap di sini untuk magang dan bukannya untuk pacaran.

Suatu malam, Jia Xu baru pulang kerja dan ingin mengajak Sang Zhi keluar. Namun yang tak disangkanya, Sang Zhi tiba-tiba muncul di sisinya dengan membawa sekotak kue ultah plus balon karena hari ini adalah ultahnya Jia Xu. Selamat ulang tahun.

"Jika kau tidak bilang, aku pasti lupa merayakan ulang tahun malam ini."

"Aku mengerti. Kau sudah tua, pasti tidak suka merayakan ulang tahun. Papaku juga seperti itu."

"Benar. Aku sudah tua. Jadi, kuharap kau bisa membuatku menikah sebelum berusia 27 tahun."

"Aku belum lulus saat kau berusia 27 tahun. Kau mau menikah dengan siapa?"

"Didengar cari ucapanmu, sepertinya kau tidak menolak. Kalau begitu, kuanggap kau setuju."

"Kau benar-benar tidak tahu malu."

"Tentu saja. Namanya juga mengejar gadis, apalagi mengejar gadis aneh sepertimu. Jadi tentu saja tidak boleh malu."

"Kau sebut aku aneh?"

Mereka lirik-lirikan bahagia banget sepanjang jalan, tapi, Sang Zhi penasaran apakah teman-temannya dan para rekan kerjanya Jia Xu sudah mengucapkan selamat ultah untuknya. Jia Xu menyangkal, mereka semua bahkan tidak ingat ultah sendiri, apalagi mengingat ultah orang lain. Selain itu, mereka semua terlalu sibuk, tidak ada waktu mengurusi masalah beginian.

Mendengar itu, Sang Zhi langsung diam-diam mengirim chat ke gege-nya, mengomeli dan mengingatkan Sang Yan bahwa hari ini adalah ultahnya Jia Xu. Tepat saat itu juga, ada seniornya yang yang nge-chat menanyakan tugas. 

Jadi saat Jia Xu menginterogasinya dengan nada cemburu, Sang Zhi santai saja menunjukkan chat seniornya itu tapi tidak memberitahu tentang chat-nya pada gege-nya, dan langsung pura-pura kaget saat Sang Yan akhirnya menelepon Jia Xu untuk mengucapkan selamat ultah.

Sang Yan tanya apakah Sang Zhi sudah memberinya hadiah. Saat Jia Xu mengiyakan, Sang Yan dengan tidak tahu malunya mengklaim kalau itu adalah hadiah darinya yang dia titipkan ke Sang Zhi. (Pfft!)

Setelah itu dia mendadak ganti haluan bertanya apakah Jia Xu pernah bertemu dengan pacarnya Sang Zhi. Mahasiswa pascasarjana. Entah pesona apa yang dimiliki tuh cowok sampai-sampai meimei-nya itu bucin banget sama tuh cowok dan tidak mau pulang liburan musim panas.

Terang saja Jia Xu kaget sekaligus geli mendengarnya, sedangkan Sang Zhi gugup banget sampai-sampai dia yang awalnya berusaha tetap diam biar tidak ketahuan kalau dia sedang bersama Jia Xu, akhirnya refleks bersuara untuk menghentikan kecerewetan Sang Yan.

Sang Yan jelas kaget mendengar adiknya sedang bersama Jia Xu, dia jadi menduga-duga, tapi Sang Zhi dengan cepat memotong dan menyangkal apa pun yang sedang Sang Yan pikirkan tentang mereka berdua, mereka cuma mau makan bersama untuk merayakan ultahnya Jia Xu. 

Dia kan tidak sama seperti Sang Yan yang melupakan ultah teman sendiri, dan lagi, bisa-bisanya Sang Yan dengan tidak tahu malunya mengklaim hadiahnya untuk Jia Xu sebagai hadiah darinya sendiri.

Untungnya Sang Yan percaya dan tidak curiga lagi. Sang Yan pun mengakhiri teleponnya setelah mengingatkan Sang Zhi untuk segera kembali ke asrama kalau sudah selesai.

Sang Zhi akhirnya bisa lega, tapi Jia Xu masih ingin terus membahasnya dengan mengungkit masalah mahasiswa pascasarjana tadi. Dia harus bagaimana, apakah masih sempat untuk mendaftar S2? Dia kan bukan mahasiswa pascasarjana, bagaimana Sang Zhi akan menjelaskannya pada Sang Yan nanti? Atau begini saja, Sang Zhi bilang saja ke Sang Yan bahwa Sang Zhi sudah putus sama mahasiswa pascasarjana itu lalu pacaran dengannya.

"Kapan aku pacaran denganmu? Aneh sekali."

"Kau kan juga sudah mengaku ke kakakmu, masih tidak mau mengaku kalau kau punya perasaan padaku."

Eh tapi beneran deh, Jia Xu penasaran. Apa Sang Zhi sungguh tidak punya perasaan sedikit pun padanya? Canggung, Sang Zhi dengan rada gengsi mengaku bahwa dia ada perasaan pada Jia Xu, tapi sedikit.

"Oh, baiklah," respon Jia Xu datar.

Sang Zhi kecewa. Masa reaksi Jia Xu cuma begini doang? Apa Jia Xu tidak merasa aneh tentang kenapa dia tidak menerima Jia Xu dan menyuruh Jia Xu untuk terus mengejarnya biarpun dia punya sedikit perasaan pada Jia Xu?

"Bukankah kau bilang baru sedikit. Seharusnya belum sampai ke tahap pacaran," santai Jia Xu, sadar betul kalau Sang Zhi sebenarnya cuma jual mahal.

"Bagaimana kalau aku tetap tidak mau menerimamu."

"Kalau begitu kau tunggu saja aku mengejarmu setiap hari. Lagipula, kurasa seumur hidupmu kau hanya akan pacaran sekali ini saja. Jadi apa pun yang gadis lain punya, Zhi Zhi juga harus memilikinya." (Pfft! So sweet Duan Jia Xu.)


Yang tidak Jia Xu sangka, Sang Zhi membawanya ke sebuah restoran yang dia booking khusus untuk merayakan ultahnya, dan begitu mereka tiba, para pelayan sontak paduan suara menyanyikan lagu ultah untuknya. 

Duh! Jia Xu malu banget sampai rasanya mau kabur saja, tapi Sang Zhi sigap menariknya kembali. Sang Zhi juga punya hidangan spesial untuk Jia Xu, tapi belum dia siapkan, jadi dia meminta Jia Xu untuk menunggunya sebentar.

Hidangan yang dimaksudnya adalah mie panjang umur, dia berniat membuatnya dengan tangannya sendiri dari nol yang resepnya dia minta langsung dari mamanya.

Dia begitu fokus memasak sampai tidak sadar kalau Jia Xu melihatnya dari kejauhan dan diam-diam memotretnya... "Hidangan ulang tahun?" tanya Jia Xu mengagetkannya.

Jia Xu sebenarnya agak khawatir, tapi berhubung Sang Zhi ngotot mengusirnya dari dapur dan menolak dibantu, terpaksalah Jia Xu pergi. Wajar kalau dia khawatir. Sang Zhi sebelumnya tidak pernah memasak sendiri, makanya dia banyak melakukan kesalahan dan heboh sendiri karenanya.

Namun akhirnya, setelah beberapa lama berjuang, jadi juga tuh mie panjang umur, lengkap dengan hiasannya yang unik dan lucu terbuat dari wortel. Namun Sang Zhi panik banget tak ingin Jia Xu memakannya, mending buat difoto saja buat kenang-kenangan, soalnya dia tidak yakin dengan rasanya.

Jia Xu menurutinya untuk selfie dengan mie itu... tapi juga langsung memasukkannya ke mulutnya. Jia Xu memuji rasanya enak, tapi Sang Zhi tak percaya. Apalagi saat Sang Zhi ingin ikut mencicipinya, Jia Xu langsung menjauhkan mangkoknya. Jia Xu meyakinkan kalau rasanya beneran enak, tapi kan ini Sang Zhi buat khusus untuk ultahnya, jadi harus dia habiskan sendiri dong.

Baiklah, mie panjang umur sudah dimakan, sekarang saatnya tiup lilin. Sang Zhi memberitahu bahwa dia boleh buat tiga permintaan, yang dua boleh diutarakan tapi yang terakhir harus di dalam hati saja.

Namun Jia Xu tidak butuh tiga permintaan, dia cuma butuh satu... Sang Zhi pasti tahu kan apa harapan yang paling dia inginkan? Sang Zhi awalnya masih agak galau, namun setelah mengingat berbagai kenangan mereka bersama, dia akhirnya mantap menjawab... "harapanmu terlalu mudah terwujud. Aku sudah menyetujuimu."

Jia Xu tercengang saking kagetnya, "jadi maksudmu... kau setuju untuk menjadi pacarku?"

"Karena aku ingin selalu menemanimu di sisimu di ulang tahunmu di masa-masa mendatang."

Akhirnya! Jia Xu begitu bahagia hingga dia langsung menarik lembut Sang Zhi dari tempat duduknya... lalu menc1vmnya. Sang Zhi tersipu malu, Jia Xu pun sama, soalnya biarpun dia lebih senior dari Sang Zhi, tapi dia juga belum pernah punya pengalaman cinta sebelumnya.

Ini pertama kalinya dia pacaran. Pertama kalinya dia menyukai seseorang. Jadi... "jangan berpikir untuk mencampakkanku."

Tak lama kemudian, mereka duduk bersama di luar dengan Jia Xu terus menerus menatap pacar barunya dengan penuh cinta. Sang Zhi merasa kalau hari ini adalah hari spesial. Hari ultahnya Jia Xu yang pertama kali mereka rayakan bersama sekaligus hari pertama mereka jadian. Selanjutnya, Sang Zhi bisa selalu menemani Jia Xu.

Karena sekarang mereka sudah resmi pacaran, Jia Xu pun tidak ingin ada rahasia di antara mereka. Karena itulah, dia langsung memberitahu Sang Zhi tentang keluarganya, bahwa ibunya sudah meninggal dan ayahnya koma karena mencoba bvnvh diri setelah menabrak orang sampai mati gara-gara dia menyetir dalam keadaan mabuk.

Jia Xu sudah melunasi semua biaya kompensasi terhadap korban. Karena itulah, keadaan ekonominya sekarang adalah dia punya mobil tapi tidak punya rumah (rumah yang dia tempati itu rumah kontrakan) dan uang tabungan sedikit.

Jia Xu minta maaf, dia mendadak mengatakan semua ini, Sang Zhi pasti kaget dan tidak nyaman. Sang Zhi menyangkal, dia justru khawatir, takutnya Jia Xu sedih saat mengatakan semua ini.

Jia Xu menyangkal, untuk apa dia sedih. Namun dia akui kalau dia agak gugup, takutnya Sang Zhi akan keberatan dengan latar belakangnya. Sang Zhi menyangkal, dia sama sekali tidak keberatan.

Suatu hari, listrik di asrama mati padahal Sang Zhi harus mengerjakan tugas. Dia berniat mau ke perpus tapi malah mendapati pacarnya sudah menunggu di depan kampus. Dia sudah tahu tentang masalah pemadaman listrik di asrama dan yakin betul kalau perpus sekarang pasti lagi penuh banget. 

Karena itulah, dia langsung saja mengajak Sang Zhi ke rumahnya. Eits! Jangan mikir aneh-aneh, cuma untuk belajar di rumahnya saja kok. Kebetulan, Sang Zhi pasti belum makan kan? Jia Xu nanti akan memasakkan makanan enak untuknya. Dia bisa masak loh.

Tak lama kemudian, mereka tiba di rumah Jia Xu dengan membawa sekantong belanjaan. Sang Zhi gugup, apalagi Jia Xu malah menyuruhnya untuk belajar di kamarnya sama. Namun Jia Xu meyakinkan bahwa dia hanya ingin Sang Zhi konsen belajar saja, dia mau masak, takutnya mengganggu belajarnya Sang Zhi. Saat Sang Zhi masih saja ragu, Jia Xu langsung saja menyeretnya ke kamarnya dan mendudukkannya di meja belajarnya.

"Lalu apa yang akan kau lakukan selama aku belajar?" tanya Sang Zhi.

"Aku akan duduk di sini saja," jawab Jia Xu sambil duduk di kasurnya. 

Dia cuma ingin melihat Sang Zhi lebih lama saja kok. Mendengar itu, Sang Zhi langsung saja mendekatkan wajahnya agar Jia Xu bisa melihatnya lebih jelas.

Bersambung ke episode 18

Post a Comment

0 Comments