Episode 18: Terpesona, Saus Plum Hitam.
Sang Zhi santai saja mendekatkan wajahnya, tidak sadar kalau dia membuat Jia Xu jadi tergoda. Saat dia mau menjauh sambil mengusir Jia Xu, tiba-tiba saja Jia Xu menariknya ke dalam pelukannyadan mendekapnya mesra.
"Aku tidak boleh di sini? Tidak bicara sepatah kata pun tidak boleh?"
"Kau bilang tidak akan memengaruhiku belajar?" debat Sang Zhi gugup.
Baiklah, Jia Xu mengerti kok. Dia langsung saja mendudukkan Sang Zhi di meja belajar. Belajarlah yang giat, Jia Xu akan memasakkan makanan enak untuknya. Sang Zhi mau makan apa?
"Apa saja boleh asalkan itu masakanmu."
"Baiklah. Panggil aku kalau kau ingin makan atau minum sesuatu."
"Jia Xu Ge, kenapa rasanya seperti kau sedang menjaga anak kecil?"
"Memang. Aku takut adik kecilku diculik," canda Jia Xu sebelum kemudian keluar kamar.
Tak lama kemudian, Jia Xu selesai masak dan mereka pun makan bersama. Jia Xu memberitahu bahwa Sang Zhi adalah orang pertama yang mencicipi masakannya, orang lain tidak bisa memakan masakannya.
Sudah kenyang, Sang Zhi langsung sigap cuci piring. Tadi Jia Xu yang memasak, jadi sekarang giliran Sang Zhi yang cuci piring. Jia Xu pun membantunya memakai celemek.
Sebagai anak yang selalu dimanjakan di keluarganya, pantaslah kalau Sang Zhi tidak terlalu mahir cuci piring. Namun dia tetap mau belajar dan sangat pengertian, makanya dia bertekad untuk tetap cuci piring dan berpikir kalau dia pasti akan lebih mahir seiring berjalannya waktu. Kelak tidak boleh membiarkan Jia Xu melakukan segalanya sendirian.... Ah! Sang Zhi baru menyadari makna dari ucapan terakhirnya itu. Dia berpikir terlalu jauh.
Usai cuci piring, Sang Zhi masih harus lanjut belajar. Namun tiba-tiba saja rasa kantuk setelah makan menyerang. Dia berusaha melakukan berbagai aktivitas untuk menghilangkan rasa kantuknya, tapi susah sekali.
Akhirnya dia memutuskan menyerah dan istirahat sebentar saja di kasurnya Jia Xu. Saat inilah dia baru menyadari kalau Jia Xu meletakkan boneka beruang putih di samping kasur, boneka yang sudah lama tidak dilihatnya, akhirnya mereka bertemu lagi sekarang.
Dia mau tidur lima menit saja... lima menit saja. Namun baru juga beberapa detik memejamkan mata, tiba-tiba terdengar suara Jia Xu mau masuk kamar. Sang Zhi sontak panik menjatuhkan dirinya ke lantai, pura-pura seolah dia lagi belajar di sana yang jelas saja membuat Jia Xu bingung sekaligus geli melihatnya belajar dalam posisi aneh itu. Dia lagi ngapain sih? Ngapain belajar di lantai?
"Begini lebih menantang, tidak mudah mengantuk."
Pfft! Sungguh pilihan kata yang aneh. Mendengar itu, Jia Xu tiba-tiba saja mendorongnya ke kasur dan mulai menggodanya, "kau suka yang menantang, kan? Mari kita coba sesuatu yang menantang."
Gugup, Sang Zhi sontak mendorongnya menjauh sambil memprotes perbuatan tidak benar Jia Xu ini. Dia ingin menjauh, tapi Jia Xu langsung menariknya kembali. Kali ini dia tidak melakukan apa-apa, cuma penasaran kenapa tadi Sang Zhi jatuh dari kasur.
Sang Zhi mengaku kalau dia ngantuk berat padahal tadi dia sudah bertekad untuk belajar di hadapan Jia Xu. Kalau Jia Xu melihatnya tidur, dia takut Jia Xu akan mengira kalau dia tidak memedulikan Jia Xu.
Jia Xu jadi gemas sama dia, mana mungkin dia berhati sesempit itu. Dia bahkan langsung menyuruh Sang Zhi untuk tidur sekarang juga. Nanti dia akan membangunkan Sang Zhi. Ya mungkin dia bakalan agak bosan sih, tapi tidak apa-apa, dia sudah cukup senang Sang Zhi datang ke sini untuk belajar.
Dia mau langsung keluar, tapi Sang Zhi tiba-tiba menggenggam tangannya dengan gugup mengaku bahwa dia bukannya tidak senang dengan perbuatan Jia Xu tadi. Hanya saja, dia sangat gugup setiap kali dekat dengan Jia Xu.
Pokoknya intinya dia bukannya tidak menyukai Jia Xu, tapi juga tidak mau terus terang mengaku kalau dia menyukai Jia Xu. Geli, Jia Xu menyuruhnya untuk tidur saja sekarang. Dengan lembut dia meletakkan kepala Sang Zhi di bantal, menyelimutinya sebelum kemudian keluar kamar dan membiarkannya tidur.
Malam harinya, Jia Xu mengantarkan Sang Zhi pulang kembali ke asrama jalan kaki. Sang Zhi jalan sambil makan permen kesukaannya. Jia Xu awalnya menolak memakannya, tapi sedetik kemudian dia mendadak berubah pikiran dan langsung meminta satu.
Sang Zhi dengan senang hati meletakkan sebiji ke tangan Jia Xu, tapi tiba-tiba saja Jia Xu menggenggam tangannya dan membujuknya untuk bergandengan tangan dengannya. Sang Zhi. Awalnya Sang Zhi masih agak gugup, tapi akhirnya dia setuju dengan tersipu malu.
Akhirnya, mereka pun melanjutkan perjalanan dengan bergandengan tangan, pertama kalinya bergandengan tangan sebagai pacar dan keduanya sama-sama masih tersipu malu. Jia Xu penasaran kenapa Sang Zhi ingin magang.
"Karena... aku ingin mencobanya." (mencoba bersama Jia Xu)
Jia Xu senang, "terima kasih."
Tapi Sang Zhi bingung kenapa Jia Xu kudu nanya dulu hanya untuk menggandeng tangannya. Biasanya orang lain kalau mau gandeng tangan ya langsung gandeng saja.
"Bukankah sebelumnya kau tidak senang karena aku menc1vmmu tanpa memberitahumu sebelumnya?"
Sang Zhi menyangkal, "aku bukannya tidak senang. Aku hanya...gugup."
"Aku tahu. Kau mendadak jadi pacarku, apa kau kurang terbiasa?"
Sang Zhi menyangkal, Jia Xu jangan berpikir sembarangan. "Apa aku tidak pernah memberitahumu? Aku sungguh sangat menyukaimu. Aku benar-benar sangat suka."
Tersentuh, Jia Xu pun langsung meng3cvp lembut kening Sang Zhi, "aku juga sangat menyukaimu."
Saat Jia Xu pulang tak lama kemudian, Qian Fei meneleponnya dan mengabarkan kalau dia mau dinas lagi ke Yihe dan menuntut Jia Xu untuk mentraktirnya makan enak. Jia Xu dengan senang hati berkata akan mentraktirnya pesta seafood.
Wuih! Tumben banget Jia Xu sedermawan ini. Qian Fei jadi curiga, apa jangan-jangan sekarang Jia Xu sudah berhasil mendapatkan gadis yang disukainya itu? Jia Xu mengiyakannya.
Wah! Qian Fei senang dan langsung mengingatkan Jia Xu untuk berterima kasih padanya. Dialah yang sudah berjasa sehingga Jia Xu bisa mendapatkan gadis itu. Qian Fei bangga banget dan langsung saja pamer tentang masalah ini di grup, sengaja ingin memprovokasi Sang Yan.
Hadeh! Jia Xu akhirnya terpaksa mengaku bahwa Qian Fei sebenarnya mengenal gadis ini. Bukan orang Yihe, melainkan orang Nanwu yang datang ke Yihe untuk kuliah. Qian Fei awalnya masih nggak nyambung siapa. Namun begitu mendengar bagian terakhir, dia langsung panik, jangan bilang kalau yang Jia Xu maksud adalah Sang Zhi?
Sayangnya Jia Xu membenarkan kecurigaannya. Waduh! Gawat! Qian Fei mendadak menolak mengakui jasa-jasanya dalam hubungan mereka. Bisa-bisanya Jia Xu menyukai gadis yang dikenalnya sejak gadis itu masih kecil.
Apa Jia Xu sudah memberitahu Sang Yan? Jia Xu mengaku belum, dia berniat untuk datang ke Nanwu kapan-kapan dan memberitahukan masalah ini langsung pada Sang Yan. Lebih baik masalah ini dibicarakan secara langsung.
Baru ingat, Qian Fei buru-buru ingin menghapus chat yang dia kirim ke Sang Yan barusan, tapi terlambat, saat itu juga Sang Yan mendadak menelepon Jia Xu. Qian Fei tidak mau ikut campur, tapi Jia Xu langsung saja mengikutsertakannya ke dalam panggilan grup ini.
Sang Yan sontak heboh memprotes Jia Xu, tapi karena dia belum tahu siapa pacarnya Jia Xu, jadi dia cuma protes karena Jia Xu meminta saran cinta pada Qian Fei dan bukannya padanya.
"Gadis mana yang begitu sial?" tanya Sang Yan. (Pfft! Adikmu, Bang)
"Memang agak sial. Namun aku benar-benar harus berterima kasih pada Qian Fei."
Qian Fei sontak panik menolak mengakui jasa-jasanya, mengklaim kalau dia tidak pernah berbuat apa pun untuk membantu percintaan Jia Xu. Sang Yan sebenarnya agak aneh dengan sikap Qian Fei yang kedengarannya panik banget, tapi untungnya dia tidak curiga, cuma masih kesal karena tidak diikutsertakan masalah masalah ini. Dia juga tidak curiga saat Jia Xu mengaku bahwa dia berniat kembali ke Nanwu untuk memberitahu masalah ini langsung padanya.
Sang Zhi baru pulang ke kamar asrama tapi malah mendapati Ning Wei lagi asyik baca novel roman dan bukannya mengerjakan tugas akhir semesternya. Sang Zhi mencoba memaksanya untuk mengerjakannya sekarang, tapi Ning Wei ngotot mau mengerjakannya besok saja di perpus.
Dia tahunya kemarin Sang Zhi pergi ke perpus, makanya dia menanyakan jam berapa ada tempat kosong di perpus. Namun yang tak disangkanya, Sang Zhi mengaku kalau dia kemarin tidak pergi ke perpus... melainkan ke rumah pacarnya.
Ning Wei sontak heboh dengan berbagai pikiran aneh-anehnya dan penasaran apakah mereka kemarin... muach-muach? Pasti Lao Gege kan yang berinisiatif duluan? Yang lebih tua biasanya memang lebih berpengalaman.
Namun ada sesuatu yang mengganggu Sang Zhi perlu dia konsultasikan dengan Ning Wei, perihal kontak fisik dengan pacar. Apakah Ning Wei gugup setiap kali kontak fisik dengan pacarnya? Ning Wei menyangkal dengan riang, justru pacarnya yang suka gugup waktu awal-awal mereka pacaran, tapi sekarang mereka sudah sangat nyaman dengan satu sama lain.
Eh... Ning Wei jadi penasaran, Sang Zhi gugup kontak fisik dengan pacarnya? Sang Zhi jujur mengiyakannya. Dia bahkan khawatir kalau dia terlihat tidak senang saat gugup, makanya dia sampai harus menjelaskannya pada Jia Xu biar Jia Xu tidak salah paham.
Menurut Ning Wei, berhubung sekarang mereka sudah jadi pasangan, maka Sang Zhi seharusnya bersikap biasa saja. Kontak fisik antar pasangan itu kan wajar. Kalau dia terus bersikap seperti ini dan terus menerus menjelaskan, lama kelamaan bisa jadi menyebalkan.
Seharusnya dia menikmati proses berpacaran dengan bahagia, yang salah satu dari proses tersebut adalah kontak fisik.
Hmm, Ning Wei benar juga, tapi... Sang Zhi khawatir dengan sikapnya yang sebelumnya sudah terlanjur seperti itu. Takutnya Jia Xu akan berpikir yang tidak-tidak.
Kalau begitu, Ning Wei menyarankan agar Sang Zhi yang mengambil inisiatif dan beri tahu Jia Xu melalui aksi agar Jia Xu tahu bahwa Sang Zhi bukannya tidak suka, melainkan sangat menyukainya.
Ide bagus. Boleh dicoba. Mereka kan memang sudah resmi pacaran, jadi tidak seharusnya dia gugup dengan kontak fisik mereka. Sang Zhi pun langsung chat Jia Xu dan to the point untuk mengajaknya kencan weekend nanti. Tentu saja Jia Xu langsung setuju dengan senang hati.
Weekend pun tiba, hari ini mereka kencan di arena sepatu roda di mana Jia Xu akan mengajari Sang Zhi bersepatu roda. Seperti biasanya, Sang Zhi sangat amat perhatian pada Jia Xu sehingga dari melihat wajah Jia Xu saja dia bisa langsung menduga kalau Jia Xu pasti begadang untuk lembur semalam.
Dia jadi khawatir untuk kencan di tempat yang notabene menguras tenaga ini, dan mencoba mengusulkan untuk kencan yang lain saja yang aktivitasnya lebih ringan seperti makan atau jalan-jalan. Namun Jia Xu menolak, bersikeras ingin tetap mengajari Sang Zhi main sepatu roda. Lagian dia sudah antusias dan tidak sabar ingin pamer kemampuan bersepaturodanya pada Sang Zhi.
Namun saat dia tengah memapah Sang Zhi, tiba-tiba saja Sang Zhi dengan penuh keberanian dan blak-blakan menyatakan bahwa hari ini dia berencana berc1vm4n dengan Jia Xu.
Jia Xu sampai hampir menjatuhkan Sang Zhi saking kagetnya mendengar ucapan Sang Zhi itu. Canggung, Sang Zhi buru-buru menjelaskan bahwa maksudnya memberitahu Jia Xu lebih dulu biar Jia Xu tidak merasa terlalu mendadak. Dia mengklaim kalau dia tidak gugup sama sekali, Jia Xu tidak gugup kan? (Pfft Padahal aslinya gugup banget tuh). Jia Xu geli mendengarnya, terus siapa yang akan mengambil inisiatif, Sang Zhi atau dia?
"Tentu saja aku," ujar Sang Zhi sok cool.
Sang Zhi sudah semangat banget monyongin bibir, eh Jia Xu malah semangat main sepatu roda dan langsung meluncur meninggalkannya begitu saja dalam keadan bibir monyong. Sang Zhi kan jadi malu.
Jadilah mereka main sepatu roda dengan Sang Zhi yang suka cari-cari kesempatan untuk mencium Jia Xu, tapi Jia Xu sengaja menggodanya dengan terus menghindar. Sang Zhi lama-lama jadi sebal, tapi dia pantang menyerah... hingga akhirnya dia berakhir dalam pelukan Jia Xu dan kali ini Jia Xu tidak lagi menghindar.
Sang Zhi pun akhirnya berhasil meng3cvpnya singkat. Jia Xu langsung pura-pura protes, mengklaim kalau dia barusan tidak siap, jadi yang barusan tidak bisa dihitung. Maka Sang Zhi pun menc1vmnya lagi dengan lebih mesra.
Usai ujian, Sang Zhi dan ketiga kawannya membicarakan masalah magang dan kedua orang tua Sang Zhi yang masih menginginkannya untuk pulang, tapi Sang Zhi masih bersikeras ingin magang di Yihe.
Alasannya sih karena bisa memberi banyak kesempatan kerja, tapi pastinya alasan utamanya adalah demi sang pacar tercinta. Tepat saat itu juga, harapan Sang Zhi akhirnya berhasil terkabul saat dia mendapat telepon dari perusahaan yang menerimanya magang di perusahaan mereka.
Epilog:
Sebelumnya saat mereka masih dalam perjalanan ke rumah Jia Xu, Sang Zhi baru saja membeli minuman tapi malah mendapati seorang wanita tengah mencoba mendekati Jia Xu dan meminta kontaknya.
Jia Xu tegas menolaknya, menjelaskan kalau dia sudah punya pacar, dia bisa mati kalau pacarnya sampai tahu. Apakah Sang Zhi cemburu? Ya iyalah pastinya, tapi dia menolak mengakuinya.
Namun begitu Jia Xu pura-pura mengeluh bahwa dia berharap Sang Zhi bakalan cemburu, Sang Zhi akhirnya ngaku juga kalau dia cemburu, bahkan pura-pura ngambek mengonfrontasi sikap Jia Xu yang terlalu ramah pada wanita tadi.
Lalu waktu Jia Xu sedang membayar belanjaan di kasir swalayan, dia malah melihat seorang pria sedang mendekati dan mencoba meminta kontaknya Sang Zhi. Pfft! Sang Zhi pun menolak pria itu dengan sopan, menjelaskan bahwa dia sudah punya pacar.
Sekarang gantian Jia Xu yang cemburu dan membalikkan semua ucapan yang Sang Zhi ucapkan tadi, kembali ke Sang Zhi, bahkan balas pura-pura ngambek mengonfrontasi sikap Sang Zhi yang terlalu ramah pada pria tadi.
Bersambung ke episode 19
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam