Sinopsis Mae Krua Kon Mai Episode 1 - 2

Param menjelaskan pada ibunya bahwa alasannya bersama Rika hanya karena Rika adalah pasiennya. Ibu kan juga tahu sendiri kalau Rika punya kecenderungan untuk bunuh diri jika dia terlalu stres.

"Kurasa dia palsu. Cih! Terserahlah. Pokoknya kau dilarang mengencani gadis itu. Jangan lupa, kau sudah bertunangan."

"Bu, aku bahkan tidak pernah melihat wajahnya. Aku tidak bisa menikah dengan seseorang yang tidak kukenal." Protes Param.

"Kenapa kau tidak bisa? Ini perintahku. Atau kau ingin aku melanggar janjiku (pada neneknya Dao)?"

"Tapi kurasa Nenek Pathum tidak mungkin serius."

"Tapi aku serius."

Ibu mengingatkan Param bahwa Nenek Pathum adalah orang yang paling berjasa dalam hidup Ibu. Ibu punya banyak hutang budi pada Nenek Pathum.

Dulu ibu adalah anak yatim piatu. Tanpa bantuan finansial dari Nenek Pathum, maka Ibu tidak mungkin bertemu mendiang suaminya dan melahirkan Param. Tanpa Nenek Pathum, Ibu tidak mungkin menjadi Nyonya Pisamorn Montianrak seperti sekarang.

Jadi jika Nenek Pathum menginginkan cucunya untuk menikah dengan Param, lalu bagaimana caranya untuk menolaknya?

Param tersenyum miris memikirkan nasib hidupnya. Dia seorang psikiater yang tugasnya menangani masalah orang lain. Tapi dia malah tidak bisa menangani masalahnya sendiri.

Wat heran melihat Dao mondar-mandir galau sedari tadi, dia ada masalah apa sih? Pagi-pagi sudah gundah gulana. Dao bimbang, ingin bilang tapi juga ragu. Wat jadi tambah penasaran dan langsung mendesaknya untuk bilang saja apapun masalahnya.

Dao akhirnya mengaku bahwa hari ini dia harus pulang. Masalahnya, keluarganya memaksanya untuk menikah.

"HAH?!!! Kau bilang apa?!" Wat sontak melotot heboh mendengarnya.

"Aku dipaksa untuk menikah."

Oab bilang kalau ini perintah nenek, makanya dia buru-buru balik dari Amerika. Wat heran kenapa, apa pria yang dijodohin sama Dao itu tidak bisa cari istri sendiri? Atau dia cowok jelek?

"Kau mau lihat?"

"Iya. Biarkan aku melihat wajahnya."

"Kalau begitu, ikut aku."

Dao pun membawa Wat ke rumah sebelah... tepat saat Param baru membuka pagar. Dao sontak panik balik badan, takut Param melihat wajahnya. Cowok itu tuh orangnya, psikiater paling digandrungi para wanita dan para g~y seantero Thailand, adalah tunangannya.

Dao buru-buru menyeret Wat pergi dari sana. Param pun tak memikirkan mereka lagi karena ibunya memanggil saat itu, memberitahunya bahwa Dao akan kembali dua hari lagi. Mereka kan belum pernah bertemu, jadi Ibu ingin Param pergi menemui Dao di rumah keluarga mereka di Ubon. Param ada waktu kan lusa?

"Bahkan sekalipun aku tidak punya waktu, Ibu akan tetap memaksaku, kan?"

Memang iya. Ibu bahkan langsung menganggap ucapan Param itu sebagai persetujuan lalu memberitahu Nenek Pathum bahwa Param akan pergi menemui Dao di Ubon lusa. Ibu sangat yakin kalau mereka berdua pasti akan jatuh cinta pada pandangan pertama.

Dao sedang dalam perjalanan kembali ke rumahnya sambil teringat percakapannya dengan Wat kemarin. Menurut Wat, masalahnya Param itu bukan karena dia sudah punya cewek, tapi karena ibunya.

Ibunya param itu pelit, mata duitan dan judes. Kabarnya, dulu Nyonya Montianrak pernah kena tipu sampai bangkrut. Hutangnya segunung, makanya dia sangat irit. Wat kasihan sama Param, dia harus bekerja keras demi membayari hutang ibunya.

Informasi itu membuat Dao jadi berpikir kalau Ibunya Param memaksakan perjodohan ini biar bisa mendapatkan uangnya untuk membayar hutang mereka.

Begitu sampai rumah, Dao langsung memeluk manja nenek tercintanya, cipika-cipiki kedua orang tuanya, suasananya benar-benar hangat dan menyenangkan... sampai saat Nenek menyela dan to the point membahas masalah perjodohan itu.

Dao terang-terangan menolak, dia tidak mau menikah dengan Dr. Param. Pria itu sudah punya kekasih, seorang artis bernama Rika. Dan lagi, orang-orang bilang kalau Dr. Param tuh bangkrut dan punya banyak hutang. Masa Nenek tega menikahkannya demi membayari hutang orang lain?

"Omong kosong. Apa yang bicarakan ini? Keluarga besar seperti Montianrak tidak mungkin terlihat kaya dari luar saja. Tunggu dan lihat saja. Besok Dr. Param dan Nyonya Pisamorn akan datang ke rumah kita."

Dao kaget. "Dr. Param akan datang besok?"

Dao mau protes lagi, tapi Nenek langsung pergi ke halaman belakang di mana semua orang sedang sibuk menyiapkan BBQ. Oab heran melihat Dao masih bawa-bawa buku dairy, sudah sebesar ini masih saja nulis dairy.

Dao menegaskan bahwa dia menulis dairy bukan untuk main-main, buku ini berisi resep-resep masakannya yang luar biasa. Awalnya dia berniat mau memasak untuk mereka semua, tapi sekarang dia berubah pikiran.

Dao langsung berusaha membujuk Oab untuk bilang ke Param bahwa dia tidak mau menikah dengan Param. Tapi Oab menolak, tidak berani melawan Nenek. Pantang menyerah, Dao berusaha berpaling ke ayahnya dan ibunya.

Tapi Ayah dan Ibu juga sama saja, tak ada seorangpun yang berani melawan Nenek Pathum. Bahkan saat Nenek menantang mereka untuk angkat tangan jika mereka setuju dengan pernikahan ini, semua orang langsung angkat tangan. 

Oab malah yang paling antusias menyemangatinya untuk menikah saja Param. Dia yakin kalau Param tidak seburuk yang Dao pikir. Dan lagi... jika Dao menikah sama Param, maka Dao bisa jadi mak comblang untuk menjodohkan Oab dengan Pon (sepupunya Param). (Pfft! Mendukung karena ada maunya ternyata)

Dao kesal banget. Baiklah! Akan dia ingat baik-baik bahwa tidak ada seorangpun yang bersimpati dengannya. Dao langsung pergi dengan kesal. Ibu cemas dan ingin mengejarnya, tapi Nenek Pathum melarang. Dao jadi kayak begini gara-gara Ibu terlalu sering memanjakannya.

"Bu, jika Dao tidak ingin menikah, maka kita tidak perlu memaksanya." Protes Ibu.

"Percayalah padaku, Pa. Aku memilihkan yang terbaik untuk putrimu." Tegas Nenek Pathum.

Nyonya Pisamorn dan Param datang keesokan harinya dan Nyonya Pisamorn langsung terang-terangan mengeluhkan harga tiket pesawat yang mahalnya minta ampun.

Tapi satu-satunya yang dipikirkan Oab adalah Pon, apa dia tidak ikut? Param memberitahu Oab bahwa Pon bukannya tidak mau datang, tapi tidak bisa. Mereka datang berdua saja, Ibu terus menerus mengeluhkan harga tiket pesawat.

Nenek Pathum lalu menyuruh Oab untuk menyuruh Dao keluar. Tapi bahkan sebelum Oab sempat bergerak, Ibunya Dao mendadak muncul membisikkan sebuah kabar buruk... Dao menghilang. HAH?!

Dia hanya meninggalkan sebuah surat yang mengatakan bahwa dia butuh waktu untuk membuktikan bahwa Dr. Param benar-benar orang baik. Dia akan menikah dengan Param, hanya setelah dia yakin.

Tapi tentu saja situasi ini membuat Nenek sekeluarga jadi bingung tak tahu harus bagaimana. Buru-buru putar otak, Nenek beralasan kalau cucunya ada pekerjaan darurat, makanya Dao pergi barusan. Anak itu memang begitu, cepat banget kayak ikan.

"Pekerjaan apa, Nek? Dao kan baru balik." Tanya Oab dengan polosnya. Hadeh!

Nenek sontak melempar bantal padanya dengan kesal, kalau dia bilang kerja yah berarti kerja. Nenek setulus hati memohon maaf pada Nyonya Morn dan Param. Tapi dia janji akan membawa Dao ke Bangkok untuk menemui mereka begitu Dao kembali nanti.

Nyonya Morn kecewa. Err... bukan cuma kecewa karena gagal bertemu Dao, tapi juga kecewa karena tiket pesawatnya jadi sia-sia. Sekarang mereka harus balik lagi naik pesawat yang mahal.

Dao kembali ke rumah Wat dan langsung menceritakan kedatangan Param ke rumahnya, makanya dia kabur. Pokoknya dia tetap tidak mau menikah sama Param.

Lihat saja! Dao bersumpah akan membuka topengnya Dokter Param itu dan membuktikan niat asli Param yang cuma ingin menggaet wanita demi uang.

"Lalu apa yang akan kau lakukan?"

Itu dia masalahnya! Dao juga belum tahu musti gimana. Tapi pokoknya dia harus menemukan cara untuk mendekati keluarga itu.

Wat yakin itu tidak akan mudah. Dia tetangga mereka, tapi dia juga tidak banyak tahu tentang keluarga itu. Kecuali... Dao tinggal serumah sama mereka. Oh! Ide bagus! Tapi bagaimana caranya?

Belum juga Wat memikirkannya, tiba-tiba dia malah melihat Param dan ibunya mau masuk rumahnya. Gawat! Wat sontak menyuruh Dao bersembunyi. Dao saking paniknya, malah berusaha menyembunyikan dirinya di balik sofa. Hadeh! Gimana sih? yah bisa ketahuan lah.

Wat sontak menjambak kepang rambutnya dan mendorongnya untuk bersembunyi di dalam toilet. Tapi tidak ada tempat bersembunyi juga di dalam toilet. Duh! Gimana nih?

Tapi... kenapa Param mendadak datang kemari? Apa maunya? Penasaran, Dao pun mengintip mereka. Ternyata mereka bawa oleh-oleh dari Ubon buat Wat dan ibunya berupa Namneuang, tapi cuma seporsi. Pfft!

Wat jadi rada gimana gitu untuk menerimanya. Tapi saat dia mau mengambilnya, Nyonya Morn mendadak menyatakan mau mengambilnya kembali, lagian ini cuma seporsi, jadi pasti tidak cukup buat mereka.

Tapi Wat ngotot ingin mengambilnya, dan jadilah mereka tarik-tarikan heboh yang ujung-ujungnya malah tak sengaja membuat kuahnya muncrat mengenai kemejanya Param.

Ibunya Wat yang tidak mengetahui adanya Dao, menyuruh Param untuk membersihkan dirinya di toilet saja. Aduh, gawat! Wat berusaha mengajak Param untuk membersihkan bajunya di air mancur depan rumah saja, tapi Ibunya Wat malah ngotot menyuruh Param untuk pergi ke kamar mandi.

Dan Param langsung berjalan ke sana saat itu juga. Aduh, aduh, gimana ini? Dao panik banget. Tapi untungnya dia berhasil menyembunyikan diri tepat waktu di balik tembok.

Tapi tiba-tiba Param tak sengaja menjatuhkan sabun tepat ke arah Dao. Dao sontak panik luar biasa saat Param mau mengambilnya... tapi langsung dihadang sama Wat. Fiuh! Syukurlah.

Tapi sekarang Param malah mau pakai toiletnya. Wat berusaha membujuknya untuk pakai toilet di kamar mandi yang lain saja, tapi Param ngotot mau pakai yang di sini.

Wat benar-benar tidak tahu lagi harus bagaimana untuk menolaknya kali ini, jadi terpaksa dia membiarkan Param lalu pergi. Mumpung perhatian Param sedang teralih, Dao buru-buru pindah ke sebelah dan dengan terpaksa harus menahan bau menyengat saat Param sedang melakukan urusan pribadinya. Err... sebenarnya bukan buang air sih, melainkan membuang kuah namneung. Tapi syukurlah sampai Param selesai, Dao sama sekali tidak ketahuan.

Saat mereka pamit, Nyonya Morn mengaku menyesal atas insiden tumpahnya makanan tadi. Alangkah bagusnya kalau dia membawakan makanan dari rumah mereka sendiri.

Tapi masalahnya, sekarang ini di rumahnya sedang tidak punya tukang masak. Tukang masaknya yang sebelumnya sudah berhenti kerja dan pembantunya juga lagi pulang kampung. Nyonya Morn akan senang jika mereka merekomenadasikan seorang tukang masak padanya.

Hmm, informasi yang menarik, Dao mendadak punya ide bagus. Lalu tak lama kemudian, Dao pun menjelma menjadi seorang gadis desa berkulit hitam, berambut pendek dan punya tahi lalat besar di dagunya.

Bersambung ke episode 2

Post a Comment

3 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam