Episode 16: Perasaan, Menunggu Kau Berkencan Denganku.
Tengah malam, Sang Zhi baru membuka kado pemberian Jia Xu yang ternyata isinya kamera. Namun yang tak disangkanya, ada foto d4d4 Jia Xu di dalamnya. Pfft!
Lalu tepat saat itu juga, Jia Xu nge-chat, menanyakan apakah dia menyukai hadiahnya atau tidak. Astaga, sungguh tidak tahu malu.
Sang Zhi langsung memotret foto itu dan mengirimkannya ke Jia Xu. Namun Jia Xu sendiri malah kaget melihat foto itu karena sebenarnya dia tidak pernah merasa mengambil foto itu, dan baru sadar sekarang kalau foto itu tak sengaja terambil saat dia tengah mengecek kamera itu sebelum dibungkus.
Jia Xu sudah cemas saja mengira Sang Zhi tidak suka. Namun tiba-tiba Sang Zhi protes dengan nada flirting, mengklaim kalau hadiahnya kurang bagus karena fotonya kurang jelas. Pfft!
Jia Xu jadi antusias flirting, menggoda Sang Zhi untuk menyetujui keinginannya untuk mengejar Sang Zhi. Kalau Sang Zhi setuju, maka di akan memberikan foto kualitas HD. Pfft!
Sang Zhi pura-pura jual mahal, padahal sekarang saja dia sudah mulai memakai gelang pemberian Jia Xu dan mengubah nm kontak Jia Xu sebagai 'Pengejar'.
Bahkan saat kakaknya mentransfer sejumlah uang sebagai hadiah ultah untuknya, Sang Zhi dengan antusias memberitahunya bahwa dia mungkin akan segera punya pacar, usianya lebih tua.
Namun begitu membaca chat itu, Sang Yan langsung meneleponnya untuk melabraknya karena dia tidak setuju adiknya pacaran terlalu cepat, seharusnya Sang Zhi fokus kuliah saja dan bukannya pacaran. Sang Zhi kenalan di mana sama tuh orang? (Pfft! Temanmu sendiri)
Gugup, Sang Zhi berbohong kalau pria itu adalah mahasiswa Pascasarjana di kampusnya. Namun Sang Yan ngotot tidak setuju, dia tidak setuju Sang Zhi pacaran sama yang lebih tua, apalagi kalau tuh orang lebih tua dari Sang Yan, dia tidak mau dipanggil 'Ge' oleh orang yang lebih tua darinya. Titik! Sang Yan langsung mematikan teleponnya begitu saja tanpa memberi Sang Zhi kesempatan bicara.
Yang tidak Sang Zhi ketahui, Sang Yan benar-benar cemas banget sama dia, takut dia ditipu cowok seperti waktu dia SMA dulu, makanya kemudian Sang Yan melaporkan hal ini ke Jia Xu dan meminta Jia Xu untuk mengawasi adiknya. Pfft! Geli, Jia Xu mengiyakannya saja.
Tak lama kemudian, Sang Zhi sedang memotreti gelang pemberian Jia Xu pakai kamera pemberian Jia Xu saat Ning Wei mendadak muncul dari belakangnya dan langsung kepo menanyakan gelang itu.
Pasti pemberian Lao Gege kan? Dia penasaran sampai kapan Sang Zhi akan membiarkan Lao Gege mengejarnya. Sang Zhi harus menentukan deadline.
Ning Wei menyarankan agar Sang Zhi tidak membuat Lao Gege menunggu terlalu lama. Tapi tentu saja, keputusan akhir ada di tangan Sang Zhi. Terima cinta Lao Gege saat Sang Zhi merasa itu waktu yang tepat.
"Aku merasa sekarang waktu yang tepat," ujar Sang Zhi saking antusiasnya.
Tapi... Sebenarnya Sang Zhi agak sedikit khawatir juga sih, takut kalau Jia Xu cuma semangat di awal saja. Ning Wei yakin kalau itu tidak mungkin. Mereka kan sudah saling mengenal selama bertahun-tahun. Jadi sekarang dia pasti serius tentang niatnya mengejar Sang Zhi. Kalau Sang Zhi khawatir, maka coba saja dia mengetes Lao Gege.
Keesokan harinya, Jia Xu nge-chat menanyakan apakah besok Sang Zhi ada waktu. Sang Zhi sebenarnya mau bilang iya, tapi Ning Wei mendadak menghentikannya. Malah Ning Wei yang sekarang paling semangat untuk mengetes Lao Gege dengan menyuruh Sang Zhi untuk bilang tidak ke Lao Gege. Sang Zhi menurutinya, tapi dia menjawab dengan ambigu... 'mungkin tidak punya waktu'.
Yu Xin dan Wang Wang sebenarnya kurang setuju dengan cara Ning Wei ini. Ujian cinta semacam ini tuh biasanya sulit diprediksi hasilnya. Namun karena Ning Wei ngeyel, jadi ya sudah, mereka mengalah saja.
Jia Xu bingung banget dengan jawaban nggak jelas itu, maksudnya gimana, ada waktu atau tidak? Untungnya dia punya rekan kerja yang lebih memahami masalah beginian dan memberitahunya bahwa ini maksudnya adalah orang itu sebenarnya punya waktu tapi dia ingin melihat sikap Jia Xu dulu.
Kalau begitu, Jia Xu ganti mengajaknya keluar hari Kamis malam. Kali ini mendapatkan oke dari Ning Wei, Sang Zhi pun langsung menyetujuinya. Jia Xu girang banget sampai refleks meninju meja.
Hari Kamis sore, Sang Zhi sudah dandan cantik untuk kencannya dengan diantarkan keluar oleh ketiga temannya. Namun tiba-tiba saja Jia Xu menelepon dan mengabarkan bahwa malam ini dia mendadak harus lembur karena ada masalah teknis di proyeknya, jadi dia minta maaf karena terpaksa harus membatalkan janji kencan mereka. Walaupun kecewa, tapi Sang Zhi mengerti.
Yang jadi masalah... di janji kencan mereka berikutnya juga Jia Xu melakukan hal yang sama. Sang Zhi sudah dandan cantik untuk kencannya, eh, Jia Xu malah menelepon lagi dan langsung meminta maaf karena, lagi-lagi, ada masalah di perusahaannya, jadi dia harus lembur dadakan.
Biarpun dia masih bisa bersabar, tapi kali ini Sang Zhi benar-benar kecewa dan jadi mulai meragukan Jia Xu. Dia serius untuk mengejarnya atau tidak sih sebenarnya?
Di janji kencan mereka yang ketiga juga Jia Xu mengecewakannya lagi. Ketiga teman Sang Zhi jelas tak senang dengan sikap Lao Gege kali ini, dia kayaknya nggak serius mengejar Sang Shi. Sang Zhi masih membelanya tapi sebenarnya kesal juga.
Jia Xu dan timnya memang benar-benar sibuk dengan proyek game-nya. Baru hari ini akhirnya pekerjaan mereka selesai dan bisa pulang cepat. Namun tiba-tiba saja Jia Xu mendapatkan telepon dari panti jompo.
Terpaksalah kencan mereka lagi-lagi harus batal. Kali ini Jia Xu tidak mengatakan alasannya, dan Sang Zhi pun sudah terlalu malas bertanya saking kecewanya. Untungnya Sang Zhi punya tiga teman baik yang langsung sigap menghiburnya dan mengalihkan perhatiannya ke tempat lain daripada menunggu gebetan yang nggak jelas.
Jia Xu sendiri tengah menghadapi masalah serius. Kondisi ayahnya memburuk sehingga harus segera dioperasi. Sudah sembilan tahun lamanya ayahnya terbaring koma, entah apakah bisa sadar atau tidak.
Kebahagiaan keluarga Jia Xu hancur pada malam salju pertama sembilan tahun yang lalu. Waktu itu Jia Xu dan Ibunya sudah menunggu Ayah pulang untuk merayakan kemenangan Jia Xu dalam lomba fisika.
Namun entah mengapa ayahnya sulit dihubungi. Bahkan saat akhirnya pulang, dia pulang dalam keadaan tertunduk lesu dan bau alkohol, lalu tiba-tiba saja dia menangis dan mengaku bahwa tadi dia menabrak orang.
Yang jadi masalah, bukannya bertanggung jawab membawa korban ke rumah sakit, Ayah malah langsung kabur meninggalkan korban begitu saja. Jia Xu yang tidak setuju dengan perbuatan ayahnya ini, langsung mau menelepon polisi, berharap korban akan tertolong. Jika tidak, konsekuensinya pasti akan jauh lebih parah.
Namun sayangnya Ayah malah ngotot melarang Jia Xu lapor polisi, mereka jadi ribut berdebat karena hal ini. Ibu juga setuju dengan Jia Xu, tapi Ayah ngotot menolak, dan saat akhirnya Jia Xu tetap menelepon polisi melaporkan masalah ini, Ayah tiba-tiba saja nekat melompat dari jendela.
Ayah tidak mati, namun dia koma selama bertahun-tahun, otomatis membebankan semua tanggung jawab atas kesalahannya sepenuhnya ke pundak istrinya dan Jia Xu yang saat itu masih SMA.
Sejak saat itu, Jia Xu dan ibunya harus pindah ke rumah yang lebih kecil. Dengan keadaan mereka yang harus menanggung hutang begitu besar, Jia Xu bahkan berniat mau kerja sepenuhnya saja dan tidak kuliah.
Namun Ibu ngotot tidak setuju dan memaksa Jia Xu untuk tetap melanjutkan kuliah. Ibu berjanji akan bekerja keras siang-malam agar Jia Xu bisa tetap kuliah, Ibu tidak mau kesalahan Ayah memengaruhi Jia Xu. Ibu bahkan mengancam akan putus hubungan dengan Jia Xu kalau Jia Xu tidak mau melanjutkan studinya.
Ibu sebenarnya sudah mulai merasakan sakit, namun dia tahan-tahan. Namun beberapa waktu kemudian, Ibu akhirnya harus dirawat di rumah sakit. Biaya rumah sakit pastinya mahal, makanya Ibu ingin cepat pulang saja.
Jia Xu berusaha meyakinkan bahwa Ibu tidak perlu keluar dari rumah sakit karena dia sudah mendapatkan pinjaman uang dari teman kuliahnya untuk biaya berobat Ibu. Namun Ibu tidak setuju, mereka masih punya banyak hutang pada keluarga korban, sekarang malah tambah hutang lagi ke temannya Jia Xu.
Karena itulah Ibu berusaha mendesak Jia Xu untuk mengembalikan pinjaman uang itu, takut Jia Xu akan menanggung beban hutang sangat banyak jika dia meninggal.
Pada akhirnya Ibu meninggal dunia lebih cepat sehingga Jia Xu harus menanggung segalanya seorang diri selama bertahun-tahun. Membayar kompensasi pada Jiang Ying, mengembalikan uang pinjaman pada Keluarga Sang dan juga masih harus membiayai ayahnya yang koma.
Tidak tahan lagi menunggu Jia Xu yang masih juga belum menghubunginya, Sang Zhi akhirnya berinisiatif mengirim chat padanya. Jia Xu yang saat itu baru pulang, awalnya berniat menjawabnya singkat saja.
Dia benar-benar sudah lelah dan dalam suasana hati yang buruk juga, tapi akhirnya dia berubah pikiran dan langsung menelepon Sang Zhi untuk mengajaknya makan bersama sekarang juga.
Sang Zhi bingung dan ragu mengingat sekarang sudah malam. Namun sebenarnya mereka masih punya waktu 3 jam sebelum asramanya Sang Zhi tutup, maka ketiga temannya pun langsung sigap bekerja sama mendadani Sang Zhi secepatnya, menyemprot parfum lalu mendorongnya keluar.
Akhirnya setelah beberapa kali gagal kencan, kali ini mereka bisa ketemuan juga. Sang Zhi jujur mengakui bahwa belakangan ini dia sibuk dengan berbagai macam kegiatan kampus dan organisasi... dan juga menunggu seseorang mengajaknya berkencan.
Ah! Jia Xu akhirnya menyadari kesalahannya dan setulus hati meminta maaf, tapi sungguh dia tidak bermaksud ingkar janji, hanya saja dia benar-benar punya banyak urusan. Namun dia menolak memberitahu detilnya dan cuma bilang bahwa urusannya cuma urusan sepele dan tidak penting.
Namun seperti biasanya, Sang Zhi yang selalu memperhatikan Jia Xu, bisa melihat dari wajahnya kalau Jia Xu sepertinya sedang tidak senang. Dia jadi khawatir, apa Jia Xu kecapekan bekerja?
Jia Xu menyangkal, dia justru senang karena akhirnya bisa makan bersama Sang Zhi, sungguh. Dia bahkan langsung tersenyum dengan patuh saat Sang Zhi menyuruhnya senyum. Baiklah, Sang Zhi percaya.
Sang Zhi lalu mendatangi penjual permen kapas lalu belajar membuat sendiri permen kapasnya. Dia tampak begitu cantik sehingga Jia Xu jadi semakin terpesona melihatnya dari meja mereka.
Dia akhirnya memutuskan menyusul ke sana dan saat inilah akhirnya dia melihat gelang pemberiannya sekarang sudah dipakai Sang Zhi. Jia Xu senang sekali. Apalagi Sang Zhi ternyata membuat permen kapas sendiri khusus untuknya.
"Kau ini seperti menghibur anak kecil saja," komentar Jia Xu.
"Benar. Aku sedang menghibur anak kecil tua. Dulu jika aku tidak senang, aku akan senang setelah makan permen. Bagaimana kalau kau mencobanya?"
Jia Xu benar-benar tersentuh, ini pertama kalinya dia dihibur seperti ini. Terima kasih. Namun dia penasaran, apakah sebelumnya Sang Zhi pernah membuatkan permen kapas untuk orang lain? Kelihatannya Sang Zhi cukup ahli membuat permen kapas.
Sang Zhi menyangkal, ini pertama kalinya dia membuat permen kapas sendiri dan Jia Xu orang pertama yang memakan permen kapas buatannya. Oooh, Jia Xu mendadak terkikik senang sekali, dia mengerti. Hah? Mengerti apa?
"Bukankah ini artinya kau sudah setuju untuk menjadi pacarku?"
"Hah? Se...sejak kapan aku setuju?"
"Mana ada orang yang membuatkan permen kapas untuk teman biasa? Lagipula, bukankah kau sudah memakai gelangnya?"
Sang Zhi dengan penuh gengsi ngotot menyangkal kalau dia sudah setuju. Jangan bersikap curang, Jia Xu tidak akan berhasil mengejarnya.
"Jadi harus bagaimana untuk mengejarmu?" tanya Jia Xu.
Sang Zhi heran, kok malah nanya ke dia? Cari tahu sendiri dong. Cari di internet kek, tanya ke orang kek. Namun Jia Xu masih ngotot tanya langsung padanya, kan Sang Zhi yang dia kejar, jadi Sang Zhi yang harus mengajarinya tentang bagaimana cara mengejar Sang Zhi.
Sang Zhi menolak mengatakan detil bagaimananya, tapi yang pasti, caranya Jia Xu nih salah dan tidak akan berhasil. Tidak boleh kalau jarang menelepon atau jarang mengirim pesan, apalagi bertemu sesekali doang seperti ini. Memangnya Jia Xu pikir lagi pacaran daring apa gimana?
"Ngomong-ngomong tentang pacaran daring, aku jadi ingat dulu ada seseorang..."
" Sudah! Sudah! Tidak usah diungkit lagi."
Jia Xu bercanda kok. Hari ini dia sudah tahu kalau dia salah. Karena itulah, dia janji, kali ini dia akan lebih serius dan lebih berusaha untuk mengejar Sang Zhi. Sungguh! Jadi, apa besok Sang Zhi ada waktu?
Sayangnya tidak ada. Biarpun besok weekend, tapi Sang Zhi ada jadwal menghadiri kelas kakak senior yang mau berbagi pengalaman. Akan tetapi... Sang Zhi sebenarnya masih mau memberi harapan pada Jia Xu agar mereka ketemuan di sore hari, eeeeh, Jia Xu malah kecewa duluan dan langsung saja menyatakan bahwa besok dia terpaksa harus lembur lagi lalu pergi begitu saja dengan muka kecewa. Pfft! Sang Zhi bahkan belum sempat ngomong apa-apa.
Namun keesokan harinya, Sang Zhi malah kaget melihat Jia Xu mendadak muncul di kelas. Wang Wang yang saat itu duduk di sampingnya, sontak beranjak bangkit untuk pindah tempat duduk dan membiarkan kedua sejoli itu berduaan.
Keduanya sama-sama cantik dan ganteng, pantas saja mereka langsung jadi pusat perhatian. Teman-temannya Sang Zhi langsung bisik-bisik heboh, meyakini kalau cowok ganteng itu pasti pacarnya Sang Zhi.
Tapi bagaimana bisa Jia Xu di sini? Tentu saja dia mencari tahu, tapi dia menyangkal kalau dia datang khusus untuk menemani Sang Zhi, mengklaim kalau mereka tak sengaja bertemu di sini. Pfft! Baiklah, terserah Jia Xu saja.
"Kau yang sudah lulus dua tahun, kebetulan bertemu dengan mahasiswa tahun pertama sepertiku, bahkan berpakaian seperti ini (seperti mahasiswa)."
"Tampak muda, kan?
" Lumayan."
"Kelak aku akan berpakaian begini."
Tiba-tiba Sang Zhi baru menyadari kalau Wang Wang sedang memotreti mereka, dan teman-temannya yang lain juga masih memperhatikan mereka, apalagi Jia Xu terus menatapnya dengan penuh cinta yang membuat semua orang jadi semakin heboh bisik-bisiknya.
Sang Zhi kan jadi malu, makanya dia tiba-tiba saja menyatakan kalau dia ngantuk, mau tidur sebentar mumpung acaranya masih belum mulai.
"Kenapa begitu aku datang, kau langsung mengantuk?"
"Nggak kok. Kau tidak datang pun aku sudah mengantuk sedari tadi."
Oh begitu? Baiklah, silahkan tidur. Namun kepala Sang Zhi malah gerak-gerak terus, jelas menunjukkan kalau dia cuma pura-pura tidur. Gemas, Jia Xu langsung saja mendekat sangaaaaaaat dekat, lalu menyodok lembut pipinya sambil membuat suara k3cvp4n, dan itu berhasil membuat Sang Zhi membuka mata menatapnya.
Bersambung ke episode 17
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam