Sinopsis Legend of Yun Xi Episode 6 - 3

 Sinopsis Legend of Yun Xi Episode 6 - 3

Di taman istana, Kaisar meyakinkan Fei Ye bahwa jika kebenarannya terungkap, ia berjanji akan menegakkan keadilan untuk Fei Ye.


"Tidak usah terlalu dipikiran, saya juga ingin kebenarannya segera terungkap dan membuktikan saya tidak bersalah."

"Aku senang kau berpikir begitu."

Tapi karena sekarang Fei Ye tidak punya jabatan resmi, jadi dia tidak perlu lagi menghadiri rapat di istana dan bisa istirahat di rumah selama beberapa hari. Kalau dia hadir di rapat besok, semua orang pasti mengkritiknya.


Kaisar setuju-setuju saja. Dan apakah Fei Ye puas dengan perjodohan pernikahan yang diaturnya untuk Fei Ye?

Fei Ye mengiyakannya dan berterima kasih dengan sopan. Dia sering dinas di luar dan tidak ada yang menjaga ibunya. Tapi sekarang dia tidak perlu khawatir lagi.

Istrinya berasal dari keluarga medis dan memiliki ilmu pengetahuan medis, jadi jika dia dan ibunya sakit, maka istrinya bisa merawat mereka. Karena itulah dia berterima kasih atas perjodohan pernikahan ini.

"Aku senang kau puas dengan perjodohan ini. Kudengar kalau Putri Qin sangat cantik, dia sangat cocok untukmu."

"Terima kasih atas pujian Paduka."

Sekarang karena Qing Ge masuk istana, Qiu Barat tidak akan berani bergerak. Tapi masih ada Bei Li. Bei Li biasanya pintar menyusupkan mata-matanya ke dalam istana dan diam-diam membuat konflik. Kaisar jadi tidak bisa tidur memikirkan masalah itu.

"Jangan khawatir, Paduka. Selama saya masih di sini, saya akan memastikan Paduka akan terbebas dari segala kecemasan."

"Putra Mahkota itu lemah, sedangkan pangeran lainnya tidak punya dukungan politik. Mereka semua tidak bisa diandalkan, aku hanya bisa mengandalkanmu, Adik."

"Baik."


Demi menjalankan rencananya yaitu menyelidiki kasus pembunuhan ini secara diam-diam, Yun Xi sengaja menyelimuti bantalnya biar semua orang mengira dia sedang tidur dan dia bisa keluar pakai dandanan ala pelayan.


Fei Ye dan Xi Feng lalu pergi ke rumah jenazah untuk melihat mayat-mayat para menteri itu. Fei Ye bisa mengendus bau yang agak aneh, seperti bau kayu cendana.

Membakar kayu cendana bisa merusak petunjuk yang berada di dalam mayata-mayat ini. Jadi hal itu sudah pasti tidak akan dilakukan di ruang jenazah ini.

Xi Feng menyimpulkan kalau kayu cendana itu mungkin dibakar saat mereka masih hidup. Tapi aneh, mayat-mayat ini sudah disimpan di sini lebih dari 10 hari, tapi baunya masih ada.

"Selidiki tiap-tiap rumah korban. Terutama, bumbu-bumbu, dupa, dan lain sebagainya." Perintah Fei Ye.


Mereka lalu mengendusi mayat-mayat itu lagi dan menyadari kalau semua mayat punya bau yang sama. Semuanya juga menunjukkan gejala kematian yang sama. Tapi selain Menteri Kehakiman yang mati sekeluarga, kedua menteri yang lain mati sendiri.

Fei Ye menyimpulkan kalau Menteri Kehakiman dan keluarganya pasti diracuni di ruang tertutup. Sementara kedua menteri yang lain, diracuni secara terpisah.

Maka Fei Ye pun memerintahkan Xi Feng untuk menyelidiki apa-apa saja yang kedua menteri itu makan sebelum mati.


Di tengah jalan menuju rumah jenazah, Yun Xi tak sengaja melihat Qi Shao masuk ke sebuah toko kosmetik. Qi Shao agak lupa padanya sampai Yun Xi harus mengingatkannya dengan cara menutupi gaya rambut barunya.

"Gadis beracun?" Qi Shao akhirnya ingat. "Kau jadi makin cantik, aku pangling."

"Semua ini berkat Rumput Shen You-mu."

"Karena aku sudah membantumu, lalu bagaimana kau akan berterima kasih padaku?"

Tapi, sekarang ini Yun Xi tidak bisa. Ada hal penting yang harus dilakukannya. Tapi dia janji akan datang ke Lembah Yao Gui setelah dia selesai dengan urusannya nanti.

"Kau tidak boleh bohong loh."

"Mana mungkin aku membohongi penyelamatku. Lagipula, aku kangen sama si Telinga Putih. Janji jari kelingking deh."

Mereka pun berjanji jari kelingking. Tapi, untuk apa Qi Shao masuk ke toko kosmetik?


"Karena... ini tokoku."

Wah, Yun Xi tak menyangka. Toko kosmetik Hua Xi Kou yang terkenal ini ternyata punyanya Qi Shao.

Tentu saja. Lembah Yao Gui-nya punya banyak tanaman yang sangat cocok digunakan untuk membuat kosmetik wanita. Qi Shao bahkan menghadiahkan sebotol pembersih wajah untuk Yun Xi.

"Baik sekali kau. Setelah pekerjaanku selesai, akan kutraktir kau makan. Aku pergi dulu, yah."

Tapi setelah Yun Xi pergi, Qi Shao galau teringat peringatan pelayannya untuk tidak terlalu dekat dengan Yun Xi karena itu bisa membahayakan Yun Xi.

"Aku tidak boleh terlalu perhatian. Aku tidak boleh berfantasi liar." Gumam Qi Shao mengingatkan dirinya sendiri.


Fei Ye dan Xi Feng baru keluar dari rumah jenazah bersamaan dengan datangnya beberapa tabib, termasuk Tabib Han (Ayahnya Yun Xi), yang datang untuk memeriksa mayat-mayat itu.

"Tak kusangka kalau kasus ini akan merepotkan Tabib Han dan Tabib Gu. Terima kasih."

"Sebagai seorang pejabat, ini sudah menjadi kewajiban kami untuk membantu Pangeran."

"Tabin Han sungguh setia."

Fei Ye lalu menyinggung tentang apa yang pernah dikatakan Yun Xi dulu, bahwa Tabib Han memiliki seorang murid yang ilmu medisnya sangat hebat. Murid yang katanya mirip Fei Ye itu. Fei Ye ingin sekali bertemu dengannya. Tabib Han malah bingung, dia tidak pernah punya murid. Wah, ketahuan deh Yun Xi.

Fei Ye tidak mengatakan apapun dan mengklaim kalau dia mungkin salah dengar saja. Tapi begitu Tabib Han pergi, ekspresinya semakin mengeras menyadari istrinya ternyata pembohong besar.


Qi Shao menemui Putra Mahkota di rumah bordil dan memperhatikan moodnya tampaknya sedang senang hari ini.

Putra Mahkota memberitahunya kalau hari ini Kaisar sudah mencopot jabatan dan kekuasaan militer Fei Ye berkat desakan Konselor Kerajaan. Dia yakin sebentar lagi Fei Ye pasti akan ditangkap.

"Anda menyuruh yang lain untuk mendakwa Pangeran Qin?"

"Iya."

Tapi Qi Shao kurang senang mendengar itu. Menurutnya akan jauh lebih baik jika mereka tidak melakukan apapun saat ini.

Kasus ini kan tidak ada hubungan dengan Putra Mahkota. Tapi jika Putra Mahkota terus-terusan ikut campur, hal itu justru akan memancing kecurigaan Pangeran Qin terhadapnya.

Putra Mahkota baru sadar. Benar juga, Qi Shao memang hebat dan berpikir jauh ke depan. Pamannya juga sudah memperingatkannya. Kalau begitu, Putra Mahkota akan menyuruh orang-orangnya untuk tidak melakukan tindakana apapun.


Yun Xi akhirnya sampai di rumah jenazah. Tapi para penjaga menghalanginya masuk. Yun Xi beralasan kalau dia datang untuk mengambil jenazah pamannya, tapi para penjaga menuntutnya untuk menunjukkan surat resmi dari pengadilan.

Yun Xi terus berusaha membujuk mereka, tapi para penjaga itu tetap ngotot untuk mengikuti peraturan, mereka bahkan mengancam Yun Xi dan mengusirnya. Kesal, Yun Xi terpaksa menabur bubuk bius ke mereka dan akhirnya sukses masuk ke dalam.


Tampak tak ada siapa-siapa di sana. Tapi saat dia berniat mendekati salah satu mayat, tiba-tiba saja seorang tabib muncul dan kain penutup mayat itu tersingkap.

Yun Xi sontak memekik ketakutan dan menutup matanya. Tapi saat dia membuka matanya, dia malah mendapati ada seekor burung kecil terbang di hadapannya.

Bersambung ke episode 7

Post a Comment

5 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam