Sinopsis Nymph's Bed Episode 1 - 5
Vana jelas kesal dengan gangguan ini. Lagian cowok itu tidak akan tinggal di sini. Maka Vana dengan sengaja berbisik ke telinga Yo. "Pergi!"
Vana jelas kaget mendengar suara gaib itu. Siapa yang bicara barusan? Manow bingung, siapa yang dia maksud? Bicara apa?
"Dia bilang..."
"Pergi sekarang juga!" Bisik Vana lagi dan jelas saja Vana langsung menjerit heboh dan membuat yang lain jadi ketakutan juga.
Apalagi lampu-lampu tiba-tiba bergoyang-goyang lalu lemari membuka-tutup dengan sendiri. Appa dan Kitty pun sontak bersorak senang karena orang-orang itu bertahan di sana selama 1 menit 30 detik.
Tapi biarpun ketakutan, orang-orang itu tak segera lari terbirit-birit seperti semua orang yang pernah tinggal di sini sebelumnya dan tetap bertahan di sana. Yo pun berusaha untuk menenangkan dirinya. Dia pasti cuma mendengar yang tidak-tidak. Pintu lemari itu pasti membuka karena angin kencang dan lampunya pasti rusak.
"Tidak ada apa-apa. Jangan takut, jangan takut. Tenang semuanya. Di dunia ini, tidak ada yang namanya hantu."
"Tapi ada peri." Ujar Vana lalu melancarkan sihir perinya untuk membuat ranjangnya bergoyang-goyang yang jelas saja membuat semua orang menjerit ketakutan dan akhirnya berhamburan keluar dari sana.
Yo memberitahu Chom yang lain kalau dia kamar itu ada hantunya. Tapi tentu saja Chom pura-pura tak percaya dan menuduh Yo cuma berkhayal. Apa dia melihat hantu itu dengan mata kepalanya sendiri?
Tidak sih, tapi Yop yakin kalau kamar itu ada hantunya. Tiba-tiba pintu kamar itu menutup dengan sendirinya yang kontan saja membuat semua orang jejeritan ketakutan.
Yo dan Manow pun langsung melesat kabur dari sana. Mas Ojek baru kembali saat itu dan melihat Yo yang lari membabi buta ke arahnya hingga Yo mendarat dalam dekapannya.
Yo sontak emosi menuduh Mas Ojek cari kesempatan dalam kesempitan. Wah, Mas Ojek tidak terima. Dia cuma berdiri di sini kok dan Yo sendiri menghambur ke dalam pelukannya.
"Menjijikkan! Cuma P'Ton seorang yang boleh memelukku!" Rutuk Yo lalu PLAK! Menampar Mas Ojek dengan angkuhnya. Manow yang ketakutan, cepat-cepat menarik Yo pergi dari sana.
Ton sedang sibuk dengan pekerjaannya saat Yo tiba-tiba menelepon dan memberitahunya kalau dia ketemu hantu.
"Hah? Ketemu hantu?!" Pekik Ton saking kagetnya dan kontan membuat semua orang berpaling menatapnya. "Yoghurt kau yakin kalau itu hantu? Kau melihatnya?"
"Biarpun aku tidak melihatnya, tapi aku yakin itu hantu, P'Ton. Dia mengusirku dari kamar dan ranjangnya mendadak bergoyang-goyang!"
"Yoghurt, tenanglah dulu."
"Aku sangat ketakutan, P'Ton! Jangan tinggal di sini, ini apartemen berhantu."
Tapi tentu saja Ton menolak. Begini saja, akan dia buktikan pada Yo kalau kamar itu tidak berhantu, bagaimana?
Belum sempat Yo menjawab, tiba-tiba si tupai melompat ke depan mobil mereka dan kontan membuat kedua wanita itu menjerit heboh. Apalagi kemudian Yo melihat sosok Vana lewat spion yang menyuruhnya untuk pergi. Yo sontak memekik sekeras-kerasnya lalu kaburrrrrr. Vana senang.
Malam harinya, Poh membantu Ton pindahan. Dia heran, apa Ton sungguh mau pindah ke kamar itu. Tadi siang pacarnya Ton ketemu loh.
Ton menegaskan bahwa Yoghurt itu bukan pacarnya, dan tidak ada hantu di kamar itu. Mereka tadi pasti cuma melihat dan mendengar yang tidak-tidak. Poh terus berusaha memperingatkan Ton dan menasehatinya untuk pindah saja, tapi Ton ngotot tidak mau pindah.
"Jika kamar ini ada hantunya, kita lihat saja siapa yang lebih kuat antara manusia dan hantu!" Tantang Ton... dan seketika itu pula si penghuni kamar membukakan pintu untuk Ton secara gaib.
"Errr... Poh! Tenanglah. Jangan takut, itu cuma angin. Itu bukan apa-apa, aku akan menanganinya..." Tapi saat dia berbalik, Ton malah mendapati Poh sudah kabur duluan entah kapan. LOL!
Begitu memasukkan semua barangnya, Ton langsung menantang Vana untuk keluar sekarang juga.
"Kuperingatkan kau untuk yang terakhir kalinya." Sapa Vana yang muncul dari belakangnya. "Pergi dari sini. Aku tidak akan membiarkanmu tinggal di sini bersamaku."
Ton santai saja menunjukkan surat kontraknya sambil ceramah panjang lebar bahwa dalam hidup bermasyarakat, dia harus tahu aturan dan tata krama. Surat kontrak ini menyatakan dengan jelas bahwa dialah adalah pemilik kamar ini sekarang.
"Akulah yang bayar uang muka dan orang yang membayar biaya sewa bulanan kamar ini adalah..."
"Kau!"
"Iya. Benar sekali, kau sudah tahu itu. Jadi, kau tidak punya hak untuk tinggal di kamar ini lagi. Jelas?"
Di luar, semua orang berkumpul di ujung tangga dengan penasaran. Appa berani taruhan kalau pria itu tidak akan bertahan lebih dari satu menit di dalam sana. Kalau Ton bisa tinggal di sana lebih dari satu menit, Appa akan mentraktir mereka makan BBQ, oke? Deal!
"Kinty!"
"Kitty, Appa! Udah kubilang aku tuh Kitty!"
"Setel waktunya." Perintah Appa mengabaikan protesnya Kitty.
Poh benar-benar khawatir pada Thon. "Kuharap P'Ton akan selamat di sana."
"Kuharap dia tidak akan selamat di sana karena aku harus mentraktir mereka BBQ." (Wkwkwk! Dasar Appa)
Vana sontak maju hingga Ton terdesak sampai ranjangnya sambil menegaskan kalau dia tidak akan pergi ke mana-mana. Kamar ini adalah tempatnya, dialah yang menghuni kamar ini lebih dulu dan Ton tidak punya hak.
"Sepertinya kau tidak paham, yah? Kurasa aku harus menggunakan mantra hantu untuk menundukkanmu."
Kesal, Vana langsung menggunakan kekuatan sihirnya pada Ton, lalu muncullah cabang-cabang ranting dari dalam ranjang kayu itu yang melilit tubuh Ton dan mencekiknya dengan kuat.
"Di mana mantra hantumu?" Sinis Vana
Tapi yang tidak Vana sangka, Ton bukannya membaca mantra penunduk hantu, malah merapalkan doa welas asih untuknya. Doanya berhasil membuat cabang-cabang pohon itu terlepas dari tubuhnya.
"Segala derma yang pernah kulakukan baik melalui ucapan, fisik atau mental. Mulai dari masa kanak-kanakku sampai sekarang. Aku ingin memberikan semuanya kepada Vana. Aku berharap Vana bersyukur dan senang padaku karena semua derma itu, dan tidak mengganggu orang lain."
Vana benar-benar terpana dibuatnya.
Para penonton di luar keheranan menyadari sekarang sudah dua menit berlalu. Baru kali ini ada orang yang betah di kamar itu lebih dari semenit. Tapi itu berarti... Appa harus mentraktir semua orang BBQ. Oh, Tidak! Pingsan deh.
"Astaga! P'Ton pasti memiliki sesuatu yang bagus dalam dirinya." Heran Poh sekaligus kagum.
Satu demi satu, Ton dengan sengaja melucuti setiap lapis bajunya di hadapan Vana dan Grarok. Vana sontak panik saat Ton hendak membuka clananya dan memperingatkan Ton untuk tidak melakukan hal itu di tempatnya.
"Ini tempatmu? Kau salah paham. Kau tidak punya hak karena ini adalah tempatku!" Ujar Ton lalu melepaskan sabuknya.
"Kau mau apa?!"
"Melepas bajuku-lah. Masa kau tidak bisa lihat? Aku lelah setelah bekerja seharian. Biarkan aku istirahat."
"Kau tidak boleh tidur di ranjang!"
"Kau tidak mau aku tidur di kasur, terus apa kau ingin aku tidur di lemari?"
Dia lalu melepaskan celananya dengan penuh penghayatan yang jelas saja membuat Vana semakin panik.
Dcueknya dia hampir saja membuka lapis terakhir bajunya dan kontan membuat Vana memekik panik. Tapi untunglah dia akhirnya berbaik hati untuk tetap memakai boxer-nya itu.
"Aku lupa kalau kau peri wanita. Kalau begitu, aku akan tetap memakai yang satu ini saja."
Tapi kemudian dia dengan sengaja membelai ranjang itu bak pria c*bul lalu melompat ke dalam selimut sambil heboh mengomentari betapa empuknya tuh kasur, dan pastinya membuat Vana tambah kesal.
"Turun! Jangan macam-macam dengan ranjangku!"
"Nyaman sekali. Aku pasti akan mimpi indah malam ini."
"Turun! Jika tidak, jangan bilang kalau aku tidak memperingatkanmu."
"Bahkan sekalipun kau membawa gajah untuk menyeretku, aku tidak akan turun."
Baiklah. Vana pun langsung melancarkan kekuatannya pada Ton dan seketika itu pula ranjangnya melayang lalu bergoyang-goyang cukup keras sampai membuat Ton panik.
Bersambung ke episode 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam