Sinopsis The Eternal Love Season 2 Episode 7 - 1
Tepat setelah Lian Cheng pergi, Liu Shang muncul dari balik semak. Ternyata surat yang Lian Cheng terima itu bukan dari mata-matanya, melainkan dari Liu Shang yang dia samarkan seolah-olah itu surat dari mata-mata mereka.
Dia terpaksa melakukannya untuk membuat Lian Cheng kuno cepat menyadari kalau mata-mata mereka sebenarnya sudah membelot.
Setelah itu dia mencopot topeng kulitnya dan diam-diam memperhatikan Xiao Tan yang tengah menyapu bersama Jing Xin.
Tidak mengetahui kehadiran Lian Cheng modern, Xiao Tan santai saja ngedumel tentang Pangeran ke-8 yang dia yakini punya kepribadian ganda. Biasanya orang seperti ini pernah memiliki masa lalu yang traumatis sehingga menyebabkannya memiliki banyak kepribadian dan emosi yang sering berubah-ubah. Tapi... mungkin juga dia itu semacam drama queen yang suka akting lebay.
Lian Cheng tersinggung mendengar kalimat terakhirnya itu dan langsung menghampiri Xiao Tan. Jing Xin duluan yang melihatnya, tapi Lian Cheng dengan cepat mengisyaratkannya untuk diam.
Terpaksalah Jing Xin berusaha memberi Xiao Tan isyarat secara diam-diam, tapi Xiao Tan tidak nyambung, malah mengira Jing Xin cuma sedang menirukan ekspresinya Lian Cheng. Jing Xin pintar sekali menirunya.
"Kenapa bukan kau saja yang menirukanku biar aku bisa melihatnya?" Tegur Lian Cheng tepat dari belakangnya Xiao Tan.
Kaget, Xiao Tan jadi kehilangan keseimbangan dan hampir saja terjatuh. Untung saja Lian Cheng sigap menangkapnya dan kontan membuat jarak di antara mereka jadi sangat dekat dan intens.
Malu melihat kedekatan mereka, Jing Xin bergegas melarikan diri dari sana. Xiao Tan buru-buru mengingatkan Lian Cheng bahwa Lian Cheng sendiri yang mendekatinya duluan, jadi dia tidak melanggar perjanjian mereka.
"Sepertinya kau cukup patuh dengan perjanjian yang kita buat." Lian Cheng mendadak semakin mendekatkan wajahnya lalu berbisik menggoda. "Tentu saja, aku yang lebih dulu mendekatimu."
Larut dalam kedekatan mereka, Xiao Tan langsung memejamkan mata, menanti Lian Cheng menci*mnya. Tapi belum sempat melakukan apapun, mendadak terdengar suara ringkikan kuda yang menandakan Lian Cheng kuno sudah pulang. Lian Cheng modern pun bergegas kabur yang jelas saja membuat Xiao Tan kesal karena merasa di PHP-in.
Menyadari itu surat palsu, Lian Cheng kuno jadi mengira kalau surat itu adalah pengalih perhatian dan langsung memanggil Kepala Pelayan untuk tanya apakah terjadi sesuatu selama 2 jam terakhir. Tapi Kepala Pelayan menyangkal, semuanya normal seperti biasanya.
Yu Hao heran, kalau tidak terjadi apapun selama mereka pergi, lalu apa sebenarnya tujuan si pengirim pesan rahasia itu? Seketika itu pula Lian Cheng kuno mulai curiga terhadap mata-mata mereka di istana dan langsung memerintahkan Yu Hao untuk pergi ke istana untuk menyelidiki mata-mata mereka.
"Jika bukan dia yang mengirim surat itu, segera ubah sandi kita. Kemungkinan terburuknya, mata-mata kita sudah berbalik melawan kita."
Xiao Tan balik ke kamarnya sambil ngedumel kesal, bisa-bisanya Jing Xin tadi meninggalkannya sendirian di saat seperti itu. Jing Xin penasaran, apakah Pangeran ke-8 melakukan sesuatu pada Xiao Tan?
"Dia... kau pikir siapa aku? Siapa yang berani melakukan sesuatu padaku?" Sangkal Xiao Tan dengan penuh harga diri.
Dia membuka beberapa kota yang ada di hadapannya. Kotak yang paling kecil berisi sikat gigi kayu dan yang besar berisi sandal rotan pita yang cantik. Barang-barang modern itu membuat Xiao Tan jadi berpikir kalau yang mengirimnya adalah Yi Huai.
Tapi Jing Xin menyangkal, justru semua itu pemberian Pangeran ke-8. Xiao Tan jadi berpikir kalau Pangeran ke-8 sekarang berubah jadi sok perhatian lagi.
"Dia selalu berubah-ubah untuk menyiksaku. Kali ini, aku juga harus berubah untuk membalasnya."
Dia punya usul, bagaimana kalau mereka bekerja 5 hari dalam seminggu dan satu harinya 8 jam kerja? Tentu saja itu bagus sekali, tapi Jing Xin mengingatkan bahwa tidak ada aturan kerja seperti itu di tempat ini.
"Kalau kau tidak menghancurkan yang lama, kau tidak bisa membuat yang baru. Mari kita buat dari kediaman Pangeran ke-8 ini!"
Kepala Pelayan sudah terkantuk-kantuk saat dia menemani Lian Cheng yang masih sibuk membaca. Xiao Tan masuk tak lama kemudian untuk menyajikan teh, tapi kemudian, dengan sengaja dia ngulet seolah dia sudah sangat lelah untuk menarik perhatian Lian Cheng.
"Kalau kau sedang tidak enak badan, kau boleh pergi." Ujar Lian Cheng tanpa menoleh.
Mengira Lian Cheng bicara padanya, Kepala Pelayan pun mengucap berterima kasih dan hampir saja pergi. Tapi tiba-tiba Xio Tan dengan penuh keberanian memberitahu Lian Cheng bahwa bukan cuma dia seorang yang merasa tidak enak badan.
Ucapannya sukses membuat Lian Cheng berhenti membaca bukunya dan memberikan seluruh perhatiannya untuk mendengarkan ucapan Xiao Tan selanjutnya. Katakan saja ide busuk apa yang ada di dalam pikiran Xiao Tan saat ini.
"Aturan jadwal kerja di sini tanpa istirahat sepanjang tahun. Akibatnya, para pelayan kelelahan dan tidak bisa melayani Pangeran dengan baik."
Karena itulah, Xiao Tan usul agar mereka menyusun jadwal untuk memberikan cuti pada para pelayan. Dengan begitu, kondisi yang ada sekarang pasti akan segera membaik.
"Lancang! Apa kau pikir kau bisa mengubah aturan di sini sesukamu?" Bentak Kepala Pelayan.
Tapi Lian Cheng tidak memprotesnya, malah tertarik ingin tahu ide Xiao Tan untuk memperbaiki sistem yang sudah ada di ini.
Xiao Tan usul agar jadwal kerja dikurangi menjadi 5 hari kerja dengan masing-masing satu harinya 8 jam kerja. Bergantian pagi, siang, dan malam. Wanita boleh mengajukan cuti selama masa datang bulan.
Dan selama jam istirahat, pelayan boleh meninggalkan kediaman ini dan melakukan apapun yang mereka inginkan. Dia yakin cara ini bisa membuat kerja para pelayan menjadi lebih efisien daripada sekarang, dan kesalahan yang mereka perbuat pun akan berkurang.
Lian Cheng dengan tenang menyuruh Kepala Pelayan untuk memberitahu Xiao Tan. Maka Kepala Pelayan pun memberitahu Xiao Tan bahwa sudah ada perubatan dalam peraturan penggajian para pelayan.
Pelayan yang sudah bekerja selama lebih dari 3 tahun akan mendapatkan gaji dua kali lipat daripada pelayan yang bekerja kurang dari 3 tahun. Pekerja lama juga bisa bekerja 3 hari lebih sedikit daripada pekerja baru. Menurut perhitungan Xiao Tan, berapa gaji yang harus diterima oleh masing-masing pelayan ini tiap bulan?
"Kalau kau bisa menjawabnya, aku akan mengubah jadwal cuti sesuai saranmu." Ujar Lian Cheng. Tapi jika Lian Cheng gagal menjawab, maka Lian Cheng tidak akan menggaji para pelayan bulan ini.
Xiao Tan heran mendengarnya, ini kan seperti persamaan aljabar di SMP. Baiklah, dia akan ikuti saja permainan ini. Berapa total gaji pelayan dalam sebulan?
"Paling banyak 1900 tael perak. Jumlahnya harus dibulatkan, karena jika tidak, maka pembagiannya akan susah." Jawab Kepala Pelayan.
"Berapa banyak pelayan yang sudah bekerja lebih dari 3 tahun dan yang kurang dari 3 tahun?"
"33 dan 57."
Xiao Tan mulai menghitung. Pelayan yang bekerja lebih dari 3 tahun, masing-masing bisa mendapatkan paling banyak 28 tael, sedangkan yang bekerja kurang daari 3 tahun, masing-masing akan mendapatkan 17 tael perak. Setelah pembagian gaji, sisa 7 tael tiap bulan.
Lian Cheng kagum juga mendengarnya. "Kau menjawabnya dengan tepat."
Tapi Xiao Tan dengar kalau pelayan laki-laki mendapat gaji dua kali lipat daripada pelayan perempuan tiap bulannya. Itu kan tidak adil. Kalau pekerjaan mereka sama, maka seharusnya gaji mereka sama jumlahnya. Tidak seharusnya ada perbedaan gaji hanya karena perbedaan gender.
"Ucapanmu mengejutkan. Meski melanggar norma, tapi itu masuk akal juga. Tapi aku masih tidak bisa menyetujui kesetaraan gaji."
Tapi karena Xiao Tan berhasil memecahkan perhitungan gaji yang tidak bisa dipecahkan oleh Kepala Pelayan, Lian Cheng memutuskan untuk menaikkan jabatan Xiao Tan tiga tingkat setara dengan Kepala Pelayan. Xiao Tan kurang senang dengan masalah gaji, tapi kenaikan pangkatnya kontan membuatnya kembali sumringah.
"Pemikiran yang unik, siapa sebenarnya Nona Qu ini?" Pikir Lian Cheng yang tampaknya benar-benar semakin tertarik pada Xiao Tan.
Malam harinya, Selir Dugu datang seperti biasanya, membawakan ramuan obat untuk Kaisar. Tapi kali ini Kaisar agak ogah-ogahan untuk meminumnya dan terang-terangan berkata bahwa setiap kali meminum obatnya Selir Dugu, sakit kepalanya bukannya membaik, malah bertambah parah. Apa bukan Selir Dugu sendiri yang merebus obat ini?
Selir Dugu kontan berlutut dengan panik dan menyangkal, mungkin itu karena pertimbangan bahan-bahannya salah, dia janji akan segera menyelidiki masalah ini. Mungkin tak tega melihat kepanikan Selir Dugu, Kaisar tidak mempermasalahkannya lebih jauh dan tetap menghabiskan obat itu.
Tapi tentu saja keraguan Kaisar barusan membuatnya khawatir. Saat mereka berjalan pergi, Pelayannya Selir Dugu cemas kalau-kalau Kaisar mencurigai obat itu. Selir Dugu pun cemas dan segera memerintahkan si pelayan untuk memanggil Jenderal Wei. Sudah saatnya untuk menghancurkan masalah ini sampai ke akar-akarnya.
Begitu Jenderal Wei datang, Selir Dugu lagi-lagi mengingatkan Jenderal Wei tentang Lian Cheng yang merupakan pembunuh keluarganya. Kalau sampai Lian Cheng menjadi putra mahkota, maka Jenderal Wei tidak akan punya muka untuk menghadapi keluarganya di akhirat nanti.
"Apa Kaisar ingin menjadikan Pangeran ke-8 sebagai putra mahkota?" Kaget Jenderal Wei.
"Kalau kau terus-terusan tidak mengambil tindakan apapun, aku khawatir, rumor itu akan segera menjadi kenyataan."
Jenderal Wei meyakinkan Selir Dugu kalau dia sudah punya rencana, besok malam pasti akan ada berita. Jadi dia tidak perlu khawatir.
Keesokan harinya, beberapa pelayan heboh berkumpul di bawah anak tangga, menunggu Xiao Tan yang hendak meluncur... dengan skuter kayu. (Pfft! Kapan buatnya tuh skuter?)
Awalnya dia meluncur dengan lancar. Tapi tiba-tiba ada dua orang pelayan yang muncul dengan membawa sebuah papan dan Xiao Tan meluncur tepat ke arah mereka. Xiao Tan sontak panik dan jejeritan heboh.
Tepat saat itu juga, Lian Cheng dan Liu Shang melihatnya dan sama-sama cemas. Lian Cheng hampir saja bergerak untuk menyelamatkannya, tapi Liu Shang lebih cepat terbang membawa Xiao Tan ke udara hingga mereka terjerembap di tanah dengan cukup keras dalam posisi Xiao Tan menindih Liu Shang.
Liu Shang jadi kesulitan bergerak gara-gara itu. Xiao Tan melihat tangan Liu Shang lecet. Dia berniat mau membantu Liu Shang bangkit, tapi Lian Cheng mendadak mendorongnya dan melarangnya menyentuh Liu Shang.
"Biar aku yang membantunya."
Lian Cheng dengan sengaja menggenggam tangan Liu Shang dan kontan saja kontak fisik itu membuat Liu Shang jadi kesakitan. Tapi Lian Cheng sama sekali tidak berpikir kalau dia benar-benar kesakitan, malah mengira Liu Shang cuma pura-pura sakit supaya dia dibantu Xiao Tan saja.
Dan dugaannya seolah terbukti saat Liu Shang berusaha memohon agar Xiao Tan saja yang membantunya bangun. Lian Cheng menolak dan bersikeras mau membantunya. Dia bahkan langsung menyeret Liu Shang sampai bangkit dan tetap menyentuhnya tak peduli biarpun Liu Shang sangat jelas gemetaran hebat.
Bersambung ke part 2
3 Comments
Semangat
ReplyDeletesemangat!!!
ReplyDeleteditgu kelanjutannya,,,
Tetapi jika Lian Cheng gagal menjawab. Seharusnya Jika Xiao Tan gagal menjawab, mbak. Maaf ya kalo lancang...
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam