Rekap Novel Coroner's Diary Bab 16 - Bab 19


Tuan Putri Jia Yi senang sekali bisa bertemu lagi dengan keponakan yang sudah bertahun-tahun tak pernah ditemuinya tersebut. Terakhir kali mereka bertemu, Yan Chi masih kecil. Semakin dia menua, semakin dia menyayangi para generasi muda, makanya dia terus menggenggam tangan Yan Chi.

Tapi Tuan Putri Jia Yi penasaran kenapa Yan Chi tiba-tiba kembali ke ibu kota, dia dengar bahwa baru tiga bulan yang lalu Yan Chi memenangkan perang di daerah barat.

Yan Chi janji akan menceritakannya lain kali, soalnya ceritanya agak panjang. Pokoknya, singkat cerita, dia balik ke ibu kota tapi langsung diperintahkan ke sini untuk mengirimkan ucapan selamat dan hadiah dari Kaisar.

"Ibu kota sedang kacau, baik sekali dia (Kaisar) masih ingat," ujar Tuan Putri Jia Yi.

Yan Chi meyakinkannya untuk tidak khawatir, masalah di ibu kota sudah diselesaikan. Walaupun Kaisar sangat sibuk dengan urusan negara, tapi beliau tidak melupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuan Putri. 

Qin Wan yang pernah tinggal di ibu kota, pernah mendengar tentang kehebatan Yan Chi yang selalu mendapatkan ranking satu dalam laporan pencapaian militer selama tujuh tahun terakhir. Dia mulai dilatih militer sejak usia 10 tahun.

Walaupun jarang muncul di ibu kota, tapi rumor tentangnya cukup viral di sana. Ada yang bilang kalau dia itu kerasukan Dewa Perang sehingga mampu menghabisi ratusan hingga ribuan Suku Barbar. Ada juga yang bilang kalau dia itu tak terkendali kalau berperang, ada juga yang bilang kalau dia itu menderita penyakit aneh yang membuatnya memiliki kekuatan besar tapi hidupnya tidak akan lama.

Dia terkenal dengan julukan 'Raja Iblis', karena rumornya, dia pernah melakukan siksaan yang sangat kejam saat menginterogasi tahanan Suku Barbar. Padahal Suku Barbar terkenal sadis dan selalu menjadi momok di daerah perbatasan, tapi dibandingkan kesadisan Yan Chi, mereka tidak ada apa-apanya. Jadi julukan itu memang pantas untuknya.

Sebelumnya dia tidak pernah bertemu dengannya. Tak disangka kalau dia malah akan bertemu dengannya di sini. Saat tengah merenungkan hal ini di tengah keramaian para tamu, tiba-tiba ada seorang pemuda yang menubruknya ringan. Mengira dirinya menghalangi jalan, Qin Wan pun segera minggir.

Yan Chi kaget saat mendengar pengantin wanitanya ternyata belum sampai juga. Padahal dia terburu-buru datang kemari karena mengira upacaranya sudah lama selesai mengingat sekarang sudah malam.

Namun semua orang tetap berusaha berpikiran positif, dan syukurlah yang ditunggu-tunggu akhirnya benar-benar datang setelah ditunggu sekian lama. 

Para tamu pun langsung antusias beramai-ramai maju ke depan untuk melihat rombongan pengantin yang terlihat berjalan semakin mendekat. Qin Wan pun ikut terdorong bersama mereka dan bersenggolan dengan pemuda yang tadi. 

Tuan Putri Jia Yi pun ikut antusias maju ke depan untuk menyambut sang pengantin wanita. Bagaimanapun, datang sejauh ini dari ibu kota untuk menikah pastilah tidak mudah, makanya Tuan Putri Jia Yi ingin menyambut sendiri pengantinnya, untuk menunjukkan kehangatan dan ketulusan keluarga Marquis An Yang.

Pastinya, karena sang pengantin perempuan berasal dari keluarga Adipati Song, arak-arakannya pun super mewah. Di tengah keramaian ini, Qin Wan mendapati Nyonya Tua dan anggota keluarga Qin lainnya sedang melihatnya dari kejauhan dengan ekspresi rumit, terutama Nyonya Tua yang menatapnya dalam.

Itu karena Nyonya Tua heran. Qin Wan yang dulu selalu ketakutan padanya, ditatap seperti ini sudah pasti langsung berpaling, tapi Qin Wan yang sekarang tetap tenang balas menatapnya tanpa menunjukkan rasa takut sama sekali. 

Begitu rombongan pengantin semakin mendekat, mereka langsung disambut dengan petasan yang membuat suasana semakin meriah. Pemimpin rombongan pengantinnya bernama Wei Yan Zhi, keponakannya Adipati Song, yang sekarang mengabdi di garnisun ibu kota.

Namun saat pengantin pria, Yue Jia, mulai melaksanakan prosesi pertama upacara pernikahan ini dengan menendang pintu tandu pengantin, sang pengantin wanita entah kenapa tidak keluar-keluar dari dalamnya.

Dua kali dia melakukannya, tetap tidak ada reaksi dari dalam tandu pengantin. Lebih anehnya lagi, Yue Jia kemudian menyadari bahwa di dalam tandu pengantin itu benar-benar tidak ada suara, bahkan suara napas pun tidak ada. Lah? Terus di mana pengantinnya?

Para tamu pun mulai tak senang karena sikap pengantin wanita ini benar-benar tidak menghormati keluarga Marquis An Yang. Pemimpin acara akhirnya menyuruh Yue Jia untuk membuka tirai tandunya saja. 

Yue Jia langsung membukanya, namun begitu melihat dalamnya, dia dan para tamu yang ikutan mengintip, sontak shock dan beberapa tamu langsung menjerit ngeri melihat sang pengantin wanita duduk anggun di dalam tandu pengantin, tapi tanpa kepala. OMG!

Wei Yan Zhi pun shock berat begitu melihat si pengantin tanpa kepala. Dia benar-benar tidak mengerti bagaimana ini bisa terjadi, padahal baru tadi sore mereka berbincang.

Karena mendiang pengantin wanita mati dalam perjalanan kemari, pihak keluarga Marquis Anyang tidak bisa tidak khawatir kalau-kalau Keluarga Adipati Song akan menyangkut-pautkan perkara ini dengan mereka, karena itulah, Marquis Anyang pun meminta bantuan Prefek Huo untuk menangani kasus ini.

Prefek Huo pun bergerak cepat memberi beberapa instruksi pada para anak buahnya, lalu mengecek tandu pengantin itu dengan seksama, sebelum kemudian meyakinkan Marquis Anyang bahwa kematian pengantin wanita sudah pasti tidak ada hubungan dengan keluarga Marquis Anyang karena pengantin wanita mati dalam perjalanan. Namun jangan khawatir, kasus ini pasti akan dia tangani dengan serius.

Tuan Putri benar-benar shock dengan kejadian ini sehingga dia terus memegangi dadanya saat dia dipapah untuk kembali ke kamarnya. Para tamu pun mulai bubar dan pulang melalui pintu samping, soalnya mereka masih terlalu takut jika lewat pintu depan yang masih ada tandu pengantinnya.

Fu Ling yang juga ketakutan, langsung bergegas mengajak nonanya pergi. Namun Qin Wan sama sekali tidak ada takut-takutnha, malah berjalan lambat-lambat karena pikirannya sibuk memikirkan mayat pengantin tanpa kepala itu.

Kenapa dia tidak takut? Karena sejak kecil dia sudah sering ikut ayahnya, jadi asisten ayahnya dalam menginvestigasi berbagai macam kasus. Ayahnya adalah ahli dalam bidang pengobatan dan forensik, dan berhubung beliau juga orangnya open minded, jadi beliau selalu senang berbagi ilmunya pada putrinya dan selalu mengajaknya untuk memeriksa mayat dan menginvestigasi kasus.

Namun tentu saja karena Qin Wan terlahir sebagai perempuan, jadi dia juga tidak bisa selamanya membantu, terutama saat kemudian ibunya mulai protes karena tak setuju dia terlibat dalam proses investigasi kasus kriminal dan mayat, karena menurut Ibu, itu tidak pantas bagi seorang perempuan. Makanya kemudian Ibu mengirimnya belajar medis pada Raja Tabib Sun Xi.

Lalu kemudian ayahnya mendapatkan promosi jabatan, lalu mereka sekeluarga pindah ke ibu kota, dan sejak itu, Qin Wan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah selayaknya wanita bangsawan lainnya. Pun begitu, dia tetap rutin membaca laporan kasus-kasus kriminal milik ayahnya.

Fu Ling benar-benar sangat ketakutan, karena takut si pengantin tanpa kepala akan jadi hantu gentayangan, dan juga karena dia khawatir kalau mereka justru akan terlibat dalam kasus ini jika mereka kelamaan di sini.

Qin Wan tetap santai meyakinkannya bahwa hantu itu tidak ada, dan lagi, pembunuhan ini tidak ada hubungannya dengan Marquis Anyang karena si pengantin wanita mati di tengah jalan sekitar dua jam yang lalu.

Tak jauh dari sana, Yan Chi mendengar ucapannya dan sontak heran. Padahal mayatnya bahkan belum diperiksa. Lalu dari mana gadis muda ini tahu kalau si pengantin mati dua jam yang lalu?

Yan Chi jadi penasaran dengannya dan langsung berjalan mendekati si gadis, dan begitu cukup dekat sehingga dia bisa melihat wajah si gadis yang mengucap kata-kata itu, Yan Chi seketika terpesona. 

Namun yang paling mempesonanya bukan cuma karena gadis muda ini sangat cantik, tapi dia juga karena sikapnya yang tetap tenang, tidak seperti tamu lain yang heboh ketakutan.

Yan Chi terus membuntutinya, tapi tetap jaga jarak cukup jauh. Namun kemudian, dia melihat seorang pemuda menghadang gadis itu.

Qin Wan tak mengenal pemuda itu, tapi dia ingat wajahnya, dia adalah pemuda yang bersenggolan dua kali di tengah keramaian tadi. Namun di sebelahnya, Fu Ling bereaksi kaget dan berusaha menariknya mundur dengan takut-takut, yang jelas menunjukkan dia mengenal pemuda ini.

Lalu tiba-tiba saja pemuda itu mengonfrontasinya dan menuduhnya pura-pura tak mengenalnya. Beuh! Gayanya sok banget. Berhubung Qin Wan beneran tidak tahu siapa dia dan Fu Ling juga terlalu takut untuk bersuara, jadi dia juga cuma diam saja.

Namun kemudian dia akhirnya tahu siapa pemuda ini saat Nona Ke-6 mendadak muncul dan langsung ngamuk-ngamuk menuduh Qin Wan merecoki 'Kakak Huo'.

Oooh! Jadi ini si Tuan Muda Huo Ning, putranya Prefek Huo, yang kabarnya disukai oleh Qin Wan yang asli itu.

Qin Wan tersenyum sinis menyadari itu, lalu kemudian dia menyapa Huo Ning dengan sarkas bahwa dia banyak tidak ingat pasca jatuh ke danau waktu itu. Dia hanya mengingat mereka yang sering dia perhatikan. Sedangkan yang jarang dia perhatikan, dia tidak mengingatnya. Pfft! 

Huo Ning seketika merasa tersinggung. Dia ini pemuda kaya dan tampan yang gayanya selangit, banyak ditaksir cewek dan dia hanya menganggap Qin Wan sebagai salah satu pengagumnya doang. Dia tidak suka sama Qin Wan, tapi dia menikmati perhatian Qin Wan.

Makanya sekarang saat Qin Wan mendadak berubah sikap padanya, dia jadi tak senang dan tersinggung. Dia tidak bisa dan tidak mau menerima kenyataan ini sehingga dia tetap bersikeras meyakini kalau Qin Wan cuma sedang berakting pura-pura tak mengenalnya untuk menarik perhatiannya. Qin Wan kan jatuh ke kolam demi dia.

Hadeh! Qin Wan jadi kasihan sama Qin Wan yang asli, seleranya terhadap cowok sungguh buruk. Maka sambil tersenyum mencemooh dia menegaskan bahwa dia jatuh ke kolam waktu itu cuma karena dia terpeleset. Dia takut mati, jadi tidak mungkin dia akan menjatuhkan dirinya sendiri ke kolam dengan alasan pun.

Sikap dan cara bicaranya yang jauh beda dari sebelumnya, akhirnya membuat Huo Ning menyadari bahwa gadis yang selama ini dia remehkan itu, hari ini sudah berubah drastis. Tatapan penuh kekaguman terhadapnya yang dulu sering dia lihat di mata Qin Wan, hari ini benar-benar sudah tidak ada.

Namun Huo Ning keukeuh tak percaya dan tak mau percaya, meyakini kalau Qin Wan melakukan ini cuma untuk menarik perhatiannya, tapi itu tidak akan berhasil. Dia cuma kasihan karena dia dengar Qin Wan terjun ke danau karena dia.

Hadeh! Qin Wan stres! Nih cowok bukan hanya arogan dan tolol, tapi juga tidak sopan dan tidak punya empati. Bahkan sekalipun Qin Wan yang asli benar-benar menyukainya, tapi dia mati juga bukan karena bunuh diri demi Huo Ning.

"Apa yang membuat Tuan Muda Huo berpikir bahwa aku terjun ke danau demi kau? Ketidakpedulianmu atau ketololanmu? Ataukah tampangmu atau statusmu sebagai anak Prefek?" Sinis Qin Wan.

Dia biasanya tidak akan menyindir harga diri orang lain, kecuali benar-benar perlu banget kayak sekarang, saat si anak Prefek songong dan tolol ini tidak menghormatinya dan berusaha menyombongkan diri di hadapannya, dan ucapannya ini seketika sukses membuat raut wajah Huo Ning berubah dan Qin Wan sungguh menikmati perubahan ekspresi wajahnya tersebut.

Bersambung...

Post a Comment

0 Comments