Malam harinya usai ganti baju, Feng Yue dan Yin Ge Zhi pisah arah. Feng Yue jalan-jalan di festival lampion sendirian dan membeli lampion di kios terdekat.
Tapi sebenarnya penjual lampion itu juga salah satu rekannya yang menyelipkan selembar kertas kecil di bagian bawah lampion yang berisi informasi terbaru untuknya. Dia membaca pesannya di antara keramaian, lalu kemudian merobeknya jadi kecil-kecil dan menyebarkannya di jalanan.
Acara ini bukan sekedar festival lampion biasa, tapi juga jadi acara yang tepat bagi para wanita untuk tebar pesona dan mencari jodoh dan juga bagi para pria untuk berburu wanita cantik untuk dibawa pulang dan dijadikan selir.
Dengan kecantikannya ditambah dengan pakaian barunya yang hari ini membuatnya terlihat lebih anggun seperti wanita bangsawan, Feng Yue langsung dikerumuni banyak pria yang naksir padanya.
Salah satu yang tertarik pada Feng Yue adalah pria bernama Leng Yan yang langsung mengirim pelayannya untuk mengundang Feng Yue ke rumah teh di depan.
Feng Yue pun pergi menemuinya dengan sikap penuh sopan santun selayaknya wanita bangsawan sehingga membuat Leng Yan meyakini kalau dia pastilah putri dari keluarga terhormat, dan dia jadi semakin yakin saat Feng Yue mengaku, alias berbohong, bahwa dia tinggal di Jalan Anju, tempat tinggalnya para konglomerat.
Itu membuatnya jadi semakin menyukai Feng Yue karena dia memang hanya mengincar putri dari keluarga terhormat yang setara dengannya atau lebih tinggi derajatnya darinya untuk dijadikan istri. Dia tidak suka wanita rendahan karena meyakini kalau mereka gold digger (Lah, kamu juga gold digger!).
Makanya dia langsung mengucap kata-kata rayuan gombal yang sebenarnya jika diucapkan oleh pria-pria secakep Yin Ge Zhi atau Putra Mahkota akan terdengar sangat indah, tapi diucapkan oleh pria bermuka mesum semacam Leng Yan justru terdengar sangat menjijikkan.
Dia tidak sadar kalau Feng Yue sedang menargetnya karena dia adalah salah satu orang dalam daftar bekingannya Zhao Lin yang ingin Yin Ge Zhi singkirkan, dan kertas kecil di lampion tadi berisi informasi tentangnya.
Leng Yan kemudian mengajaknya jalan-jalan dengan gaya angkuhnya sembari memberitahu Feng Yue bahwa dia sedang mencari putri bangsawan yang statusnya setara atau lebih tinggi untuk dia jadikan istri utama... dan menurutnya, Feng Yue cocok untuk menjadi selirnya.
Pfft! Feng Yue diam-diam mendengus sinis mendengar keangkuhannya. Dia menghina wanita yang statusnya lebih rendah dan menuduh mereka menikahi pria kaya cuma untuk menaikkan status, tapi tidak sadar kalau dirinya sendiri sama saja dengan yang dia hina. Orang modelan kayak begini kok bisa jadi menteri?
Pura-pura baru ingat siapa Leng Yan, Feng Yue mengklaim bahwa dia pernah melihat Leng Yan di acara ultah seorang bangsawan. Karena itulah, dia memperingatkan Leng Yan untuk berhati-hati, terutama dalam menghadapi Pangeran Yin yang sekarang ini sedang menyelidiki kasus Zhao Lin.
Dia mengklaim bahwa ayahnya menduduki posisi penting di pemerintahan, karena itulah rumah mereka sering mendapatkan banyak berita yang salah satunya tentang Leng Yan.
Mendengar itu, Leng Yan jadi berpikir kalau dia adalah putrinya Hakim Agung Zhao. Feng Yue tidak menyangkal atau mengiyakannya dan membiarkan Leng Yan berpikir demikian.
Jelas saja ini membuat Leng Yan mendadak jadi ingin menjadikan Feng Yue sebagai istri utamanya. Tapi apa maksud Feng Yue dengan berita tentangnya? Apakah ada orang yang melapor tentangnya?
Feng Yue dengan mulus berbohong bahwa dia mendengar dari ayahnya bahwa Putra Mahkota ingin menyelidiki para menteri yang mendukung dan membela Zhao Lin. Terus kemarin ayahnya menerima surat tentang Leng Yan yang melakukan perbuatan buruk di belakang. Ada juga surat tentang Zhou Zheng Shan. Feng Yue yakin bahwa yang akan mereka selidiki lebih dulu adalah Zhou Zheng Shan, baru Leng Yan.
Gaya bicaranya meyakinkan banget sehingga membuat Leng Yan mempercayainya dan jadi panik karenanya. Makanya dia penasaran apa rencana Ayahnya Feng Yue untuk menyelidiki Zhou Zheng Shan.
Feng Yue mengaku tak tahu, tapi buktinya sudah dikirimkan ke rumah Zhou Zheng Shan, tinggal menunggu orangnya mengaku, tapi entah bagaimana hasil akhirnya nanti.
Hmm, berarti situasinya sekarang ini masih aman. Leng Yan lega. Dengan alasan sudah larut malam, Feng Yue pun pamit, tapi Leng Yan malah ngotot mau mengantarkannya pulang. Waduh! Feng Yue jadi bingung harus bagaimana.
Untungnya di saat ini, Yin Ge Zhi mendadak muncul pura-pura tak sengaja menabrak Leng Yan dengan cukup kuat sampai Leng Yan kesakitan. Leng Yan awalnya marah, tapi begitu mengenali wajah Yin Ge Zhi, dia sontak mengubah sikapnya jadi lebih sopan.
Entah apakah dia membuntuti mereka sedari tadi, tapi tiba-tiba saja dia membantu Feng Yue berakting dengan menyapanya sebagai Nona Zhao. Lalu dengan mudahnya dia mengusir Leng Yan dengan pura-pura mengklaim bahwa dia mau membicarakan masalah penting berdua saja dengan Nona Zhao.
Leng Yan akhirnya pergi, Feng Yue pun bisa lega dan langsung pasang senyum bodoh pada Yin Ge Zhi.
"Nona Zhao hebat juga," ujar Yin Ge Zhi.
Maksudnya tuh memuji beneran, eh Feng Yue malah salah paham mengira dia marah lagi, makanya dia mendadak berlinang air mata. Yin Ge Zhi sampai bingung dan canggung karenanya.
Maka kemudian, dengan nada lembut dia mengajak Feng Yue untuk membeli lampion yang baru untuk menggantikan lampionnya yang sudah rusak. Wah! Feng Yue sampai tercengang mendengar seorang Yin Ge Zhi tumben-tumbennya bicara selembut ini.
Di tengah jalan, tak sengaja mereka bertemu Putra Mahkota dan Nona Yi. Namun begitu melihat Yin Ge Zhi sedang bersama Feng Yue, Nona Yi seketika cemburu dan langsung meninggalkan Putra Mahkota untuk menuntut Yin Ge Zhi jalan bersama. (Astaga nih cewek! Dia ngatain Feng Yue tidak tahu malu, lah dia sendiri sama aja)
Nona Yi sama sekali tidak sadar dan tidak peduli kalau dia saat ini sedang tidak menghormati Putra Mahkota sama sekali. Putra Mahkota memang tetap tersenyum, tapi Feng Yue bisa melihat sedikit perubahan ekspresinya yang tampak tidak senang.
Yin Ge Zhi dan Nona Yi jalan berdua, Feng Yue pun dengan riang melompat ke sisi Putra Mahkota dan langsung to the point meminta Putra Mahkota untuk membelikannya lampion. Sikap terus terangnya sontak membuat Putra Mahkota tertawa lepas sehingga dengan senang hati dia membelikannya lampion di kios terdekat.
Nona Yi melihat itu dan sontak cemburu lagi, mengatai kedua pria tidak pintar memilih cewek lalu mulai menghina Feng Yue lagi, mengatainya cantik tapi tidak berharga dan tidak punya kemampuan. (Halah! Pengen kutampar aja nih cewek).
"Bagi seorang wanita, menjadi cantik itu juga sebuah kemampuan," komentar Yin Ge Zhi.
Cuma satu kalimat sederhana seperti itu saja Nona Yi langsung mencak-mencak, berpikir berlebihan dan menuduh Yin Ge Zhi secara tak langsung mengatainya tidak secantik Feng Yue.
Yin Ge Zhi sampai pusing dibuatnya, dia cuma ngomongin fakta tanpa ada maksud aneh-aneh, tapi Nona Yi malah menginterpretasikan ucapannya sejauh itu. Malas ngomong sama Nona Yi lagi, Yin Ge Zhi langsung lanjut jalan ke depan.
Sontak saja Nona Yi jadi tambah marah dan langsung meraung menuduh Yin Ge Zhi tak peduli padanya. Dia berusaha memberi Yin Ge Zhi petunjuk secara tak langsung untuk membelikannya lampion sebagaimana Putra Mahkota membelikan Feng Yue lampion, tapi dia tidak sadar kalau Yin Ge Zhi bukan pria sensitif sehingga tidak memahami kemauannya yang terlalu ambigu.
Ditambah lagi, Yin Ge Zhi benar-benar sudah frustasi dan tidak sabaran menghadapi tingkahnya. Bahkan saat Nona Yi mencoba mengajaknya ke kios lampion terdekat (tapi lagi-lagi, tanpa berterus terang tentang maksudnya), Yin Ge Zhi langsung menolak karena kiosnya terlalu ramai dan menyuruh Nona Yi beli sendiri, dia akan menunggu di sini.
Kesal pada Yin Ge Zhi dan cemburu pada Putra Mahkota, Nona Yi sontak beralih ke Putra Mahkota lagi dengan ngambek kayak anak kecil. Putra Mahkota yang lebih memahami wanita, bisa langsung paham apa maunya Nona Yi saat Nona Yi melirik kios lampion.
Dia langsung membelikannya lampion, Nona Yi jadi agak senang dan langsung merasa bangga bisa gonta-ganti cowok semaunya tanpa memedulikan perasaan orang lain. Feng Yue sih bodo amat. Melihat kedua orang itu pergi, dia tetap berdiri di sana, menunggu Yin Ge Zhi mendatanginya.
Tak lama kemudian, Yin Ge Zhi menghampirinya dan mengomentari lampionnya, "kelihatannya bagus."
Tapi Feng Yue mendadak cemas mendengar ucapan sederhana itu karena kedengarannya ada maksud sarkas di dalamnya. Makanya dia cepat-cepat memberikan lampion pemberian Putra Mahkota itu ke seorang anak yang kebetulan lewat, lalu mengklaim kalau lampion itu kurang bagus dan langsung berterus terang meminta Yin Ge Zhi untuk membelikannya yang baru.
Bersambung...
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam