Episode 1: Menunggu, Rahasia Yang Tidak Boleh Dikatakan.
"Akan ada beberapa momen dalam hidupmu yang tidak akan pernah kau lupakan. Ah tidak, yang benar adalah berapa kali waktumu terasa berhenti."
Seorang murid SMA bernama Sang Zhi tengah berjalan riang saat tiba-tiba dia melihat sebuah bagasi mobil terbuka yang ada boneka rubahnya. Tapi tidak ada orangnya, jadi dia langsung saja mengambil boneka rubah itu, bukan dicuri ya, cuma dimainin aja.
Di salah satu buku di sana, dia melihat ada label dengan nama marga 'Duan', si pemilik barang-barang ini.
"Dari mana pencuri ini berasal?" sapa seorang pria yang tiba-tiba muncul di belakangnya.
Kaget, Sang Zhi pun menoleh dan sontak terpana menatap wajah tampan nan tinggi di hadapannya, wajah yang dikenalnya. Sang Zhi bernarasi bahwa ini adalah kedua kalinya dia melihat pria ini dari jarak begitu dekat.
"Ternyata waktu itu benar-benar memiliki sihir yang membawa kita lebih dekat tinggi dan jarak," narasi Shang Zhi sembari menatap wajah tampan itu.
Mari kita kembali dua tahun sebelumnya dan berkenalan dengan Sang Zhi remaja, saat dia masih berusia 14 tahun. Semasa SMP, dia masih pendek, namun dia sangat cantik dan pintar, tapi dia sering kali tidak mendengarkan di kelas karena mungkin menurutnya cara ajar gurunya membosankan, malah dia sering bengong menatap keluar jendela kelas atau menggambar di bukunya.
Pun begitu, dia tetap bisa menjawab soal dengan benar menurut caranya sendiri saat gurunya menegurnya. Namun karena sikapnya yang ya... bisa dibilang kurang sopan inilah, guru jadi agak kesal sama dia dan memerintahkannya untuk memanggil orang tuanya ke sekolah besok.
Sang Zhi jelas tidak ingin memanggil orang tuanya ke sekolah... lagi. Ya... karena sikapnya yang seperti itu, makanya orang tuanya cukup sering dipanggil ke sekolah. Makanya kali ini dia mencoba nge-chat 'Gege-nya' (kakak cowok), tapi dia tidak to the point mengatakan maksudnya, malah bertele-tele membujuk kakaknya pulang dengan alasan kangen.
Hubungan Sang Zhi dan kakaknya, yang bernama Sang Yan, sama lah kayak hubungan kakak-adik pada umumnya, kadang sayang kadang benci, kadang akur kadang ribut. Sayangnya, kali ini si kakak yang saat itu sudah kuliah dan sudah pindah ke asrama kampus, menolak membantunya.
Sang Zhi jadi semakin bad mood sehingga dia mengabaikan segalanya, dia bahkan langsung menolak ajakan temannya yang mengajaknya main ke toko buku. Dia bahkan tidak sadar bahwa salah satu teman cowoknya naksir sama dia.
Terlihat dari rumah besar dan mewahnya kalau dia anak orang kaya. Yang tak disangkanya, saat dia pulang, dia diberitahu ibunya bahwa kakaknya pulang dan sekarang ada di kamar. Sang Zhi senang banget dan langsung naik ke kamar kakaknya... tapi malah kaget, tercengang, terpana dan terpesona melihat si wajah tampan ada di kamar kakaknya, tampak begitu bersinar dan mempesona di bawah siraman cahaya mentari.
Inilah momen pertama kalinya Sang Zhi bertemu dengan si tampan, "Ge (Kak), kau operasi plastik?" (Pfft!)
Si tampan agak bingung sekaligus geli mendengar pertanyaannya, "mendekatlah dan lihat apakah operasi gege terlihat bagus."
Errr... nggak ding, Sang Yan jelas tidak operasi plastik dan si tampan ini jelas bukan Sang Yan. Malah saat itu juga, Sang Yan baru muncul di belakang Sang Zhi dan langsung menegur adiknya itu. Dia bisa langsung tahu kalau Sang Zhi sedang ada masalah, tidak mungkin Sang Zhi tanya kapan dia pulang kalau bukan karena Sang Zhi sedang ada masalah. Sang Zhi akui kalau dia memang ada masalah. Tapi... sekarang ini dia lebih tertarik pada si tampan itu, dia siapa?
"Teman sekamarku, Duan Jia Xu," ujar Sang Yan.
"Halo, Meimei (adik cewek), namaku Duan Jia Xu. Aku teman kakakmu," ujar Jia Xu memperkenalkan dirinya dalam jarak yang cukup dekat sehingga Sang Zhi tersipu malu.
Tapi mungkin karena dia masih kecil, jadi tidak ada yang begitu memperhatikan reaksinya terhadap Jia Xu. Jia Xu sengaja mengadu Sang Yan bahwa tadi Sang Zhi mengira kalau dia adalah Sang Yan yang oplas dan sontak saja Sang Yan langsung sebal menaboki adiknya itu sampai Sang Zhi kesal sampai dia.
"Kalau kau oplas setampan dia, bukankah sudah seharusnya. Kau sangat jelek," sebal Sang Zhi, "lagipula ibu tidak memberitahuku kalau kau pulang bawa teman dan hanya ada dia di kamar. Bukankah normal kalau aku punya pemikiran ini?"
"Kecilkan suaramu!"
Sang Zhi sontak kesal menonjoknya, namun sikapnya seketika berubah lebih patuh di hadapan Jia Xu. Ya... soalnya Jia Xu juga memperlakukannya dengan lebih sabar dan manis sih.
Sepertinya mereka sudah mau pergi lagi, Sang Zhi mendadak panik teringat masalahnya dan langsung mengubah sikapnya jadi lebih manis untuk membujuk Sang Yan agar mau membantunya.
Tapi Sang Yan ngeyel menolak membantunya. Sang Zhi sontak nangis keras, nangis beneran, sambil teriak-teriak mengadukan Sang Yan ke ibu mereka dan sukses membuat Ibu memarahi Sang Yan.
Aktingnya bagus banget, bahkan begitu Ibu menyeret Sang Yan keluar kamar, Sang Zhi langsung berhenti menangis dan minta diambilin tisu sama Jia Xu. Hanya tinggal mereka berdua di kamar, Jia Xu penasaran apakah mereka kakak-adik selalu begini.
Sang Zhi mengiyakannya, tapi jangan khawatir, ibu mereka tidak akan benar-benar memarahi Sang Yan kok. Jia Xu dengan sabar memberitahu Sang Zhi untuk tidak bersikap seperti itu pada kakaknya jika dia butuh bantuannya, eh Sang Zhi malah tambah berkaca-kaca.
Jia Xu jelas panik, takut Sang Zhi mewek lagi. Dia berusaha meyakinkan kalau dia akan membantu Sang Zhi untuk bicara pada Sang Yan, dia yakin Sang Yan pasti akan membantu adiknya.
Namun ucapannya itu malah membuat Sang Zhi punya ide lain yang lebih bagus... Jia Xu saja yang membantunya. Pokoknya Jia Xu harus membantunya, soalnya Jia Xu juga ada tanggung jawab dalam pertengkarannya dengan kakaknya tadi.
Kalau bukan karena Jia Xu mengadu ke kakaknya tentang masalah oplas tadi, dia dan kakaknya pasti tidak akan bertengkar. Pfft! Jia Xu jujur kagum padanya, ucapannya memang masuk akal. Baiklah, kalau begitu, dia harus membantu apa?
"Bisakah kau pura-pura jadi gege-ku? Gege kandung, lalu, temui guruku."
Oh, Jia Xu langsung mengerti apa masalahnya. Tapi dia menuntut kejelasan tentang apa yang Sang Zhi lakukan sampai orang tuanya dipanggil ke sekolah. Kalau Sang Zhi tidak mau bilang, dia menolak membantu.
"Aku tidak mendengar ajaran guru di kelas," aku Sang Zhi. Dia mengaku bahwa dia bisa menjawab soal dengan benar, tapi guru tetap memanggil orang tuanya ke sekolah. Sungguh! Kalau Jia Xu tidak percaya, dia datang saja ke sekolahnya besok.
Hmm, entah Jia Xu percaya atau tidak, dia juga tidak memberi jawaban pasti tentang apakah dia bakalan datang atau tidak ke sekolahnya Sang Zhi besok, malah menyuruhnya untuk bicara pada Sang Yan saja lalu pamit pulang dengan hanya sebuah ucapan, "sampai jumpa lain kali."
Sang Zhi galau, lain kali itu kapan? Tapi bahkan sebelum dia mendapatkan jawaban, Sang Yan mendadak muncul menyela mereka dan mengejek Sang Zhi sebagai anak SD karena tinggi badannya yang agak pendek untuk ukuran anak SMP kelas 2.
"Kau SMP kelas dua, berarti usiamu 14 tahun?"
"Apa kau mau bilang kalau aku terlihat sangat pendek, tidak terlihat seperti SMP kelas dua?"
"Benar, itu maksudnya," ejek Sang Yan yang sontak mendapat teguran dari Jia Xu.
"Bukan itu maksudku. Jangan salah paham, Meimei."
"Aku malas bicara dengan kalian. Pokoknya aku akan tumbuh tinggi lagi."
"Tenang saja. Kau tidak akan tumbuh lagi," ejek Sang Yan, "tapi ada baiknya. Saat kau berusia 30 tahun, kau akan masih terlihat seperti 18 tahun."
"Jadi karena kau tinggi, makanya orang mengira kalau kau adalah ayahku," balas Sang Zhi.
"Kau sekolah di SMP mana?" tanya Jia Xu.
"SMP Xuri, kelas 2-1."
"Siapa namamu?"
"Namaku Sang Zhi."
"Sang Zhi, apakah kau tahu kapan kita akan bertemu lagi lain kali?" tanya Jia Xu, pertanyaan yang tidak jelas apa maksudnya, dia malah langsung pamit pergi begitu saja tanpa memberi penjelasan tentang maksud pertanyaannya tadi. Jadi apakah besok dia akan datang atau tidak? Lain kali itu kapan?
Mari kita kembali ke masa depan lagi, saat Sang Zhi sudah tumbuh lebih tinggi dan lebih cantik di masa SMA kelas dua-nya. Hari ini kakaknya pulang dan mereka langsung ribut lagi seperti biasa. Namun kemudian dia mendengar kalau Sang Yan mau pindahan kembali ke asrama di kampus utama dan butuh mobil ayah mereka untuk memindahkan barang-barangnya... sekaligus barang-barang teman sekamarnya.
Oh? Apakah Jia Xu yang dia maksud? Sang Zhi seketika berubah sikap jadi lebih baik pada Sang Yan, bahkan langsung membujuk Sang Yan untuk mengizinkannya membantunya pindahan. Sang Yan ogah, tapi Sang Zhi pantang menyerah, mengklaim kalau dia sangat kangen sama kakak tersayangnya yang jarang pulang, makanya dia ingin melakukan sesuatu untuk sang kakak tercinta.
Ayah dan Ibu percaya-percaya saja kalau Sang Zhi beneran tulus ingin membantu kakaknya sehingga mereka mendesak Sang Yan untuk membiarkan Sang Zhi membantunya. Sang Yan sebenarnya masih ogah, tapi berhubung tidak bisa melawan orang tua mereka, terpaksa dia mengiyakannya saja.
Begitulah bagaimana kemudian siang harinya, kita kembali ke adegan pembuka di awal episode ini, di mana Sang Zhi baru datang ke kampus, kebingungan mencari kakaknya yang nggak jelas keberadaannya.
Namun kemudian dia melihat mobil ayahnya yang bagasinya terbuka yang ada boneka rubahnya, lalu Jia Xu muncul dan menyapanya dari belakang dengan menurunnya sebagai pencuri, masih sangat tampan seperti beberapa tahun yang lalu dan masih membuat Sang Zhi terpesona.
Sudah lama mereka tidak berjumpa, makanya Jia Xu awalnya agak pangling, tapi sedetik kemudian dia akhirnya mengenali Sang Zhi dan tampaknya terpesona melihat perubahan Sang Zhi.
Semua barang yang di mobil ini ternyata barang-barangnya Jia Xu, termasuk boneka rubah itu. Mengetahui itu, Sang Zhi refleks mengembalikannya ke tempat semula dengan canggung. Dia tidak tahu, kalau tahu, maka dia pasti tidak akan menyentuhnya.
Errr... itu ucapan yang bisa saja membuat siapa pun salah paham. Jia Xu jadi agak tersinggung mendengarnya, apa Sang Zhi lupa akan bantuan besarnya dulu? (Oh? Apakah dulu Jia Xu beneran datang ke sekolahnya Sang Zhi?).
Namun jelas Jia Xu bukan orang yang perhitungan, dia cuma menggoda Sang Zhi saja. Dia bahkan bersedia memberikan boneka itu kalau Sang Zhi memang menyukainya.
Sang Zhi sok menolaknya dengan penuh harga diri, mengklaim kalau dia sudah besar jadi tidak bermain boneka lagi. Namun saat Jia Xu mau membuangnya, Sang Zhi refleks menyelamatkan boneka rubah itu dengan alasan kalau dia cuma akan memainkannya sebentar.
Jia Xu gemas melihatnya, lalu dengan cepat mengajaknya naik. Namun sesampainya di kamar, Sang Zhi malah mendapati kakaknya lagi asyik main game. Dasar! Ternyata dia cuma malas menjemput adiknya gara-gara game-nya.
Selain Sang Yan dan Jia Xu, ada dua pria lain yang sekamar dengan mereka. Yang gendut bernama Qian Fei, sedangkan yang kacamata bernama Chen Jun Wen, dan mereka langsung suka sama Sang Zhi dengan memanggilnya 'Xiao Meimei' (adik kecil).
Selayaknya kakak yang baik, Sang Yan refleks menahan Jun Wen saat Jun Wen terlalu antusias mendekati Sang Zhi, padahal Jun Wen cuma ingin melihatnya lebih dekat soalnya dia rabun jauh.
Sang Zhi awalnya tak mempermasalahkan panggilan itu, namun saat Jia Xu yang mengucapkannya, dia refleks protes mengingatkan Jia Zhu bahwa dia sudah tidak kecil lagi. Geli, Jia Xu pun meralat dengan memanggilnya 'Meimei' saja tanpa embel-embel 'Xiao', dan Sang Zhi refleks tersenyum mendengarnya.
Baru juga beberes, Jia Xu tiba-tiba pamit pergi kerja. Namun sebelum pergi, dengan senyum manisnya dia menegaskan sekali lagi pada Sang Zhi untuk mengambil boneka rubah ini kalau Sang Zhi suka.
Dia penasaran dari mana Jia Xu mendapatkan boneka ini. Maka dengan hati-hati dia bertanya pada yang lain tentang apakah boneka ini adalah pemberian pacarnya Jia Xu. Sang Yan dan yang lain malah ketawa mendengarnya.
Ternyata selama ini Jia Xu punya banyak pekerjaan paruh waktu, makanya dia tidak pernah ada waktu untuk berpacaran. Kalau tidak salah, boneka itu adalah hadiah dari sebuah acara yang diikutinya semester yang lalu.
Hmm, jadi Jia Xu tidak punya pacar, Sang Zhi pun senang. Kalau begitu, dia pun tidak ragu untuk memiliki boneka rubah itu. Sang Zhi pun mengosongkan tasnya untuk menaruh boneka itu di tasnya. Namun karena dia pergi tergesa-gesa pulang, dia tidak sadar kalau satu bukunya ketinggalan di meja belajarnya Jia Xu.
Malam harinya saat Jia Xu kembali ke asrama, Sang Yan menghubungkannya ke adiknya yang memberitahu bahwa buku tugasnya ketinggalan di meja belajarnya. Namun Sang Zhi tidak mau kalau kakaknya yang mengantarkan buku tugas itu soalnya ada tugas mengarang yang belum dia tulis sama sekali. Dia juga tidak mau kakaknya membantunya menulis karangan.
Jia Xu jelas tidak mau juga membantunya membuat karangan tugas itu karena itu adalah tanggung jawab Sang Zhi sendiri. Akan tetapi, dia bersedia menemani Sang Zhi menulis tugas itu besok pagi.
Karena itulah, dia menyuruh Sang Zhi untuk bangun lebih pagi dan datang ke pemberhentian bus jam 06:40. Sang Zhi jelas langsung setuju. Baiklah kalau begitu, Jia Xu pun menyuruh Sang Zhi untuk memikirkan dulu topik karangannya biar besok tinggal tulis saja dan tidur lebih cepat.
Demi janji ini, Sang Zhi sampai pasang beberapa alarm tiap 10 menit dan semua itu berhasil membangunkannya tepat waktu sehingga Sang Zhi pun tiba di halte bus sesuai jam janjian mereka. Tapi aneh, di mana Jia Xu? Kenapa belum datang? Apakah dia benar-benar akan datang?
Ketidakpastian ini membuatnya jadi teringat dua tahun yang lalu saat dia galau menunggu Jia Xu yang entah apakah akan datang atau tidak ke sekolahnya.
Namun bahkan sampai jam sekolah usai, Jia Xu tetap belum datang, sedangkan pak guru sudah menuntut untuk bertemu dengan orang tuanya. Sang Zhi benar-benar putus asa waktu itu.
Bersambung ke episode 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam