Sinopsis Time to Fall in Love Episode 2

Setelah menonton episode 2, aku semakin merasa drama ini punya banyak sekali kemiripan dengan Once We Get Married. Bukan cuma tema cerita kawin kontraknya, tapi vibe dramanya secara keseluruhan mengingatkanku pada Once We Get Married

Bahkan nama-nama karakternya pun mirip-mirip. Tone-nya juga sama persis. Apa mungkin drama ini diproduksi oleh tim yang sama? Ditulis oleh penulis skenario yang sama? Suka sih aku sama Once We Get Married, cukup betah nontonnya sampai ending, tapi yah, dramanya sebenarnya nggak yang berkesan banget, just ordinary cliche rom-com.

****

 

Xi Cheng mendadak membuka pintu dan menariknya masuk kamar. Eeeits! Jangan berprasangka buruk dulu. Xi Cheng cuma menginginkannya untuk menulis biodata mereka masing-masing. 

Soalnya kan nantinya dia akan membawa Yan Xi menemui Nenek, mereka akan pura-pura jadi pasangan, jadi mereka harus saling mengetahui segala hal tentang satu sama lain. Kalau sampai Nenek mencurigai mereka dan ketahuan, maka kerja sama mereka batal dan Yan Xi harus mengembalikan semua uang muka yang sudah dia transfer. Waduh! Kalau sampai uangnya diambil, maka ibunya tidak akan punya harapan lagi.

Baiklah, Yan Xi terpaksa menurutinya. Tapi pastinya, dia harus menulis biodatanya dengan nama He Jin Xi. Tidak banyak yang bisa Yan Xi tulis dalam biodatanya, satu halaman saja cukup. Namun Xi Cheng beda, dia punya banyaaaaaak sekali kelebihan sehingga biodatanya sampai beberapa halaman bak autobiografi. (Buset! Wkwkwk!) 

Parahnya lagi, Xi Cheng memerintahkannya untuk menghapal semuanya. Astaga! Yan Xi sampai bosan membacanya. Namun ada satu informasi yang paling menarik perhatiannya, Xi Cheng memang punya obsesi terhadap angka genap. Segala benda yang ada di sekitarnya harus genap.

Selama mereka saling menulis biodata masing-masing tadi, Xi Cheng lumayan terganggu dengan kuncir rambutnya Yan Xi, mungkin karena kuncirnya cuma satu, ganjil. Lama-lama Xi Cheng tidak tahan lagi melihat kuncir rambut itu dan langsung menariknya lepas, membuat rambut Yan Xi terurai... yang sontak membuat Xi Cheng tersepona, eh terpesona ding.

Cepat-cepat menguasai dirinya, Xi Cheng mengonfirmasi bahwa segala hal yang ada di sekitarnya memang harus genap... "termasuk kau. Ayo kita menikah."

"Apa?! Tapi... tapi di dalam kontrak tidak... tidak bilang harus menikah."

"Aku menandatangani kontrak denganmu untuk mewujudkan semua keinginan nenek. Dia selalu berharap bisa melihatku menikah dan berkeluarga."

Tapi jangan khawatir, Xi Cheng tidak benar-benar ingin menikah dengan Jin Xi kok, mereka cuma perlu mengadakan upacara pernikahan kecil atau cuma mengambil foto pernikahan buat dilihat nenek saja.

Yang tak disangka Yan Xi, hari ini juga, tiba-tiba dia malah bertemu dengan neneknya Xi Cheng yang mengetahui keberadaan mereka di hotel ini berkat Situ Shuo (Sekretarisnya Xi Cheng yang merangkap jadi mata-mata Nenek Gu). Parahnya lagi, Nenek Gu langsung mendesak mereka untuk segera menikah, kalau perlu, besok. Pfft!

Yang lebih mencengangkan, Nenek tiba-tiba saja menyuruh Yan Xi untuk pindah ke rumah mereka hari ini juga. APA?!!! Yan Xi jelas keberatan dan hampir saja keceplosan saat memprotes permintaan Nenek, untungnya Xi Cheng dengan cepat menghentikannya.

Xi Cheng berusaha bernegosiasi tentang masalah tinggal bareng ini, tapi Nenek Gu langsung berakting dengan memanfaatkan sakitnya. Pfft! Baiklah, Xi Cheng terpaksa mengalah dan menyetujui permintaan Nenek Gu, besok malam dia akan menjemput Jin Xi untuk pindah ke rumah mereka.


Yan Xi tidak setuju, di kontrak mereka tidak ada pasal tentang harus tinggal bersama. Tapi Xi Cheng mengingatkan bahwa di kontrak mereka, ada sebuah pasal yang menyatakan bahwa Jin Xi harus setuju tanpa syarat jika terjadi kondisi tidak terduga seperti ini.

Jangan khawatir, Xi Cheng meyakinkan bahwa dia tidak akan menyentuh Jin Xi biarpun mereka tinggal bersama nanti. Anggap saja mereka ini rekan kerja. Setelah kesehatan Nenek membaik, Jin Xi bisa mendapatkan apa yang dia inginkan dan pergi dari sini. Yan Xi masih galau, tapi akhirnya dia setuju juga.

Sahabatnya sekaligus teman serumahnya, An An, sontak heboh bukan main saat mendengar cerita Yan Xi. Dia juga khawatir jika Yan Xi harus sekamar dengan Xi Cheng, karena cowok dan cewek tinggal sekamar, tidak mungkin tidak akan terjadi apa-apa.

Karena itulah, dia membekali Yan Xi dengan segala macam alat-alat pertahanan ini seperti alat kejut listrik, semprotan anti serangga dan lain sebagainya. An An memiliki semua barang-barang ini karena pekerjaannya sebagai supir pengganti bagi orang-orang mabuk juga cukup beresiko. 

Tepat setelah An An pergi, Yan Xi mendadak mendapat telepon dari Jin Xi yang seenaknya mengabarkan kalau dia membawa ibu mereka ke luar negeri. Yan Xi sontak panik memanggil taksi ke bandara untuk mencegah Jin Xi membawa pergi ibu mereka.

Namun di tengah jalan, taksi mereka malah bertabrakan dengan sebuah mobil dan Yan Xi jadi pingsan karenanya. Untungnya si penabrak sangat bertanggung jawab membawa Yan Xi ke rumah sakit.

Saat Yan Xi siuman, dia sontak panik mengenali pria yang menabraknya itu, namanya adalah Fu Bo Ya. Entah apa masa lalu di antara mereka yang membuat Yan Xi panik melihatnya, namun jelas Bo Ya tidak mengenalinya. Bo Ya bahkan mengira kalau namanya Yan Xi adalah He Jin Xi karena KTP yang dibawa Yan Xi adalah KTP-nya Jin Xi.

Yan Xi agak sedikit lega menyadari Bo Ya tidak mengenalinya. Tapi An An mendadak muncul dengan begitu paniknya sambil teriak-teriak heboh menyebut nama aslinya, Su Yan Xi. Yan Xi jelas langsung panik memperingatkan An An lewat isyarat mata untuk memanggilnya He Jin Xi, dan untungnya An An cepat paham. 

Begitu Xi Cheng mendapat kabar tentang masalah ini, dia langsung bergegas ke rumah sakit... tepat saat dia Yan Xi keluar bersama Bo Ya, dan langsung cemburu saat melihat Bo Ya menyentuh Yan Xi (Pfft! Padahal cuma membantu memapah Yan Xi yang hampir terjatuh saja sebenarnya).

Hmmm... Xi Cheng jelas mengenal Bo Ya, sepertinya mereka saingan bisnis. Mendengar kronologi kecelakaan itu, Xi Cheng jadi semakin cemburu, dia bahkan tanpa ragu menyatakan Yan Xi sebagai pacarnya dan memperingatkan Bo Ya untuk tidak perlu mengkhawatirkan masalah pacarnya.

Dia bahkan langsung mencengkeram tangan Yan Xi terlalu kasar dan mau menyeretnya. Bo Ya bisa melihat dengan jelas kalau Yan Xi enggan pergi dengannya, maka Bo Ya langsung ikut campur mencegah Xi Cheng dan dengan manisnya meyakinkan Yan Xi bahwa dia tidak akan membiarkan Xi Cheng atau siapa pun membawa Yan Xi pergi jika Yan Xi tidak menginginkannya.

Tapi Yan Xi jelas tidak ingin memperbesar masalah ini, jadi dia memutuskan untuk ikut Xi Cheng. Dengan itu, Xi Cheng langsung merangkulnya dan menyeretnya pergi. An An sontak panik sahabatnya dibawa pergi seperti itu dan ingin mengejarnya, tapi Situ Shuo dengan gigih menghalanginya.

Sontak saja kedua orang itu langsung ribut saling sindir dan menghina. (Hmm... kayaknya An An dan Situ Shuo bakalan jadi pasangan kedua nih). Dan keributan mereka berlanjut dengan heboh bin lucu saat Situ Shuo menyewa sopir pengganti namun yang datang malah An An. 

Mereka ribut mulai dari parkiran dan terus berlanjut sepanjang jalan. Situ Shuo bahkan sampai mengancam akan melaporkan An An lewat aplikasinya. An An sontak menghentikan mobilnya di tengah jalan dan heboh berusaha menghentikannya, mobil itu jadi bergoyang-goyang karena kehebohan keributan mereka, membuat pejalan kaki yang tak sengaja lewat jadi berpikir aneh-aneh melihat mobil bergoyang itu. Wkwkwk!

Saking hebohnya saling tarik menarik, An An jadi tak sengaja oleng ke depan dan membuat bibirnya tak sengaja bersentuhan dengan bibir Situ Shuo. Pfft! 


Karena Yan Xi baik-baik saja, Xi Cheng mengingatkan bahwa malam ini juga, Yan Xi harus pindah ke rumahnya sesuai keinginan Nenek. Tapi Yan Xi masih ragu dan berusaha meminta Xi Cheng untuk memberinya waktu untuk bersiap-siap.

"Kau tidak perlu menyiapkan apa pun, kau cuma perlu datang ke sisiku saja," ujar Xi Cheng. 

Oww, kata-kata yang terdengar romantis, bahkan Yan Xi sampai tercengang mendengar kalimatnya itu. Baru menyadari makna ucapannya sendiri, Xi Cheng jadi canggung dan buru-buru menjelaskan maksudnya adalah datang ke kediaman Keluarga Gu. Dia juga menegaskan bahwa Yan Xi tidak boleh lagi berkeliaran malam-malam sendirian seperti ini, apalagi bertemu dengan orang yang tidak jelas.

Yan Xi tidak terima, "atas dasar apa?"

"Karena kau adalah pacarku."

"Pacar kontrak, oke?"

Bodo amat, pokoknya Yan Xi harus pindah ke rumahnya malam ini juga. Jadilah Yan Xi harus mengangkut barang-barangnya yang sangat banyak malam ini juga. 

Biar Nenek Gu tidak curiga, pastinya mereka harus tinggal sekamar. Xi Cheng tidur di ranjang, Yan Xi di sofa (sumpah mirip banget sama Once We Get Married).  Wah! Yan Xi tidak terima, tidak gentleman banget Xi Cheng.

Xi Cheng tidak peduli. Kalau Yan Xi mau tidur di ranjang, maka Yan Xi harus mengembalikan uang mukanya. Hadeh! Baiklah, Yan Xi terpaksa menurutinya. Tapi jangan khawatir, Xi Cheng tidak sekejam itu kok, dia meminta Yan Xi untuk bertahan tidur di sofa selama beberapa hari dulu, nanti dia akan memikirkan cara untuk mengambilkan kasur untuk Yan Xi. 

Tak sengaja Yan Xi menjatuhkan segala macam peralatan pertahanan diri yang jelas saja membuat Xi Cheng gregetan menyadari pemikiran Yan Xi terhadapnya. Tapi yah sudahlah, dia mau mandi, Yan Xi bereskan barang-barangnya. (Xi Cheng kayaknya nggak separah Si Chen, tapi aku lebih suka Yin Si Chen di Once We Get Married karena Si Chen lebih sedeng dibanding Xi Cheng, dan kesedengannya itu yang kusuka)

Tapi waktu lagi asyik-asyiknya mandi, listrik mendadak mati gara-gara Yan Xi menemukan sekeranjang remote control. Dia penasaran banget semua remote itu fungsinya apa saja, dan akhirnya dia usil memainkan semua remote itu tapi malah tak sengaja mematikan listrik kamar mereka.

Yan Xi sontak panik dan buru-buru menyalakannya kembali, tapi saat dia berbalik, dia malah shock melihat pemandangan dada tel~~~~ng Xi Cheng di hadapannya. Wkwkwk! Parahnya lagi, dia malah tak sengaja menyentuh Xi Cheng yang kontan membuatnya heboh.

 

Dia langsung lari membabi buta, tidak sadar kalau dia lari ke arah tembok. Untungnya Xi Cheng sigap menggunakan tangannya untuk melindungi jidat Yan Xi dari benturan (Aww, so sweet).

Bersambung ke episode 3

Post a Comment

0 Comments