Episode 20: Menjaga, Dua Orang Di Sepanjang Jalan.
Jiang Ying langsung to the point mau merusak hubungan Jia Xu dan Sang Zhi dengan berusaha menghasut Sang Zhi tentang kesalahan yang dibuat oleh ayahnya Jia Xu terhadap ayahnya, mengklaim bahwa Jia Xu sebenarnya tidak benar-benar mencintai Sang Zhi dan pasti akan langsung memutuskan Sang Zhi kalau Sang Zhi benar-benar minta putus dengannya karena Jia Xu bisa langsung pindah ke lain hati dengan cepat.
Namun Sang Zhi sama sekali tak gentar. Dia tetap tenang saat mengingatkan Jiang Ying bahwa kesalahan yang dilakukan ayahnya Jia Xu sama sekali tidak ada hubungan dengan Jia Xu. Jia Xu tidak bersalah, namun dialah yang harus menebus kesalahan ayahnya. Jiang Ying tidak berhak menyakitinya atas kesalahan yang tidak diperbuatnya.
Sang Zhi termenung sedih memikirkan semua kesulitan yang Jia Xu alami karena harus menanggung kesalahan yang tidak diperbuatnya. Dia bertanya-tanya apakah dulu Jiang Ying selalu membuat Jia Xu merasa bersalah seperti ini.
Jia Xu datang tak lama kemudian dan sontak cemas melihat beberapa kaleng bir yang Sang Zhi habiskan. Dia mencoba menanyakan ada masalah apa, tapi Sang Zhi bersikeras merahasiakannya dengan menyangkal punya masalah lalu tiba-tiba saja dia memberikan sebuah kartu tabungan untuk Jia Xu.
Dia memberitahu bahwa di dalamnya ada 5000 Yuan dan akan bertambah jadi 8000 setelah dia menyelesaikan magangnya nanti.
"Kenapa tiba-tiba memberiku ini?" tanya Jia Xu heran.
"Aku hanya ingin bilang padamu, aku bisa memperlakukanmu dengan baik. Aku bisa bersikap baik padamu selamanya."
Ucapan dan sikapnya ini membuat Jia Xu jadi semakin yakin bahwa ada yang mengganggu pikiran Sang Zhi. Namun karena dia menyadari kalau Sang Zhi akan bersikeras diam, dia akhirnya tidak menanyakan apa pun dan hanya balas memberikan dompetnya dan seluruh isinya pada Sang Zhi.
Gantian. Dia akan memakai kartunya Sang Zhi, dan Sang Zhi bisa memakai kartunya, password-nya adalah tanggal ultahnya Sang Zhi. Sang Zhi bisa menggunakannya untuk membeli gaun yang cantik.
"Uang ini tidak sedikit juga. Jadi, Bos, ada perintah apa? Aku bisa memenuhi semua permintaanmu," canda Jia Xu sambil bergaya ala gukguk lagi menunggu perintah tuannya dan sukses membuat Sang Zhi tertawa lucu.
Jia Xu sungguh tidak menyangka bahwa di usianya ini dia memiliki seseorang yang bisa dia andalkan. Namun Sang Zhi mewanti-wanti agar Jia Xu tidak menghambur-hamburkan uang itu. Harus disimpan.
"Disimpan untuk maharmu?"
"Untuk beli rumah."
Sang Zhi sudah mencari tahu harga rumah dan memperhitungkan bahwa akan butuh waktu 50 tahun saja untuk melunasi dan memiliki rumah besar di Yihe. (Pfft! Lama sekali pelunasannya).
Jia Xu terharu mendengarnya, "baiklah, aku akan menunggumu untuk membeli rumah besar untuk kuhuni," canda Jia Xu dan lagi-lagi berhasil membuat Sang Zhi tertawa.
Karena Sang Zhi bersikeras mengembalikan dompetnya, maka Jia Xu ganti memaksanya untuk menerima segepok uang selayaknya suami memberikan semua gajinya pada istri. Dia ingin mengandalkan Sang Zhi, jadi Sang Zhi saja yang mengelola keuangannya. Tidak masalah juga kalau Sang Zhi mau menghabiskannya.
Baiklah, Sang Zhi setuju untuk menyimpankannya untuk Jia Xu. Kalau Jia Xu butuh uang, beri tahu saja dia, nanti dia kasih uang untuk Jia Xu. Oke, sepakat! Tapi... Jia Xu masih penasaran dengan apa sebenarnya masalahnya Sang Zhi. Kalau ada sesuatu yang tidak menyenangkannya, cerita saja.
Namun Sang Zhi masih bersikeras merahasiakannya dan langsung nyender manja ke Jia Xu, meyakinkan Jia Xu bahwa dia sudah cukup senang Jia Xu menjemputnya.
Keesokan harinya, Sang Zhi masih giat bekerja padahal sudah jam makan siang. Untungnya kemudian sang pacar mengiriminya makan siang plus beberapa bungkus permen kesukaannya, permen yang sama dengan yang dulu Sang Zhi hadiahkan padanya dalam angpao tahun baru.
Malam harinya, Jia Xu menjemputnya dan mengantarkannya pulang ke asrama jalan kaki sambil bergandengan tangan. Dia sendiri yang mau dan rela menjemput sang pacar walaupun sebenarnya agak melelahkan baginya untuk mengantar-jemput Sang Zhi karena jarak kantornya, kantornya Sang Zhi dan asrama yang cukup jauh. Jadi bagaimana kalau Sang Zhi tinggal di rumahnya saja? Pfft!
Namun tepat saat itu juga, Mama Sang menelepon untuk memastikan putrinya sudah pulang kerja dan meminta Sang Zhi untuk video call dia nanti kalau sudah sampai asrama. Ya, apa boleh buat, berhubung Sang Zhi selalu dicek setiap malam oleh mamanya, Jia Xu rela deh sedikit capek mengantar-jemput Sang Zhi setiap hari.
Senang, Sang Zhi pun langsung memeluknya mesra. Tepat saat itu juga, teleponnya Sang Zhi berdering lagi dan kali ini Sang Yan. Dia juga menanyakan apakah Sang Zhi sudah sampai asrama.
Sang Zhi menjawab dengan agak ketus bahwa dia sudah hampir sampai. Namun pertanyaan Sang Yan selanjutnya agak aneh, karena tiba-tiba saja dia bertanya... "Jadi yang sedang bergandengan tangan dengan seorang pria di kampus... itu kau, kan?"
Hah? Maksudnya? Sang Zhi sontak celingukan bingung, apa Sang Yan ada di sini?... OMG! Iya, Sang Yan pun langsung berjalan tak jauh dari sana dengan wajah marah karena tadi dia menyaksikan mereka berpelukan.
"Kenapa pacar mahasiswa pascasarjanamu terlihat seperti Jia Xu?" Sinis Sang Yan yang akhirnya baru menyadari kalau ciri-ciri pacarnya Sang Zhi, kecuali bagian pascasarjananya, memang mirip Jia Xu.
Jia Xu santai saja, malah Sang Zhi yang tegang, apalagi saat dia menyadari pandangan mata Sang Yan yang tengah memelototi tangan mereka yang bertautan. Sang Zhi sontak melepaskan tangannya dari Jia Xu dan mencoba membujuk Sang Yan.
Namun tentu saja Sang Yan tidak bisa dibodohi. Apalagi saat dia mau menarik Sang Zhi menjauh dari Jia Xu, Sang Zhi sontak mundur dan berlindung pada Jia Xu. Yang tidak disangka Sang Zhi, Jia Xu santai saja mengambil semua tanggung jawab ke pundaknya sendiri dengan mengklaim bahwa dia yang mengejar Sang Zhi.
Tak lama kemudian, ketiga orang itu berjalan bersama ke asramanya Sang Zhi dengan Sang Yan yang terdiam marah sepanjang jalan. Sang Zhi yang heboh sendiri untuk membujuk Sang Yan dan meyakinkan Sang Yan bahwa dia sebenarnya sudah mencoba memberitahu Sang Yan, tapi Sang Yan sendiri yang memblokirnya.
Kesal mendengar ocehannya, Sang Yan langsung mengusirnya dengan memaksanya masuk asrama sekarang juga. Sang Zhi khawatir kalau harus meninggalkan kedua pria itu berduaan dan mencoba mencari segala alasan agar bisa bersama mereka lebih lama, tapi Jia Xu dengan lembut meyakinkannya untuk masuk asrama saja dan Sang Yan juga memelototinya dengan garang.
Setelah Sang Zhi masuk, kedua pria itu pun pergi bersama. Namun begitu tiba di tempat sepi, Sang Yan langsung meninju Jia Xu sampai berdarah dan menendang perutnya sekuat tenaga. Namun Jia Xu tak gentar, dia benar-benar serius tentang Sang Zhi. Karena itulah dia rela biarpun Sang Yan memukulinya.
Namun untungnya Sang Yan akhirnya berhenti walaupun amarahnya masih di ubun-ubun, tidak terima Jia Xu malah mengejar adiknya padahal cewek lain yang lebih muda banyak. Bisa-bisanya Jia Xu mengejar gadis yang sudah dia kenal sejak gadis itu masih kecil dan menganggapnya gege.
Jia Xu mengaku bahwa dia memang salah. Dia sebelumnya bilang bahwa dia berniat pergi ke Nanwu, tujuannya sebenarnya untuk membicarakan masalah ini langsung pada Sang Yan
"Maaf, saudaraku," ujar Jia Xu.
"Siapa saudaramu?"
"Aku tahu kalau hatimu tidak senang. Begini saja, tidak masalah kau mau memukuliku berapa banyak. Bagaimana, Ge?"
"Siapa gege-mu?!"
Namun akhirnya Sang Yan melunak juga dan langsung membantu menarik Jia Xu bangun dan mengajaknya pulang agar dia bisa mengobati lukanya.
Jia Xu senang, "terima kasih, Ge."
Sang Yan masih terus cemberut sepanjang jalan naik taksi. Sang Zhi mencoba meneleponnya, tapi Sang Yan langsung me-reject-nya. Akhirnya Sang Zhi ganti nge-chat Jia Xu untuk menanyakan apakah mereka baik-baik saja.
Jia Xu mengiyakannya saja tanpa mengatakan detilnya sebelum kemudian mengalihkan perhatiannya kembali ke Sang Yan dan dengan mantap meyakinkan Sang Yan bahwa dia hanya akan baik pada Zhi Zhi seorang seumur hidupnya. Ini adalah hal yang susah dia pikirkan dengan sangat serius.
Sang Yan penasaran, mereka sudah sampai tahap mana, sudah... begituan?Wah! Jia Xu tidak terima tuduhannya, Sang Yan pikir dia orang semacam itu apa? Sang Yan mengiyakannya, dia memang berpikir kalau Jia Xu adalah orang semacam itu. Pfft! Dia benar-benar tidak mengerti, bagaimana bisa Jia Xu, cowok tua, mengejar gadis yang baru kuliah.
Jia Xu sekali lagi meyakinkan Sang Yan bahwa dia benar-benar sangat serius terhadap Sang Zhi. Lagipula, dia dan Sang Zhi cuma beda umur 5 tahun. Kalau Sang Yan masih belum bisa menerimanya, Sang Yan boleh memukulnya lagi. Kesal, Sang Yan langsung meninjunya lagi tapi kali ini Jia Xu langsung defensif mengingatkan kalau mereka masih di taksi, nanti saja kalau sudah turun.
Tak lama kemudian, mereka pun sampai di rumahnya Jia Xu dan Sang Yan langsung mengecek jejak meimei-nya di seluruh rumah, dia bahkan tidak mau repot-repot mencopot sepatunya.
Setelah itu dia langsung membuka kulkas dan mendapati isinya banyak makanan kesukaan Sang Zhi. Namun saat dia baru menyentuh sebungkus strawberry, Jia Xu sontak merebutnya dan menutup kulkas sembari meminta Sang Yan untuk tidak menyentuh kulkasnya. Bukannya dia pelit, tapi semua makanan dan minuman ini dia beli khusus untuk PACARNYA.
Sang Yan sinis mendengar kata itu, ya sudah, dia cuma ambil teh botol doang, memangnya nih teh ada emasnya apa sampai tidak boleh disentuh? Dan ternyata baru kali ini Sang Yan tahu bahwa Jia Xu dan Sang Zhi pernah foto bersama di hari wisuda dan mukanya sontak tambah asem saat Jia Xu dengan sengaja memamerkan foto itu di hadapannya.
Namun saat Jia Xu selesai mandi tak lama kemudian, dia malah mendapati Sang Yan memakai sandalnya Sang Zhi. Jia Xu sontak kesal mengambil sandal itu dari kaki Sang Yan lalu menggantinya dengan melemparkan sandalnya sendiri ke muka Sang Yan sebelum kemudian memprotes Sang Yan karena memukulnya di wajah, pasti bakalan ketahuan Sang Zhi. Bagaimana dia akan menjelaskan masalah ini ke Sang Zhi besok?
Hmm, benar juga. Sang Yan yakin kalau Sang Zhi mengetahui masalah ini besok, Sang Zhi pasti marah padanya. Baiklah, berhubung Sang Yan tuh adil, jadi dia langsung saja menyuruh Jia Xu untuk memukulnya.
Jia Xu mengklaim kalau dia tidak pernah memukul orang dan tidak pandai memukul orang. Namun saat dia akhirnya dia menuruti kemauan Sang Yan, ternyata tonjokkannya kuat juga sampai bibir Sang Yan lebam.
Berhubung sekarang situasi mereka sudah adil, Jia Xu menyodorkan obat, tapi Sang Yan malah menyodorkan mukanya ke Jia Xu, menyuruh Jia Xu untuk mengoleskan obat itu untuknya.
Gregetan, Jia Xu sengaja mengerjainya dengan menyodok hidungnya dan menyuruh Sang Yan untuk mengoles sendiri obatnya. Setelah itu dia mengambilkan peralatan mandi dan perlengkapan tidur untuk Sang Yan.
Namun berhubung kamarnya cuma ada satu dan Jia Xu tidak mau tidur sekamar sama cowok, jadi Sang Yan tidur saja di sofa. Dia bahkan langsung mengunci pintu kamarnya dan mengabaikan protesnya Sang Yan.
Sang Zhi sebenarnya sudah ngantuk berat tapi kekhawatirannya akan Jia Xu dan kakaknya membuatnya jadi susah tidur. Tepat saat itu juga, Jia Xu akhirnya nge-chat. Sang Zhi langsung video call, tapi Jia Xu langsung mematikannya, tak ingin Sang Zhi melihat luka lebamnya, tapi biar Sang Zhi tidak curiga, jadi dia beralasan kalau dia sedang tidak pakai baju.
Untungnya Sang Zhi percaya dan langsung ganti ke telepon biasa. Jia Xu meyakinkan bahwa dia dan Sang Yan baik-baik saja, Sang Yan cuma memarahinya saja. Untungnya Sang Zhi percaya dan meyakinkan Jia Xu bahwa nanti dia akan membantu Jia Xu balas memarahi Sang Yan.
Jia Xu geli mendengarnya, "baiklah, kutunggu."
"Oh ya, apa dia memberitahumu tentang apa alasannya datang kemari?"
"Gege-mu juga peduli padamu. Dia ingin datang dan melihat apakah kau tinggal bersama pacar pascasarjanamu."
"Dia sungguh menyebalkan. Mana mungkin aku bertindak seperti itu. Apa dia bilang akan tinggal berapa lama?"
"Seharusnya akan tinggal untuk beberapa saat. Jangan khawatir lagi, aku tadi sudah menjelaskan padanya. Bukankah masih perlu kerja besok? Tidurlah lebih awal."
Keesokan harinya, Jia Xu menjemput Sang Zhi dengan mengenakan masker dengan alasan kalau dia lagi demam, takut menulari Sang Zhi. Namun Sang Zhi bisa melihat ada yang aneh di pipinya, makanya dia langsung mencopot maskernya dan mendapati ada beberapa lebam di wajahnya.
Jia Xu mencoba berbohong kalau ini karena dia terantuk nakas, tapi siapa juga yang mau dia bohongi. Lebam di pipi dan bibir itu jelas menunjukkan kalau itu hasil tonjokkan dan bukan cuma sekedar benturan.
Kesal namun berusaha tetap tenang, Sang Zhi langsung pergi mencari gege-nya sebelum Jia Xu sempat menghentikannya. Dia menemukan gege-nya yang saat itu sudah menunggu di restoran dan langsung menariknya sekuat tenaga dan melabraknya, tidak terima Sang Yan memukuli pacarnya dan mengancam akan melaporkan Sang Yan ke polisi.
Kesal, Sang Yan langsung saja menantangnya untuk melaporkannya ke polisi sekarang juga. Jelas Sang Zhi sebenarnya tidak ingin melakukan itu, makanya dia langsung berkaca-kaca... lalu tiba-tiba saja dia menyatakan bahwa sekarang mereka putus hubungan, Sang Yan bukan kakaknya lagi, dan langsung pergi dengan penuh emosi.
Sang Yan jelas sakit hati dengan sikapnya barusan. Untungnya beberapa saat kemudian Jia Xu kembali setelah mengejar Sang Zhi dan memberitahu bahwa Sang Zhi cuma pergi ke toilet untuk menenangkan diri.
Sang Yan pun lega, eh tapi... heran dia. Temperan meimei-nya sekarang jadi semakin buruk, ini pasti karena Jia Xu terlalu memanjakannya. Sang Yan bertekad mau ngasih pelajaran ke meimei-nya itu, tapi Jia Xu dengan cepat menyatakan bahwa dia akan menghentikan Sang Yan.
Lagian untuk apa juga dia buat perhitungan dengan gadis kecil. Tapi... Ji Xu jujur mengaku bahwa dia sangat tersentuh saat Sang Zhi membelanya tadi. Jadi kapan Sang Yan akan memukulnya lagi? Pfft!
Tak lama kemudian, Sang Zhi kembali tapi masih ngambek dan sontak saja kedua kakak-adik itu ribut berdebat saling sindir lagi. Jia Xu yang pusing harus jadi wasit mereka.
Sang Yan sinis menyindir Sang Zhi yang lebih membela pacar yang baru dipacarinya beberapa bulan dibandingkan kakak kandungnya sendiri, sedangkan Sang Zhi menyindir sikapnya yang sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah dan suka main tangan padahal punya mulut untuk bicara baik-baik.
Namun saat Jia Xu memberitahunya bahwa Jia Xu juga sudah memukul Sang Yan dan bukan karena untuk membela diri, Sang Zhi mendadak ganti haluan mengomeli Jia Xu juga. Pfft! Sang Yan jelas senang mengetahui meimei-nya ternyata masih peduli pada gege-nya.
"Jadi apakah kalian yang kekanak-kanakan ini sudah mengoles obat?" tanya Sang Zhi mencemaskan keduanya.
"Sudah," kompak Jia Xu dan Sang Yan.
Sang Zhi perhatian banget ke Jia Xu sampai-sampai Sang Yan langsung menyindir tentang betapa tidak bergunanya punya meimei, mending punya pacar saja yang pasti akan lebih memperhatikannya.
Canggung, Sang Zhi akhirnya mau juga memberinya sedikit perhatian dengan menanyakan apakah Sang Yan mau minum. Sang Yan bilang tidak mau tapi tangannya nyodorin gelas. Hehe.
Sang Zhi juga ingin mengajaknya keliling Yihe, tapi dua hari ini dia masih sibuk kerja. Dia baru bisa menemani Sang Yan hari Sabtu dan Minggu saja.
"Aku datang untuk menjenguk saudaraku (Jia Xu), tidak perlu kau temani, aku ingin ditemani saudaraku."
Baikah, Jia Xu setuju untuk menemaninya. Namun Jia Xu juga harus membawa 'keluarganya', dan pastinya yang dia maksud adalah Sang Zhi. Makanan sudah datang. Jia Xu langsung mengupaskan udang untuk pacar tercintanya, eh, mendadak malah dicuri sama Sang Yan. Sang Zhi tidak terima dan langsung mengambil kembali udangnya. Dasar perampok!
Kedua sejoli mesra banget, Sang Yan yang iri, sontak heboh memprotes mereka. Namun Sang Zhi dan Jia Xu malah tambah gencar pamer kemesraan di hadapan Sang Yan.
Bersambung ke episode 21.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam