Sinopsis Kleun Cheewit Episode 15 - 4

Sinopsis Kleun Cheewit Episode 15 - 4


"Aku memaafkanmu atas semua yang kau lakukan padaku."

Dan Khun Ying juga ingin meminta maaf pada Thit karena dialah penyebab dari segala hal yang terjadi. Jika saja dia tidak egois dan bercita-cita terlalu tinggi, Jee pasti tidak akan terancam oleh Sitta dan kecelakaan yang menimpa Tiw takkan pernah terjadi.

Dan menyangkut Jee, Khun Ying tidak bisa memaafkan Thit mewakili Jee karena itu adalah sesuatu yang harus mereka selesaikan sendiri.

"Tidak mudah bagi Jee untuk memaafkanku. Karena apa yang kulakukan padanya sangat buruk. Aku bahkan tidak mau menyebut diriku sendiri pria."

"Biarpun sulit, tapi setidaknya masih ada kesempatan."

Khun Ying meyakinkan Thit kalau Jee itu seperti dirinya, terkadang mulutnya tidak mengatakan kejujuran dalam hatinya. Mulutnya berkata kalau dia tidak menginginkan cinta padahal hatinya sangat mengharapkan cinta.


"Jika kau siap membuktikan ketulusanmu pada putriku, maka apa yang kau pikir sulit, bisa menjadi mudah. Apa kau siap membuktikan sebanyak itu pada Jee?"

"Aku berjanji bahwa mulai sekarang, aku akan melakukan segalanya. Sebelumnya Jee tidak memiliki siapapun, tapi sekarang dia memiliki aku. Aku tidak akan pernah meninggalkan Jee dan bayinya. Tolong beri aku kesempatan untuk memulai dari awal bersama Jee."


Khun Ying lalu masuk untuk mengambil sebuah kotak dan meminta Thit untuk berjanji padanya. "Jika aku masuk penjara, tolong jaga Jee untukku." Pintanya sambil memberikan kotak itu pada Thit.

Saat Thit membukanya, ternyata kotak itu berisi boneka ibu dan anak yang dibuat oleh Jee. Dan di dalam boneka itu ada sebuah pesan dari Jee.

"Aku membuat boneka ini sendiri untuk Ibu kalau Ibu merindukan kita berdua. Aku juga membuat boneka ibu untukku sendiri kalau aku merindukan Ibu juga. Simpanlah ini sampai tiba hari di mana kita akan bersama kembali, Bu."


Dan untunglah di kotak itu tertulis alamat pengirim. Thit pun langsung bergegas ke sana. Setibanya di penginapan, si suami mengira dia kurir yang datang mengambil paketan.

Dan bahkan sebelum Thit sempat mengatakan apapun, si suami langsung saja menyilahkannya. Dan di sanalah akhirnya dia menemukan Jee.

Jee yang saat itu sedang membawa sekotak kerajinan mereka, sontak menjatuhkan kotaknya sampai isinya pecah saking kagetnya melihat Thit dan langsung melarikan diri darinya.

 

Thit langsung mengejarnya sambil berusaha membujuk Jee untuk bicara dengannya dulu. Tapi Jee ngotot menolak. Terus berusaha menghindari Thit, Jee berjalan mundur tanpa menyadari kalau dia berjalan terlalu ke tepi.

Untung saja Thit cepat melihatnya dan langsung melesat untuk membopong Jee sebelum dia terjatuh. "Kau tidak apa-apa?"


Tapi Jee tak nyaman dalam dekakpannya dan cepat-cepat melepaskan diri lalu berusaha melarikan diri lagi. Tapi Thit dengan cepat menangkapnya lagi dan langsung mendekaapnya erat-erat.

"Jee, bisakah kau jangan melarikan diri dariku lagi? Kembalilah padaku. Kembalilah agar kita bisa bersama. Kau, aku... dan bayi kita."

Tapi Jee tetap saja keras kepala melepaskan tangan Thit darinya dan memberitahu Thit bahwa dia tidak perlu bertanggung jawab. Semua ini adalah kesalahannya sendiri. Mereka berdua membuat kesalahan.


Tak menyerah begitu saja, Thit langsung meme**uknya lagi. "Kita membuat kesalahan karena tidak mengetahui hati kita. Hubungan di antara kita... memang rumit. Tapi segala yang terjadi bukan karena kesalahan. Aku yakin itu. Kembalilah padaku. Jangan lari. Aku akan menjagamu dan bayi kita."

Tapi Jee masih saja bersikeras meyakini kalau Thit cuma ingin bertanggung jawab atas bayinya saja. Thit tidak perlu memaksakan diri.

"Aku tidak memaksakan diri. Aku sendiri yang mau. Dan ini bukan tanggung jawab atau kewajiban. Aku melakukannya karena aku tahu kalau kita tidak bisa hidup tanpa satu sama lain."

"Tapi kau tahu sendiri kalau bayi ini terlahir karena kecelakaan."

"Jika ada seseorang yang berusaha mengikat orang lain, akulah yang menggunakan anak ini untuk mengikatmu." Ujar Thit.


Thit tahu kalau dia tidak cukup baik. Dia tidak sebanding dengan pria lain yang pernah datang dalam hidup Jee. Tapi bisakah Jee memberinya kesempatan? Thit janji akan mengubah dirinya jadi orang yang baru asalkan Jee bersedia tinggal bersama pria bodoh sepertinya.

"Aku rela memberikan apapun yang kumiliki. Dan aku akan hidup hanya untukmu sepanjang hidup ini."

Tapi Jee masih sulit mempercayainya. Thit memohon agar Jee memberinya waktu untuk membuktikan diri. Jika Jee tidak senang, dia rela Jee pergi meninggalkannya.

"Tapi sekarang ini, bisakah kau jangan menutup kesempatanku?" Pinta Thit

Saat Jee masih saja mau pergi tanpa memberinya jawaban, Thit sontak menariknya kembali ke dalam pe**kannya dan sekali lagi memohon dengan sangat. Tapi sepertinya Jee masih teguh dengan pendiriannya.


Saat mereka kembali tak lama kemudian, kedua tuan rumah mereka sedang sibuk memunguti barang-barang mereka yang Jee pecahkan. Jee jadi merasa bersalah pada mereka.

Si istri meyakinkan kalau mereka sama sekali tidak mempermasalahkannya. Mereka bisa membuatnya lagi kok. Kalau begitu, Jee janji akan membuatnya ulang untuk mereka. Dia kan mau melahirkan, jadi dia tidak boleh bekerja terlalu keras.

"Tapi... pacarmu kan datang untuk menjemputmu." Ujar si istri (Pfft!). Thit langsung sumringah dikira pacarnya Jee.

Jee berusaha mengusirnya. Tapi tentu saja Thit tidak mau, malah terang-terangan menyatakan kalau dia akan tetap tinggal dan membantu Jee. Dia bahkan langsung membantu si suami memunguti barang-barangnya tanpa mempedulikan protesnya Jee.

Bahkan saat Jee mau memegang barang yang pecah, Thit sontak melarangnya, takut tangan Jee terluka lalu memaksa Jee duduk.


Tak lama kemudian, Thit membantu si suami melukis boneka tanah liatnya, sementara Jee menjauh untuk menelepon Dao dan memberitahu Dao tentang kedatangan Thit. Jee tidak mengerti kenapa Ibunya malah memberitahukan keberadaannya pada Thit.

"Bahkan ibumu saja memberinya kesempatan, terus kau keberatan apa lagi?"

"Karena dia tidak mencintaiku."

"Dan bagaimana denganmu? Apa kau mencintai Khun Sathit? Dan apa kau sudah memberitahunya kalau kau mencintainya? Menurutku, kata-kata tidaklah sepenting tindakan. Bukankah apa yang dilakukan Khun Sathit saat ini sudah cukup menunjukkan cintanya?"

"Kau boleh bilang kalau aku buruk, tapi Khun Sathit orang baik. Dan jika dia datang hanya karena dia kasihan padaku, aku akan jauh lebih kasihan pada diriku sendiri."


Jee ingin mengatakan sesuatu lagi sambil berbalik, dan sontak menjerit kaget mendapati Thit sudah di belakangnya. Sedang apa Thit di sini?!

"Aku yang seharusnya tanya, kenapa kau bersembunyi di sini?"

"Aku sedang menelepon."

Tapi Thit jelas tidak percaya, apalagi saat dia melihat kunci mobilnya Jee. "Bicara dengan siapa?"

"Kenapa kau mau tahu?"


"Jee, jangan kau kira aku tidak tahu apa yang kau pikirkan." Thit tiba-tiba menyudutkan Jee sampai mereka berdua terjatuh ke sofa dan sontak membuat Jee panik. Thit mau melakukan apa padanya?

"Menurutmu apa yang ingin kulakukan padamu?" Goda Thit lalu mengambil kunci mobilnya Jee.

Jee sontak berusaha merebutnya kembali tapi dia lupa mematikan sambungan teleponnya yang jelas saja membuat Jade dan Dao geli mendengar keributan mereka.


"Sudah kuduga. Kau tidak bisa dipercaya."

Jee terus berusaha merebut kunci mobilnya kembali, tapi Thit malah memasukkannya ke kantong cealnanya dan menyuruh Jee untuk mengambilnya sendiri.

Jee langsung ganas menyerangnya hingga mereka berdua sama-sama terjatuh ke atas sofa dengan posisi Jee di atas Thit. Dia terus menyerang Thit dengan ganas dan tepat saat dia sedang merogoh celanananya Thit, si istri mendadak muncul dan jelas shock melihat mereka.

Panik, Jee cepat-cepat menjauh dari Thit dan berusaha menjelaskan kalau mereka tidak melakukan apapun yang dia pikirkan.

"Tidak masalah kok. Buatlah diri kalian nyaman." Ujar si istri dengan senyum penuh arti lalu pergi.


Jee sontak melempar tatapan tajam ke Thit. Thit santai saja menggodai Jee dan cup~~~ menc**m pipi Jee. Hehe.

Lalu dengan santainya dia pergi menggondol kunci mobilnya Jee sambil dadah-dadah dengan senyum manis. Jee kesal dibuatnya. Tapi begitu Thit menghilang dari pandangan, senyumnya langsung mengembang lebar,

"Kau sebahagia ini, lalu apa yang kau cemaskan, Jee?" Heran Dao sebelum kemudian mematikan teleponnya.

 

Jade sungguh-sungguh berharap Jee akan menyerah secepat mungkin. Soalnya kalau kedua orang itu tidak berbaikan, dia bakalan jadi single sepanjang hidupnya. Dulu cuma ada Jee, tapi sekarang akan ada keponakan, bisa-bisa Jade bakalan jadi perjaka tua.

"Hei, kau egois, yah?" Protes Dao.

"Kaulah yang kejam. Kau mencintai Khun Jee lebih daripada aku."

"Kau bilang aku kejam?"

"Biarpun kau kejam, tapi aku masih mencintaimu. Semakin kau kejam, aku semakin cinta." 


Jade tiba-tiba membopong Dao dan menyatakan kalau dia akan membawa Dao menemui ibunya. Tadi Dao kan bilang ke Jee bahwa kata-kata tidak sepenting perbuatan, makanya Jade mau menunjukkan seberapa besar cinta Jade ke Dao.

"Aku akan bilang ke ibuku kalau aku mau menikah."

"Menikah? Memangnya aku pernah bilang kalau aku mau menikah denganmu?"

"Barusan aku mendengarnya."

"Aku tidak mengatakannya."

Bersambung ke part 5

Post a Comment

1 Comments

  1. ahhh mba-nya keren.
    selagi nulis sinopsis apakah sembari nonton dramanya lagi, diulang2 trs😄😄😄.. aku juga gak bosen nih nontonnya berkali2

    ReplyDelete

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam