Sinopsis Kleun Cheewit Episode 15 - 5

Sinopsis Kleun Cheewit Episode 15 - 5

 

Saat Jee datang untuk mengurus boneka tanah liatnya, Thit langsung menyambutnya dengan senyum lebar sambil memperlihatkan boneka tanah liat buatannya sendiri yang mirip boneka buatan Jee. Tapi Jee mengacuhkannya dan duduk jauh darinya.

Thit langsung geser mendekat sambil menunjukkan ketiga boneka buatan mereka. "Ini aku, ini kau... dan ini bayi kita. Kau suka?"


Jee kontan tersenyum lebar mendengarnya. Tapi tetap saja dia sok jaim dan langsung pindah tempat duduk. Thit pun langsung beranjak bangkit mengikutinya dan duduk di kursi sebelah sambil menggenggam tangan Jee.

"Mulai sekarang, kita semua akan bersama. Aku janji aku akan membangun keluarga lengkap yang tidak pernah kau miliki agar kau tidak lagi merasa kesepian di dunia ini."

Tapi Jee sepertinya masih belum bisa mempercayainya dan langsung melepaskan tangannya. Saat dia menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, tak sengaja pipinya kena cat.


Thit berniat mau menyekanya dengan tangan, tapi tangannya sendiri kotor. Dia langsung cepat-cepat mengambil tisu lalu mendekat untuk menyeka noda di pipinya sambil tersenyum lebar yang kontan membuat Jee ikut tersenyum.

Thit jadi semakin pede untuk duduk di sampingnya sambil menggodai Jee. Dan walaupun dia masih sok jaim di hadapan Thit, tapi jelas-jelas dia bahagia mengagumi boneka keluarga lengkap buatan Thit itu.


Malam harinya, Thit mengikuti Jee ke kamarnya, tapi Jee langsung mengunci pintu dan membiarkan Thit menderita di luar sambil memohon-mohon pada Jee agar dia bisa tidur dengan Jee.

Tiba-tiba terjadi pemadaman listrik. Dan berkat itu, Jee langsung membuka pintunya lagi. Saat kedua pasutri datang memberikan lilin untuk mereka, Thit langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk bergegas masuk ke kamar Jee sambil meyakinkan pasutri itu untuk tidak mencemaskan mereka berdua.

"Khun, jangan buat mereka cemas biar mereka bisa tidur tenang. Terima kasih banyak." Ujarnya lalu cepat-cepat mengunci pintu sebelum Jee sempat memprotes apapun.


Jee akhirnya mengalah, tapi dia langsung melemparkan bantal ke Thit dan memaksanya tidur di lantai.

"Jee, kasurnya kan besar, kenapa kau posesif banget? Dan lagi, lantai ini keras dan dekat jendela... dingin."

"Cocok banget untuk orang yang keras kepala dan berhati dingin sepertimu. Kau boleh pilih, tidur di sini atau tidur di luar."

"Ya, deh! Yah, deh! Aku akan tidur di sini."


Dibalik sikap juteknya, Jee sebenarnya diam-diam tersenyum lebar. Tapi belum sempat dia memejamkan mata, Thit tiba-tiba tanya ini-itu tentangnya.

Ternyata Thit lagi membrowsing segala informasi tentang Jee dan mendapati kalau mereka berdua sama-sama goldar B.

Jee jadi ikutan penasaran dan langsung mendekat untuk melihat yang sedang Thit baca itu. Tapi saat Thit memergokinya mengintip, Jee sontak balik ke bantalnya dengan malu.

Thit jadi makin getol merecokinya dan menuntut jawaban atas gosip tentang seorang penyanyi yang kabarnya naksir Jee. Beneran dia mendekati Jee?

Jee sampai sebal dibuatnya, kenapa sekarang Thit malah merecokinya sih?

"Soalnya kita tidak bicara dan aku ingin tahu tentangmu, makanya aku meng-googling-nya. Aku pacarmu jadi bagaimana bisa pengetahuanku tentangmu kurang daripada fan club-mu?"


Tiba-tiba Thit menemukan informasi lain yang kontan membuatnya heboh. Jee penasaran tapi tidak berani melihat dan akhirnya cuma terdiam penasaran... saat tiba-tiba saja tangan Thit muncul mengelus dagunya. Thit lagi ngapain sih?!

"Apa benar kalau dagumu di-oplas di Korea?" (Pfft!)

"Kau sudah gila apa?"

"Aku mau tahu. Beneran?"

"Kau mau tidur nggak? Kalau nggak, keluar sana!"

"Aku tidur, deh. Aku tidak akan mengganggumu lagi. Kita bicara besok lagi saja."


Tapi tak pelak semua ini membuat Jee begitu bahagia dan tertawa diam-diam sampai t**uhnya bergetar.

"Khun, kau tertawa sampai bergetar seperti itu. Tengah malam nanti jangan datang dan mencoba memper**saku, loh yah." Goda Thit yang sontak dapat lemparan bantal dari Jee. "Aku bahagia bisa membuatmu tersenyum. Aku tidur sekarang. Good night."

 

Keesokan harinya, Jee terbangun... dan melihat Thit sudah ada di hadapan matanya dengan senyum manis. Jelas saja dia langsung tersentak kaget melihatnya, ngapain Thit naik ke ranjangnya?

"Untuk melihatmu tidur."

Jee sontak balik badan dengan malu dan panik mengecek bau mulutnya dan wajahnya yang baru bangun tidur. Thit nggak ngeh dengan kepanikannya, malah mengira kalau Jee mau balik tidur lagi.

"Khun, bangunlah. Sudah pagi."

Saat Jee mengacuhkannya, Thit langsung mendekat lalu menge**p pundaknya. "Ayo, bangun. Mau bangun nggak?"


"Kau mau ngapain sih?"

"Membangunkanmu untuk merayakan."

"Merayakan apa?"

Thit tiba-tiba membaringkan kepalanya di pangkuan Jee lalu mengec*p bayi dalam p**ut Jee.

Sambil menggenggam tangan Jee, dia memberitahu Jee untuk menganggap hari ini sebagai hari pertama mereka jadian biar mereka bisa punya hari peringatan seperti orang lain. Dan hari ini pula hari pertama mereka bicara baik-baik pada satu sama lain.

"Anggap ini sebagai menguji hidup kita bersama. Dan kalau kau suka, bagaimana kalau kita menikah? Aku ingin bersamamu. Aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu untuk omong kosong lagi."

Duh, romantisnya. Tapi Jee masih saja keras kepala. "Siapa juga yang mau menikah? Gila!" Dia langsung melepaskan diri dan masuk kamar mandi.

"Kenapa, Jee? Oi, Thit. Padahal kau sudah memikirkannya sepanjang malam."


Tak mau menyerah begitu saja, jadilah Thit terus menerus merecoki Jee untuk nikah sama dia sepanjang acara sikat gigi bersama.

Selesai mandi, Thit membantu Jee mengeringkan rambutnya lalu memijatnya sambil mengajaknya ngobrol.

Menurut Jee, anak mereka nanti laki-laki atau perempuan. Jee tidak mau jawab. Oke deh, Thit ganti pertanyaan. Jee mau anak cowok atau cewek? Jee tetap tidak mau menjawab.

Baiklah, Thit ganti pertanyaan lagi. Menurut Jee, Thit mau punya anak cowok atau cewek? Ujung-ujungnya dia tanya sendiri, dia jawab sendiri.


"Kalau aku tidak masalah anak cowok atau cewek, asalkan dia mirip aku. Tahu kenapa? Karena jika bayi kita cowok, dia akan sangat tampan seperti aku. Tuh, lihat." (Pfft!)

"Dan jika bayi kita cewek, dia akan sangat imut.... kayak aku." (LOL!) Thit langsung usil menyampirkan rambut Jee ke kepalanya dan sukses membuat Jee ketawa.

"Kau tertawa... kalau gitu, ayo kita nikah."

Dan senyum Jee langsung berubah masam seketika. Pfft! Oh, oke deh. Thit ngalah, mereka tidak perlu menikah sekarang, Jee pikirkan saja dulu. Nyantai aja.

 

Di tempat lain, Thit lagi diwawancarai para reporter. Saat ditanya alasannya menghilang belakangan ini, Pim dengan gaya sok alimnya mengklaim kalau dia sibuk mengurus ibunya yang sedang sakit.

Seorang reporter lalu menanyakan tentang gosip yang mengatakan bahwa produser dari Korea menginginkan Pim untuk menggantikan Jee.

"Tentang masalah ini, aku tidak bisa menjawab. Tapi kalau benar, itu berita bagus."

"Dia anak yang berbakti. Dia tidak akan tenggelam di air atau terbakar api." Komentar si manager.


Tapi tiba-tiba ada dua orang polisi yang datang mencari Pim dan memintanya untuk ikut bersama mereka ke kantor polisi untuk diinterogasi. Pim jelas tidak terima, memangnya dia salah apa?

"Atas postingan fitnah yang kau buat bahwa Jee hamil dengan Khun Chaiyan." Ujar Suki.

Pim tidak terima, memangnya dia punya bukti. Suki nyinyir, Pim yakin ingin melihat buktinya di sini sekarang juga? Apa Pim lupa saat terakhir kali Suki menghancurkan karirnya di industri ini?

"Ingat baik-baik. Seseorang sepertimu tidak akan pernah bisa mengalahkan Jee!"

"Kau pikir dengan melakukan ini kau bisa menguburku?"

"Kita lihat saja. Aku tahu kalau ini saja tidak bisa menguburmu, makanya aku menyiapkan sedikit ekstra untukmu sebelum kau masuk penjara." Ujar Suki lalu minggir dan memperlihatkan seorang nyonya yang berdiri di belakangnya.

 

Tanpa ba-bi-bu, si nyonya mendadak menampar Pim keras-keras. Oh, ternyata dia istri dari seorang produser yang Pim rayu. Sontak saja kejadian itu menarik perhatian semua reporter yang ada di sana.

Si nyonya langsung blak-blakan memberitahu semua orang tentang aibnya Pim. "Asal kalian semua tahu saja bahwa hanya demi menjadi nang'ek di sebuah lakorn, wanita ini bukan cuma menggunakan bakatnya, tapi juga keahlian di antara kedua kakinya. $%^#*!"

Puas memaki Pim, si nyonya langsung menyerang Pim dan menamparinya dengan ganas sampai Managernya Pim harus minta bantuan polisi untuk menjauhkan si nyonya dari Pim

Pim sontak menangis dalam p**ukan si manager, apalagi para reporter itu memotretinya terus menerus tanpa ampun, tak peduli biarpun Managernya Pim berusaha memohon-mohon agar mereka berhenti memotret.

 

Suki puas banget. "Ini namanya... siapa yang tertawa paling akhir, dialah yang akan tertawa paling keras. Muahahahaha! Selamat tinggal, Nang Pim. Di pekerjaan inilah aku menguburmu hidup-hidup. Dadah!"

Bersambung ke part 6

Post a Comment

4 Comments

  1. Mbak makasih ud update cepet, saya udah baca ulang gak bosen, makasih ya mbak. Buat sinop yg lain jangan lupa update ya mbak.

    ReplyDelete
  2. Akhirnya tinggal 1 part lagi. Selanjutnya lokron apa lagi ya?

    ReplyDelete
  3. Heemmm akhirnya mo slese jgak...ditunggu lakorn berikutnya unwilling bride, padiwarada...

    ReplyDelete

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam