Sinopsis Once We Get Married Episode 4

Tentu saja pernikahan yang ditawarkan Si Chen bukan pernikahan sungguhan, cuma nikah kontrak 3 bulan, setelah itu mereka akan bercerai dan dia akan memberi kompensasi yang sangat besar untuk Xi Xi. 

 

Tapi biarpun cuma nikah kontrak, mereka tetap harus membuat akta nikah asli dan resmi. Xi Xi sontak sinis, mengira Si Chen sudah tidak waras dan menolak menikah dengannya.


Pantang menyerah, Si Chen pun mulai melakukan segala cara untuk mendapatkan Xi Xi, termasuk cara licik. Dia menyuruh seorang pegawainya untuk pura-pura jadi pegawainya Alex yang menuntutnya untuk segera melakukan pembayaran gaun pengantinnya dalam kurun waktu 3 hari atau dia akan dilaporkan ke polisi atas tuduhan penipuan.

Xi Xi percaya begitu saja dan jadi panik sendiri. Dia mencoba menghubungi siapa saja yang bisa meminjamnya uang, tapi malah ditolak dengan kejam. Teringat betapa royalnya Zi Xin waktu dia menghadiahkan peralatan makan restoran itu untuk Neneknya, Xi Xi berniat meminta bantuannya, tapi ponselnya malah tidak bisa dihubungi. Duh! Harus gimana sekarang?

Yang tidak dia ketahui, Zi Xin sedang pergi ke tempat terpencil yang susah sinyal, mencari seorang pria yang pernah bekerja di pabrik pewarnaan dan meminta bantuannya untuk membuat pewarna merah air yang langka.

Xi Xi tiba-tiba didatangi Ran Xi Wei yang tanpa basa-basi bersikap bak seorang istri mengonfrontasi pelakor mata duitan, memperingatkan Xi Xi untuk menjauh dari Si Chen. Si Chen baginya adalah hidupnya.


Tapi berhubung sudah tiga hari dan Xi Xi sangat butuh uang, dia tak mengindahkan peringatan Xi Wei dan tetap menghubungi Si Chen dan setuju untuk menikah kontrak dengannya. 

Ada tiga kontrak yang harus Xi Xi tanda tangani. Kontrak pertama adalah kontrak perjanjian pra-nikah yang menyebutkan bahwa setelah mereka bercerai, Xi Xi akan mendapat kompensasi sebesar satu juta Yuan. Kontrak kedua dan ketiga berhubungan dengan kontrak kerja sama dengan Alex.

Kalau Xi Xi menolak tanda tangan, maka pihak Whymall berhak untuk menyita semua harta keluarganya Xi Xi. Kesal tapi tak punya pilihan, terpaksa menyetujuinya. Akan tetapi, dengan cerdasnya Xi Xi menyadari kalau Si Chen juga tak punya pilihan lain selain dirinya untuk mendapatkan kerja sama dengan Alex. 

Jadi dia juga menuntut penambahan syarat, cukup 3 saja. Pertama, Si Chen tidak boleh mengganggu hidup dan pekerjaannya. Dia harus memiliki privasi dan ruangan terpisah jika mereka harus tinggal bersama. 

Kedua, berhubung status suami-istri dan pernikahan ini cuma sebatas pekerjaan, jadi dia hanya akan bekerja jadi istrinya Si Chen selama 8 jam sehari. Jika lebih dari itu, maka Si Chen harus membayarnya dua kali lipat. Ketiga dan yang paling penting, mereka tidak boleh punya perasaan terhadap satu sama lain.

Sekretarisnya Si Chen gercep menulis semua syarat yang Xi Xi ajukan, kontrak pun ditandatangani saat itu juga. Dan baru setelah itu, Si Chen dan sekretarisnya mengaku bahwa sebenarnya mereka bohong, mereka sama sekali tidak punya hak untuk menyita hartanya Xi Xi. 

Tapi Xi Xi bisa apa sekarang? Dia sudah menandatangani kontraknya. Iiiish! Nyebelin banget si Si Chen. Xi Xi kesal, tapi memang tak ada yang bisa dilakukannya sekarang.


Mereka pun saling memberitahu orang tua masing-masing tentang ini. Xi Xi tidak bilang kalau ini cuma pernikahan kontrak, sedangkan Si Chen jujur memperlihatkan kontrak pernikahannya pada ayahnya.

Ayahnya Si Chen jelas marah besar dengan tindakan Si Chen ini. Tapi Si Chen menolak menyerah dan tetap tenang dalam meyakinkan Ayah untuk mendukung rencananya ini dan merahasikannya dari Ibu.


Keluarga Xi Xi juga awalnya kaget dan tak setuju putri mereka menikah sekilat ini. Tapi kemudian sekretarisnya Si Chen datang membawa banyak sekali hadiah-hadiah mahal dari calon menantu mereka. Dan seketika itu pula, Ayah dan Nenek yang matre langsung setuju tanpa ragu. Hanya Ibu yang masih cemas karena putrinya mau menikah dengan seseorang yang belum pernah mereka kenal sebelumnya.

Keesokan harinya, Xi Xi ditemani Xiao Ya mendatangi tempat pemotretan yang sebelumnya. Lagi-lagi dia harus menjalani pemotretan dengan gaun pengantin rancangan Alex, tapi kali ini beda model dari yang sebelumnya. Xi Xi benar-benar kagum dengan rancangan Alex itu.

Si Chen datang ditemani sekretarisnya. Baik bos maupun sekretarisnya, sikapnya sama-sama angkuh dan mengabaikan sapaan Xiao Ya. Sekretaris bahkan dengan dinginnya menyindir Xiao Ya yang cuma seorang model kelas tiga.

Sama seperti sebelumnya, kali ini juga Si Chen begitu terpesona melihat Xi Xi dalam balutan gaun pengantinnya. Tapi dia pikir kalau itu cuma karena pengaruh gaun pengantin saja. Melihat Xi Xi kerepotan saat hendak mengganti sepatu kets-nya dengan high heels-nya, Si Chen lsngsung berlutut membantu Xi Xi memakai sepatunya dsn berharap semoga besok Xi Xi akan menyukai pernikahan mereka.

"Apa pentingnya aku suka atau tidak?" 

"Kau suka atau tidak, itu tidak penting. Nyonya Yin suka atau tidak, itu yang paling penting."

 Malam harinya, temannya Si Chen - Shang Ke, datang sambil marah-marah gara-gara dia baru mengetahui pernikahan kilatnya Si Chen lewat berita di majalah. Dia tidak terima karena tidak menjadi orang pertama yang mengetahui pernikahan Si Chen. Please, tolong bilang kalau ini palsu. Lagian nih cewek nggak cocok sama Si Chen.

Tapi Si Chen dengan santainya mengakui bahwa berita itu benar adanya, bahkan memperingatkannya untuk hati-hati kalau bicara tentang wanita itu, wanita itu sekarang adalah istrinya, Nyonya Yin.

Xi Wei juga datang, berusaha tegar saat dia mengucap selamat untuk pernikahan Si Chen. Tapi dia sungguh tidak mengerti, kenapa harus wanita itu?

"Kehendak Tuhan." Jawab Si Chen.

"Lebih kayak kehendak iblis." Celetuk Shang Ke yang kontan saja membuat Si Chen kesal.

Tapi, bukankah Si Chen melihat sendiri kalau Xi Xi bersama Mo Zi Xin waktu itu, apa dia tidak khawatir? Dan lagi, Si Chen tiba-tiba menikah dengan orang yang belum dia kenal dengan baik, tentu saja dia dan Shang Ke khawatir kalau Si Chen akan ditipu oleh gadis itu.

"Aku berterima kasih pada kalian, tapi seharusnya kalian percaya padaku." Tegas Si Chen.


Dia bahkan langsung mengusir mereka berdua sekarang juga. Xi Wei jelas sakit hati mendengarnya. Dia terisak sedih saat Shang Ke mengantarkannya pulang. Jelas dia sudah menyukai Si Chen sejak mereka kecil, dia bahkan menjadi wanita mandiri seperti sekarang berkat Si Chen. Dia pikir setelah dia pulang dari luar negeri, dialah yang akan menjadi pendamping Si Chen, tapi ternyata malah jadi seperti ini.


Setelah beberapa hari, warna merah langka yang diinginkan Zi Xin akhirnya jadi juga. Dia mengaku pada orang yang membuat pewarna merah langka itu, bahwa pewarna ini untuk diberikan pada seseorang yang sangat menyukai warna ini.

Pria itu bertanya-tanya apakah orang itu pacarnya Zi Xin. Zi Xin sontak tersipu malu menyangkalnya. Tapi pria itu bisa melihat dengan jelas kalau Zi Xin sangat menyukai orang itu, dan meyakinkan Zi Xin bahwa dia pasti akan menjadi pacar orang itu setelah memberikan warna ini padanya. (Ah! Sayang sekali, hanya demi membuat satu pewarna, kamu melewatkan saat paling penting. Calon pacarmu sudah jadi istri orang lain)

Saat tengah menyambut kedatangan para tamu, tiba-tiba muncul tamu penting yang tak disangka-sangka, Neneknya Si Chen yang dengan muka cemberutnya bertanya apakah Si Chen yakin mau menikahi wanita ini. Nenek menolak jawaban yang tidak tegas dan bersikeras menuntut Si Chen untuk menjawab dengan tegas. Iya atau tidak!

Maka Si Chen langsung merangkul pengantinnya dan menjawab mantap, iya! Dan seketika itu pula wajah seram Nenek, mendadak berubah ramah sambil mengacungkan jempol, merestui pernikahan cucunya ini.

Biarpun belum pernah mengenal cucu menantunya ini sebelumnya, tapi Nenek langsung suka dan menyambut Xi Xi dengan ramah. Nenek bahkan mengancam cucunya untuk selalu baik pada istrinya, atau Nenek tidak akan lagi menganggapnya cucu, dan meyakinkan Xi Xi untuk melapor padanya saja kalau cucunya ini menindas Xi Xi, Nenek pasti akan membela Xi Xi.

Xi Wei juga datang, berusaha keras untuk tetap menunjukkan senyum ramahnya di hadapan mereka dan mengucap selamat atas pernikahan mereka. Dia berakting seolah dia dan Xi Xi baru bertemu sekarang, padahal diam-diam dia berbisik sinis, memperingatkan Xi Xi bahwa sekarang Xi Xi telah merebut kehidupannya (Si Chen).

Xi Xi jelas kesal mendengarnya. Begitu Xi Wei masuk, Xi Xi sontak kesal memprotes Zi Xin. "Dalam kontrak kita sepertinya tidak tertulis harus berurusan dengan saingan cinta, kan?"

"Sejak kapan kau mencintaiku?" (Pfft!)

Xi Xi jadi salting mendengarnya. "Bicara apa kau?"

"Kalau kau tidak mencintaiku, mana ada yang namanya saingan cinta."

"Hmm, masuk akal."

Upacara pernikahan dimulai tak lama kemudian, sang pengantin wanita tampak begitu cantik dan mempesona saat berjalan di altar (Aku suka banget sama keseluruhan makeup pengantinnya, cantik bener). Sang pengantin pria pun tampak begitu terpesona padanya, tapi dengan cepat dia menguasai diri, berusaha keras menamengi dirinya sendiri dari pesona pengantin wanitanya. 

 

Mereka tampak romantis padahal diam-diam saling kontes melotot saat mereka sama-sama ditanya apakah mereka saling menerima satu sama lain sebagai suami dan istri. Tentu saja mereka saling menerima dengan sangat terpaksa lalu saling bertukar cincin sambil saling memelototi satu sama lain.

Mereka pun dinyatakan sah suami-istri dan sang suami sudah diperbolehkan mencium pengantinnya. What? Xi Xi langsung panik, tapi Si Chen langsung menarik wajahnya mendekat dan menciumnya. Err, nggak juga ding, nyatanya dia menggunakan jempolnya sebagai penghalang di antara bibir mereka.

Acara dilanjutkan dengan perjamuan makan. Xi Xi terus menerus menenggak wine-nya. Si Chen sudah berusaha memperingatkannya untuk mengontrol minumnya, tapi Xi Xi tak peduli, karena hanya ini satu-satunya cara baginya untuk menahan keinginannya kabur dari pernikahan ini.

Saat Xi Xi bersosialisasi sambil terus minum, ibunya Xi Xi diam-diam menyerahkan selembar surat ke tangan Si Chen. Di dalam surat itu ada sebuah kartu ATM dan sebuah pesan manis dari Ibu yang memberitahunya beberapa hal tentang Xi Xi. 

Dalam pesannya, Ibu memutuskan untuk mempercayai pilihan putrinya, mengira bahwa Xi Xi memilih Si Chen karena Si Chen benar-benar bisa dipercaya dan bisa membuat Xi Xi nyaman.

Ibu memberitahu Si Chen bahwa ada kalanya saat Xi Xi sedang sedih, dia akan makan makanan yang sangat pedas, biar dia ada alasan untuk menangis, karena Xi Xi tidak mau orang-orang tahu kalau dia menangis karena dia sedang dalam kesulitan.

Ibu memberitahu bahwa impian Xi Xi adalah menjadi seorang fashion designer. Sayangnya selama ini dia mengalami banyak kendala demi baktinya pada keluarganya. Ibu sungguh bersyukur sekarang putrinya bisa keluar dari rumah. Karena itulah, Ibu berharap semoga Si Chen bisa memberinya kebebasan dan dukungan. Ibu benar-benar berharap putrinya bisa bebas mengejar impiannya dan melakukan apa pun yang dia sukai.

Gara-gara kebanyakan minum, sekarang si pengantin wanita jadi teler. Si Chen langsung membawanya ke kamar dan menyuruh sekretarisnya untuk menggantikannya menghadapi para tamu.

Xi Xi mendadak menangis sambil mengutuki Si Chen yang telah menghancurkan impian pernikahannya. Padahal dia selalu berharap akan menikah dengan orang yang sangat dia cintai, melakukan upacara pernikahannya dengan penuh kebahagiaan lalu hidup bahagia selama-lamanya. Tapi nyatanya apa? Sekarang dia malah harus menikah kontrak. 

"Kenapa pernikahanku, pernikahan kontrak?!"

Si Chen prihatin juga melihatnya seperti ini. "Kau sangat membenciku?"

"Iya! Aku sangat membencimu. Aku membencimu! Yin Si Chen, kau itu penipu, bodoh, kejam... kepala babi!"

Tapi Si Chen mengaku kalau dia justru iri sama Xi Xi yang bisa bebas menangis dan melampiaskan emosi tanpa ragu. Sedangkan dia, sebagai pemimpin sebuah perusahaan besar, harus selalu menahan emosi dan menjadi kuat. Dia bahkan sudah tidak ingat kapan terakhir kali dia menangis. Dia akui kalau dia memang orang yang tidak berperasaan, namun itu karena dia sama sekali tidak punya waktu untuk memiliki perasaan.


Tapi Xi Xi bahkan sudah tidak mendengarnya saking mabuknya. Tiba-tiba dia menarik tangan Si Chen yang kontan membuat mereka berdua terjatuh ke ranjang dalam posisi berpelukan dengan bibir Xi Xi menempel ke kening Si Chen.

"Selamat malam, Xiao Fa Cai (Keberuntungan Kecil)."

Si Chen jadi canggung tapi juga tak berani bergerak. "Selamat malam."

Bersambung ke episode 5

Post a Comment

0 Comments