Rekap Novel Coroner's Diary Bab 11 - Bab 13

 

Pria itu ternyata Qin Li, Tuan Muda Kedua Qin. (Qin Wan adalah putri tunggal mendiang Tuan Kedua Qin, jadi semua tuan muda dan nona muda Qin yang ada di sini adalah sepupunya, mereka adalah anak-anaknya Tuan Ketiga Qin, kepala rumah tangga Cabang Ketiga Kediaman Qin di kota Jinzhou ini). 

Wajah Qin Li memang tampak selalu tersenyum yang bisa memberi kesan ramah, tapi di tempat remang-remang seperti ini, senyumnya terlihat palsu dan menyeramkan di mata Qin Wan.


Dan lagi, apa yang dia lakukan di tempat ini? Sejak kapan dia ada di sini? Apakah dia membuntutinya kemari atau sejak awal sudah ada di sini?... Tentu saja Qin Wan tidak berani mempertanyakan semua pertanyaan ini secara terang-terangan, tapi dia tetap harus waspada mengingat pembunuh Qin Wan yang asli adalah pria.

Apalagi nih orang agak mencurigakan. Gayanya kayak playboy yang berusaha menggoda Qin Wan.

Qin Wan yang asli biasanya diam saja kalau digodain, tapi Qin Wan yang baru ini langsung defensif saat Qin Li mencoba mendekatinya, dan jelas saja sikapnya ini membuat Qin Li kebingungan menyadari ada yang beda dengannya.

Sama seperti Qin Li yang sedang mengamati ekspresinya, Qin Wan juga sedang mengamatinya ekspresi Qin Li dan menyadari bahwa terlepas dari sikap playboy-nya dan senyum palsunya, tampaknya dia tidak ada maksud jahat. Kalau dia pelakunya, seharusnya dia mencurigai keberadaannya di sini. Tapi mengapa Qin Li ada di hutan bambu ungu ini?

Qin Wan mau pergi, tapi Qin Li mendadak menghadangnya dan mulai menanyakan kenapa tadi dia mengusir Fu Ling dan datang sendiri ke tempat berhantu ini. Ah, jadi Qin Li beneran membuntutinya sejak dari kolam lotus. Qin Wan terus berusaha menghindar, tapi Qin Li terus menghadangnya, meyakini kalau Qin Wan punya rahasia dan dia mau tahu apa rahasia Qin Wan.

Qin Wan hampir saja marah padanya, namun tepat saat itu juga, Fu Ling muncul bersama seorang wanita muda bernama Cai He yang menghardik Qin Li dan kehadirannya tampaknya membuat Qin Li agak takut. Dia datang untuk menjemput Qin Wan karena Nyonya Tua memanggilnya ke aula Buddha. 

Mendengar itu, Qin Wan pun langsung pergi, meninggalkan Qin Li yang agak kecewa karena belum mendapatkan jawaban dari kekepoannya. Qin Wan dan Fu Ling agak khawatir akan alasan Nyonya Tua memanggil Qin Wan, tapi Cai He dengan senyum ramah meyakinkan mereka untuk tidak khawatir, ini dia dipanggil karena ada kabar baik.

Khawatir nonanya tidak ingat, Fu Ling pun memberitahu Qin Wan bahwa Cai He ini adalah pelayan pribadinya Nyonya Tua, sekaligus pengurus rumah tangga seluruh kediaman ini. Karena itulah dia cukup dihormati. 

Hmm, sekarang Qin Wan mengerti mengapa Qin Li tadi agak takut pada Cai He. Sikap dan pembawaan Cai He yang penuh wibawa memang tidak tampak seperti seorang pelayan biasa.

Padahal Cai He tampaknya masih sangat muda, mungkin baru berusia 17 atau 18 tahun, tapi hebat sekali dia bisa mendapatkan kepercayaan sebesar itu dari Nyonya Tua. Jika pelayannya saja sehebat ini, maka Nyonya Tua pastilah jauh lebih tak terkira hebatnya. Qin Wan jadi agak gugup sekarang.

Namun terlepas dari sikap tegasnya pada Qin Li tadi, Cai He justru sangat ramah dan tersenyum hangat pada Qin Wan saat menasehatinya untuk jaga jarak dari Qin Li. Dia memberitahu bahwa bahkan Nyonya Tua saja belakangan ini tak senang pada Qin Li yang sukar dikendalikan. Qin Wan dengan tulus berterima kasih padanya, nasihat Cai He sungguh membuatnya merasa tersentuh. Tentu saja dia akan waspada mengingat sikap kurang ajar Qin Li tadi.

Dilihat dari ekspresi para pelayan yang kaget melihat Cai He menuntun Qin Wan menemui Nyonya Tua, pastinya mereka tak pernah menyangka kalau Nyonya Tua akan memanggil Qin Wan yang biasanya selalu diabaikan.

Setelah melewati berbagai tempat: kolam lotus, Danau Bulan Sabit, lusinan paviliun dan menara, mereka akhirnya sampai juga di depan aula Buddha tersebut.

Fu Ling dilarang masuk, jadi Qin Wan masuk sendiri. Namun di sana, ada Nona Ke-6 yang sedang protes karena tidak terima Qin Wan mau diikutsertakan.

Begitu dia muncul di hadapan mereka, Nyonya Tua langsung menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki seolah sedang memeriksanya. Dia sudah mendapat informasi dari Tabib Huang bahwa denyut nadi lemah bagai mati itu memang ada, bahkan sudah ada beberapa kasus di mana orang-orang yang disangka mati, hidup kembali, karena sebenarnya mereka tidak mati, hanya denyut nadinya yang sangat lemah sehingga terasa seperti sudah tidak berdenyut lagi.

Tanpa banyak kata, Nyonya Tua kemudian memerintahkan Nyonya Lin untuk menunjukkan sebuah undangan padanya. Ternyata kabar baik yang dimaksud adalah undangan menghadiri pesta pernikahan ahli waris Marquis An Yang. 

Setengah bulan yang lalu, Kediaman Marquis An Yang sudah mengirimi mereka undangan, namun kali ini mereka mengirim lagi, tapi undangan kali ini khusus untuk Qin Wan. Makanya hari ini dia dipanggil ke sini untuk memberitahunya bahwa dua hari lagi Qin Wan akan ikut bersama mereka menghadiri undangan ini, sekaligus mau tanya Qin Wan punya koneksi apa dengan Kediaman Marquis An Yang.

Sebagai orang yang pernah tinggal cukup lama di ibu kota, Qin Wan memang pernah mendengar tentang Kediaman Bangsawan Marquis An Yang. Keluarga ini menjadi keluarga bangsawan terkemuka melalui prestasi militer, kediaman utama mereka di ibu kota. 

Namun beberapa tahun belakangan ini, mereka menarik diri dari ibu kota dan kembali ke kampung halaman Marquis An Yang di Jinzhou. Pun begitu, Keluarga Marquis An Yang tetap memiliki posisi yang kuat berkat pernikahan Marquis An Yang dengan Tuan Putri Jia Yi. (Marquis An Yang yang asli, namun sekarang sudah meninggal dunia dan gelarnya diwariskan ke putranya)

Pertanyaannya, bagaimana bisa Qin Wan yang asli, yang bahkan tidak pernah keluar rumah selama bertahun-tahun sejak tinggal di sini, bisa punya koneksi dengan Kediaman Marquis An Yang?

Maka Qin Wan pun menjawab jujur bahwa dia tidak mengenal siapa pun di Kediaman Marquis An Yang. Nyonya Lin jelas bingung mendengar pengakuannya, apalagi dia memang tampak tidak berbohong. Jadi bagaimana bisa dia mendapatkan undangan khusus dari Kediaman Marquis An Yang?

Tapi ya sudahlah, mereka tidak bisa menolak undangan ini. Berhubung Nyonya Tua juga tidak mengatakan apa-apa lagi, Nyonya Lin menyuruh Qin Wan balik saja dan bersiap-siap untuk menghadiri pesta pernikahan itu dua hari lagi.

Qin Wan sebenarnya agak curiga dengan undangan ini, tapi dia memang ingin menghadirinya. Dia ingin segera kembali ke ibu kota, jadi dia tidak boleh melewatkan kesempatan apa pun yang bisa menghubungkannya untuk mencapai tujuannya tersebut.

Dua hari kemudian, semua anggota keluarga Qin sudah bersiap berangkat. Qin Wan mengenakan baju yang tampak lebih sederhana dibandingkan para nona muda lainnya yang dandan heboh, tapi pembawaannya jauh lebih elegan dan bermartabat dibandingkan mereka semua sehingga mempesona semua orang yang melihatnya. 

Setiap detil gerakannya penuh dengan keanggunan bangsawan kelas atas. Qin Wan yang asli, biasanya lemah lembut, tapi seperti tak punya semangat hidup. Namun sekarang setelah dia bangkit dari kematian, kecantikannya seolah juga bangkit dari kematian.

Bahkan Nona Ke-6 yang benci sama dia pun, langsung terpesona sesaat begitu melihatnya. Namun begitu Nona Ke-6 sadar beberapa detik kemudian dan memperhatikan ekspresi semua orang yang mengagumi Qin Wan, dia sontak kesal lagi pada Qin Wan hingga dia langsung membentak Qin Wan dan mengatainya tidak mengikuti etiket dengan benar karena muncul terlambat. Pfft! Dia sendiri tidak mengikuti etiket dengan benar dengan teriak-teriak kayak orang gila.

Qin Wan masa bodo seolah tak mendengarnya dan itu sontak membuat Nona Ke-6 jadi makin tambah panas. Namun untungnya sebelum dia meledak, Nyonya Tua dan Nyonya Lin muncul.

Perjalanan cukup jauh karena jarak kedua kediaman bangsawan itu memang berada di dua arah yang berbeda. Jadi sekalian saja Qin Wan memanfaatkan perjalanan ini untuk melihat-lihat kota, dan mendapati ada banyak kereta bangsawan lain yang juga menuju ke arah yang sama dengan mereka. 

Maklum saja, Tuan Putri Jia Yi ada di sana, jadi para bangsawan pun harus menghadiri undangan ini, baik mereka yang tinggal di Jinzhou maupun yang datang jauh-jauh dari ibu kota.

Sesampainya di sana, Qin Wan benar-benar bersikap sesuai etiket dengan tetap diam di dekat Nyonya Tua dan tidak banyak melihat-lihat. Malah Nona Ke-5 dan Nona Ke-6 yang terlalu antusias saking kagumnya dengan kemegahan pesta tersebut.

Qin Li juga mengikuti di belakang Nyonya Tua dengan patuh sambil sesekali melihat Qin Wan yang benar-benar bersikap sangat layak, dan itu membuatnya jadi semakin keheranan sama dia.

Dari gosipan para tamu lainnya, Qin Wan mendengar bahwa pengantin wanitanya berasal dari Keluarga Adipati Song di ibu kota. Mereka jadi penasaran apakah Tuan Putri Jia Yi berencana kembali ke ibu kota?
Namun kabarnya belakangan ini Tuan Putri Jia Yi kurang sehat. Jadi mungkin saja dia tidak akan keluar menyambut tamu hari ini.

Qin Wan memperhatikan bahwa walaupun beberapa wanita bangsawan ini menyapa Nyonya Tua dengan sopan, tapi setelahnya, tidak ada yang ngobrol dengan anggota keluarga Qin yang lain. Nyonya Tua pun lebih banyak menghabiskan waktunya dengan tasbih (LOL! aku nggak tahu apa namanya kalau dalam Agama Buddha) dan merapal sutra.

Beda dengan nenek mereka, para cucu mulai bosan. Qin Li bahkan ingin sekali keliling, tapi Nyonya Lin dengan cepat menghentikannya. Sejauh ini tidak ada satu pun anggota keluarga tuan rumah yang muncul untuk menyapa para tamu, hanya para pelayan yang berseliweran mengisi ulang minuman dan makanan untuk para tamu.

Namun tak lama kemudian, muncullah seorang wanita ditemani pelayannya. Dari para tamu, Qin Wan mengetahui bahwa dia adalah Tuan Putri Muda, lebih tepatnya, cucunya Tuan Putri Jia Yi, nama aslinya adalah Yue Ning.

Yang tidak para tamu sangka, Putri Yue Ning itu langsung menuju ke arah Keluarga Qin, namun setelah dia memberi hormat pada Nyonya Tua, fokus utamanya langsung tertuju ke Qin Wan dan memberitahunya bahwa neneknya, Tuan Putri Jia Yi, ingin bertemu dengan Qin Wan dan langsung meminta Qin Wan untuk ikut dengannya. Wow! Dia punya koneksi langsung dengan Tuan Putri Jia Yi? Sontak saja itu membuat para tamu jadi heboh.

Bersambung...

Post a Comment

0 Comments