Anong dengan antusias memberitahu Pong untuk mengundang Kacha makan malam di rumah mereka, soalnya Kacha mau membahas tentang kontrak kerja sama bisnis. Kacha ingin mereka menjadi dealer furnitur untuk kedutaan.
Pong seketika khawatir dan langsung menelepon Wichai tengah malam untuk meminta bantuannya untuk acara makan malam nanti.
Di pengadilan keesokan harinya, Wichai melihat si pelayan toko emas ada di sana. Dia tampak tegang, terutama karena roknya kena noda, jelas menunjukkan kalau ini pertama kalinya dia datang ke pengadilan.
Wichai dengan lembut meyakinkannya untuk tidak perlu mengkhawatirkan masalah penampilan karena bagaimanapun penampilannya, itu tidak akan memengaruhi bobot kesaksiannya.
Tepat saat itu juga, mereka mendengar suara ribut-ribut di tangga, ternyata itu adalah suara teriakan seorang wanita kaya yang marah pada suami palsu yang menipu uangnya, dan pria itu adalah pria yang si pelayan toko kenal, pria yang waktu itu berdebat dengannya.
Melihat si pelayan toko mengenal si penipu, si wanita kaya sontak kesal mengira kalau si pelayan toko adalah komplotan dan hampir saja mau menghajarnya, tapi untungnya Wichai sigap melindunginya dan menyuruh rekan-rekannya untuk segera membawa si wanita kaya dan si penipu pergi. Apakah dia sungguh komplotan? Entahlah, tapi sepertinya dia juga tidak tahu apa-apa.
Khusus untuk menyambut Kacha, klien bisnis barunya, Anong berusaha membuat kue sendiri, tapi gatot dan kuenya alot kayak batu. Anong jadi tidak tega memberikannya pada tamu dan akhirnya menyuruh para pembantunya untuk membuangnya saja.
Namun saat dia keluar dapur tak lama kemudian, dia malah melihat Wichai ada di sana lagi. Kali ini masih sama alasannya, ada janji sama Pong. Bedanya, yang kali ini dia diminta Pong datang untuk membantu menyingkirkan Kacha doang.
Yang tidak Anong sangka, Wichai mengambil satu kue yang tadinya hendak dia buang dan tetap memakannya walaupun keras kayak batu. Anong panik banget dan langsung berusaha menyuruhnya untuk memuntahkannya, tapi Wichai tetap mengunyahnya dan menelannya, Anong sampai jadi tak enak hati padanya.
Wichai bahkan sama sekali tidak protes ataupun menghinanya, malah dengan tulus memujinya lumayan enak walaupun keras, dia makluk kok, soalnya ini kan pertama kalinya Anong membuat kue. Hmm? Kok tahu?
Jelas tahu-lah, muka Anong belepotan adonan tepung. Pfft! Baru melihat penampilannya di cermin, Anong jadi malu dan langsung bergegas pergi untuk merapikan penampilannya.
Kacha datang saat itu, eh... dia kan si penipu itu. Kacha melihat Wichai dari kejauhan dan mengenalinya, dan sontak panik bergegas pamitan pada Kepala Pelayan dengan alasan bahwa dia ada urusan penting lain, dia cuma meninggalkan hadiah buket bunga, surat permintaan maaf dan sebotol wine mahal, lalu bergegas kabur sebelum Wichai sempat mengenalinya, dan pastinya, Anong jadi kecewa.
Sementara menunggu Anong selesai mandi, Pong menuangkan wine pemberian Kacha tadi untuk dirinya sendiri, Prasit dan Wichai. Namun Wichai menolak minum, soalnya lagi sariawan.
Mendengar itu, Prasit memberinya sirup obat sariawan yang warnanya mirip wine. Sekalian, Prasit juga menuangkan sedikit sirup obat itu ke wine untuk Anong dengan tujuan untuk mengetesnya. Jika Anong menyukai Kacha, maka dia tidak akan mengkritik seleranya Kacha.
Tak curiga apa pun saat kakak-kakaknya mengajaknya bersulang, Anong jelas langsung meringis jijik begitu meminum wine-nya, tapi karena dia masih berpikiran kalau Kacha adalah calon rekan bisnisnya, jadi dia tidak protes apa pun dan tetap meminum wine menjijikkan itu.
Baru setelah Pong keheranan melihatnya terus minum, Anong mulai merasa ada yang aneh dan saat itulah dia melihat gelasnya Wichai paling beda dari mereka, dan bau minumannya Wichai sama seperti bau wine-nya, lalu di seberang meja, dia melihat Prasit sedang memegang sirup obat sariawan. Jelas saja Anong langsung kesal, terutama pada Wichai, mengira ini semua idenya Wichai.
Merasa bersalah, prasit langsung meminta maaf pada Anong dan mengaku bahwa ini adalah idenya sendiri, bukan Wichai. Dia dan yang lain sungguh tidak ada maksud buruk, mereka hanya mengkhawatirkan Anong. Anong boleh menjewer kupingnya kalau mau menghukumnya.
Namun Anong tidak tega menyakiti saudara kandungnya sendiri. Errr, tapi... dikit ajalah boleh, dan langsung menghukum Prasit dengan menjentikkan tali karet bajunya Prasit. Wichai mengintip pemandangan mengharukan itu dan jadi agak iri melihat keharmonisan kekeluargaan mereka yang jauh beda dari keluarganya sendiri.
Di rumahnya sendiri, Ibunya malah mengkritiknya dengan sinis saat Ibu mengetahui bahwa dia sedang menangani kasus si penipu itu, menuduhnya pintar menyelesaikan masalah orang lain, tapi tidak bisa membantu adiknya sendiri yang sedang ditipu oleh wanita, meyakini kalau Anong adalah wanita mata duitan yang akan menghabiskan hartanya Chut kalau mereka menikah.
Nasib mereka pasti akan sama dengan Choy dan suaminya yang sekarang dibuang oleh keluarga suaminya, hidup miskin tak punya apa-apa dan tak ada seorang pun di keluarga suaminya yang mau peduli sama mereka.
Wichai benar-benar stres menghadapi kegilaan ibunya dan langsung pergi menenangkan diri ke rumah Choy. Kebetulan, di sana, dia bertemu dengan Chantorn, adik tiri suaminya Choy... yang ternyata adalah si pelayan toko emas.
Chantorn mengaku bahwa dia sudah diberhentikan dari toko emas karena si pemilik toko mengira kalau dia komplotan si penipu. Dari percakapan mereka inilah, Chantorn mengetahui bahwa pria yang dikenalnya itu memiliki beberapa nama samaran.
Chantorn mengaku bahwa pria yang dia kenal dengan nama Anan tersebut, mengenal banyak diplomat dan sering mengambil perhiasan di toko mereka untuk dijual pada istri duta besar.
Itu yang selalu dia bilang setiap kali dia datang ke toko dan pemilik toko sangat mempercayainya, terutama karena pada masa awal perkenalan mereka, Anan sering mengajak si pemilik toko emas untuk menemui beberapa klien.
Seiring berjalannya waktu, Anan mengambil barang sendiri dan pemilik toko emas sudah tidak lagi ikut dengannya saking percayanya. Apalagi Anan juga beberapa kali datang untuk memberikan uang hasil jualannya. Namun beberapa kali pula, perhiasannya dikembalikan ke mereka secara utuh yang terkesan semakin meyakinkan.
Makanya dia tidak pernah menyangka kalau ternyata Anan akan menjadikan perhiasan itu untuk menipu banyak wanita kaya, memberikan perhiasan-perhiasan itu pada mereka sebagai mahar. Beberapa uang yang dia berikan pada mereka, itu kemungkinan hasil menipu beberapa wanita.
Saat beberapa perhiasan dikembalikan ke mereka, para wanita kaya itu mengira bahwa Anan mencuri perhiasan itu dan dijual pada toko emas mereka, makanya toko emas mereka kemudian dituduh menjadi penadah barang-barang curian.
Karena Chantorn yang biasanya menyiapkan perhiasan-perhiasan yang dibawa Anan, makanya pemilik toko emas mencurigainya sebagai komplotan dan langsung memecatnya.
Lalu saat Anan mengetahui bahwa dia akan bersaksi di pengadilan, dia menulis surat untuknya, yang isinya memohon padanya untuk tidak bersaksi melawannya.
Surat itu ditulis di selembar kertas notebook sebuah hotel yang sontak mengingatkan Wichai akan kasus sebuah hotel yang menggugat staf kedutaan karena si staf tersebut mendadak menghilang begitu saja dan tidak membayar tagihan hotelnya setelah tinggal di sana selama berbulan-bulan.
Wichai sepertinya mengenali tulisan tangan ini tapi tidak ingat melihatnya di mana. Namun saat Chantorn memberinya kartu namanya Anan, dia seketika mengenali alamat dan nomor teleponnya.
Dia langsung membandingkannya dengan kartu namanya Kacha yang dia dapatkan dari Pong dan benar saja, alamat dan nomor telepon di kedua kartu nama itu sama, cuma beda nama orangnya saja.
Wichai pun langsung bergegas ke rumahnya Anong untuk membandingkan tulisan tangan Anan dan Kacha, dan mendapati kedua tulisan tangan itu sama persis. Sekarang Wichai akhirnya mengerti alasan Kacha kabur waktu itu.
Saking buru-burunya, Anan/Kacha tidak sempat membawa apa pun sehingga Wichai bisa mengamankan semua barang-barangnya sebagai barang bukti. Di antara barang-barang itu, ada satu surat dari Bank Shintai, bank milik keluarganya Anong.
Lalu tepat saat itu juga, mereka melihat salah satu kakaknya Anong yang bernama Jamlong, datang bersama seorang nyonya kaya lain yang juga merupakan korban penipuan yang dilakuan Anan/Kacha.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam