Bukan cuma bekas memar di lehernya, Qin Wan juga menemukan beberapa luka lain di lengan dan kakinya, dan sebagai orang yang dulu pernah belajar ilmu otopsi dari ayahnya, Qin Wan langsung tahu kalau luka-luka ini dihasilkan semasa Qin Wan masih hidup.
Dari semua memar-memar si sekujur tubuhnya ini, dia menyimpulkan bahwa Qin Wan pastilah diseret lalu kemudian dicekik sampai mati, lalu mayatnya dibuang ke danau untuk menyamarkan kematiannya sebagai bunuh diri. Dan dilihat dari situasinya, pelakunya pasti salah satu orang kediaman ini.
Berhubung sekarang dia mengambil alih raga Qin Wan ini dan harus hidup sebagai Nona Muda Ke-9 Qin, Qin Wan pun bertekad membantu menegakkan keadilan untuk Qin Wan yang asli dengan menemukan pembunuhnya. Lagipula, jika dia membiarkan masalah, mungkin saja si pelaku malah akan mencoba membunuhnya lagi.
Dengan pemikiran itu, Qin Wan pun berbohong bahwa dia sekarang hilang ingatan untuk mendapatkan informasi dari Fu Ling terkait segala hal tentang kediaman dan keluarga ini, dan untungnya Fu Ling percaya-percaya saja padanya sehingga dia mulai nyerocos mengeluhkan perlakuan tak adil semua orang di keluarga ini terhadap Qin Wan.
Dari dia juga, Qin Wan mengetahui hari ini adalah tanggal 23 bulan Juli. Yang artinya, hari ini baru empat hari pasca insiden yang menimpa keluarganya pada tanggal 19.
Pada awal bulan Juli, dia mendengar tentang Marquis Qin di ibu kota yang menduduki posisi Menteri Perpajakan. Siapa sangka, hari ini, takdir mengantarkannya untuk menjadi bagian dari Keluarga Qin melalui Nona Muda Ke-9 Qin ini. (Hmm, insiden keluarganya melibatkan cabang pertama Keluarga Qin di ibu kota, kah?)
Di tempat lain, Nyonya Lin bingung apa yang harus mereka lakukan terkait masalah Qin Wan. Haruskah mereka melaporkannya ke Cabang Pertama? Namun Nyonya Tua Jiang menolak, dan cuma menyuruh Nyonya Lin untuk menyingkirkan aula berkabung dan menutup mulut para pelayan supaya masalah ini tidak tersebar keluar dan mempermalukan Keluarga Qin.
Percuma melapor ke Cabang Pertama, mereka tidak ada waktu atau tenaga untuk memedulikan Qin Wan karena sekarang ini politik di istana tengah penuh gejolak pasca kasus Selir Kekaisaran Jin.
Dari obrolan mereka, kasus itu adalah tentang kematian Selir Kekaisaran Jin yang mungkin karena dibunuh, tersangkanya adalah Pangeran Jin, dan sekarang Pangeran Jin sudah mati bunuh diri di penjara karena rasa bersalah.
Selain itu, Mahkamah Agung Shen Yi juga sudah mati. Dia adalah penanggung jawab atas kasus-kasus dingin istana dalam sejarah seratus tahun Dinasti Zhou. Dia pula yang selalu meragukan kesalahan Pangeran Jin.
Namun sekitar lima hari yang lalu, terungkap bahwa tujuannya hanya untuk membersihkan nama Pangeran Jin dan menipu Kaisar, dia kemudian dieksekusi saat hendak melarikan diri bersama seluruh keluarganya.
Nyonya Lin shock mendengarnya, padahal selama ini Shen Yi terkenal sebagai pejabat yang jujur dan berprestasi sehingga mampu naik jabatan tertinggi itu walaupun dia berasal dari latar belakang sederhana. Bagaimana bisa dia tiba-tiba melakukan hal semacam itu hanya demi Pangeran Jin?
Nyonya Tua Jiang santai mengingatkannya untuk tidak lagi mengomentari masalah kekaisaran dan pengadilan. Di ibu kota, ada seseorang yang menentukan siapa yang boleh tetap hidup dan siapa yang harus mati. (Oh? Maksudnya Shen Yi dan Pangeran Jin difitnah, kah?)
Masalah Qin Wan, Nyonya Tua Jiang menyuruh Nyonya Lin untuk bertanya saja pada Tabib Kekaisaran Huang tentang apa maksudnya denyut nadi dan napas sangat lemah bagai mati yang dialami oleh Qin Wan. Selain itu, entah mengapa Nyonya Tua Jiang merasa Qin Wan yang bangun dari kematian ini sepertinya beda.
Tujuh hari kemudian setelah para biksu selesai melakukan ritual pengusiran setan mereka dan tidak terjadi apa-apa pada Qin Wan, yang artinya dia beneran bangkit dari kematian dan bukannya dirasuki setan atau siluman, dia dan Fu Ling akhirnya diizinkan keluar dari kediaman mereka.
Tapi tentu saja orang-orang kediaman masih heboh kasak-kusuk menggosipkannya. Ada yang masih ragu apakah dia sungguh tidak dirasuki setan, tapi ada pula yang keukeuh meyakini kalau dia diberkahi kekuatan Bodhisattva sehingga bisa hidup kembali dan menghidupkan Fu Ling.
Sementara Fu Ling kesal dengan gosipan semua orang, Qin Wan masa bodoh karena sekarang ini fokus utamanya adalah menyelidiki kematian Qin Wan yang asli.
Yang membingungkannya. Dia yakin pelakunya adalah orang dalam kediaman ini, tapi mengapa selama tujuh hari ini suasana adem ayem saja? Apakah pembunuhnya tidak takut kalau dia bangkit dari kematian untuk mengungkapkan kebenarannya?
Begini cerita pada hari kejadian menurut sudut pandang Fu Ling. Waktu itu, setelah Qin Wan tidur siang, sorenya dia mendengar Tuan Muda Hou datang. Tapi Qin Wan tidak diundang sehingga Tuan Muda Hou cuma ngobrol sama Nona Muda Pertama dan Tuan Muda Ke-2, dan itu membuat Qin Wan jadi gelisah dan sedih sehingga dia tidak begitu nafsu makan.
Usai makan malam waktu itu, dia kemudian jalan-jalan hingga mereka sampai ke kolam lotus. Namun karena waktu itu Fu Ling lupa membawa mantel padahal udaranya sangat dingin, dan juga karena Qin Wan ngotot mau tetap jalan-jalan lebih lama, jadi Fu Ling meninggalkannya sebentar untuk mengambil mantel. Namun saat dia kembali ke kolam lotus, Qin Wan malah menghilang entah ke mana.
Mengingat sifat Qin Wan yang penakut, Fu Ling jadi panik mencoba mencarinya di sekitar tempat itu, tapi tidak menemukannya di mana-mana. Dia pikir mungkin Qin Wan sudah balik ke kamar, tapi ternyata tidak juga.
Dia mencari sepanjang malam ke mana-mana, tapi tiba-tiba hujan mulai turun. Fu Ling jadi makin khawatir, makanya dia mencoba minta bantuan pelayan lain, tapi malah tidak digubris. Bahkan sekalipun dia berlutut sampai dua jam lamanya di depan kediaman pelayan, tetap saja tak ada yang memedulikannya.
Lalu kemudian saat mulai subuh, seseorang datang dan memberitahu bahwa Qin Wan menenggelamkan diri ke Danau Bulan Sabit.
Kebetulan, sekarang ini mereka sudah sampai ke kolam lotus yang dimaksud. Fu Ling berkata bahwa terakhir kali dia melihatnya, Qin Wan berdiri di atas jembatan kolam ini.
Jarak antara kolam lotus tempat terakhir kali Qin Wan terlihat masih hidup dengan Danau Bulan Sabit tempat dia mati, itu cukup jauh.
Yang membingungkan Fu Ling adalah, Qin Wan biasanya selalu berusaha menghindari masalah, ditambah dengan statusnya, kenapa malah dia pergi ke danau itu?
Karena dia tidak pergi ke sana sendiri, pikir Qin Wan. Dia kemudian menyuruh Fu Ling untuk membawanya ke sana, jaraknya memang cukup jauh mengingat betapa mewah dan luasnya kediaman ini, dan sesuai namanya, bentuk danau ini memang seperti bulan sabit.
Fu Ling yang masih trauma, mencoba menjauhkannya dari tempat itu, tapi Qin Wan mengabaikannya dan langsung mendekat ke batu tempat tubuhnya diangkat dari danau waktu itu.
Seperti sebelumnya, Qin Wan tidak banyak bicara tapi Fu Ling memperhatikan nonanya yang sekarang memang beda daripada yang dulu. Dia yang sekarang pembawaannya penuh dengan keberanian dan kewibawaan.
Memperhatikan danau itu, Qin Wan menyadari bahwa walaupun danau ini cukup dalam untuk menenggelamkan seseorang, tapi Qin Wan tidak mati tenggelam di sini. Dia dibunuh di tempat lain pada malam tanggal 21 Juli sebelum kemudian mayatnya dibuang ke sini.
Akan tetapi, tempat ini bukan tempat terpencil. Biasanya kan kalau orang mau buang mayat akan mencari tempat yang terpencil.
Sedangkan tempat ini, bahkan di malam hari sekalipun, pasti ada beberapa pelayan yang berseliweran di sekitar sini, tidak mungkin tidak ada yang melihat.
Atau mungkin dia sebenarnya tidak dibuang langsung di tempat ini? Mungkinkah danau yang tampak tenang di permukaan ini, sebenarnya ada aliran dalam di bawahnya? Di mana lokasi kematiannya yang sebenarnya?
Namun di tengah konsentrasinya, mendadak ada orang yang mendorongnya ke air, lalu kemudian terdengar suara ketawa ngakak serempak.
Pelakunya adalah seorang pelayan dan di tepi danau, ada dua orang nona muda beserta beberapa pelayan yang sedang menahan Fu Ling dan membungkam mulutnya.
Kedua nona itu adalah Nona Ke-5 dan Nona Ke-6 yang selama ini memang terkenal suka membuli Qin Wan. Terutama karena Qin Wan naksir Tuan Muda Hou.
Qin Wan yang asli cuma diam saja kalau dibuli, bahkan sekalipun dia terluka parah pun, dia terlalu takut untuk bersuara, makanya para pembuli ini jadi semakin kelewatan.
Namun mereka tidak sadar kalau kali ini mereka berurusan dengan orang yang salah. Saat Nona Ke-6 mendekat untuk menghina dan mengutukinya untuk mati saja, Qin Wan langsung menarik tali bajunya dengan kuat hingga Nona Ke-6 kehilangan keseimbangan dan jatuh ke air yang jelas saja membuat semua orang shock.
"Aku mau mati, tapi Raja Neraka tidak mau membawaku pergi. Siapa tahu dia mau membawamu," ujar Qin Wan dengan nada penuh ancaman yang sontak membuat Nona Ke-6 ketakutan.
Dia lalu mengangkat roknya dan berjalan keluar dari sana dengan kepala terangkat tinggi-tinggi, pembawaannya yang penuh wibawa, keberanian, dan tampak sangat berbahaya, refleks membuat semua orang di tepi danau, minggir memberinya jalan dengan takut-takut.
Para pelayan yang menahan Fu Ling pun langsung melepaskannya begitu Qin Wan mendekati mereka.
Bahkan Fu Ling saja sampai tercengang sekaligus kagum melihat kehebatan nonanya. Begitu sampai ke kamar mereka kembali, Qin Wan menyuruh Fu Ling untuk mengambilkannya baju ganti.
Saat dia melepaskan cengkeraman tangannya dari roknya, tiba-tiba sebatang ranting kecil bambu ungu terjatuh dari roknya yang kusut, sepertinya tak sengaja tertempel di sana saat dia terjatuh ke air tadi.
Akhirnya dia punya petunjuk baru. Begitu Fu Ling muncul, dia langsung tanya apakah di kediaman ini ada hutan bambu ungu.
Bersambung...
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam