Si Yue sedih dan merasa bersalah menguping curhatan Ding Xian pada Bo Cong. Ding Xian sadar bahwa ini adalah pilihannya sendiri, maka dia sendiri yang harus menanggung segala resikonya. Namun di sisi lain, dia juga tidak yakin apakah keputusannya ini tepat.
Dia sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi tetap saja rasanya tidak cukup untuk mengejar kehidupan dan orang yang diinginkannya. Bo Cong bisa langsung menebak siapa orang yang Ding Xian maksud, Si Yue.
Ding Xian membenarkan, Zhou Si Yue terlalu hebat baginya. Dulu dia mengira bahwa dia dan Si Yue tidak beda jauh. Dulu dia berpikir bahwa jika dia berusaha keras, maka dia pasti akan bisa mengejar Si Yue. Tapi ternyata dia salah. Si Yue terlalu hebat dan terlalu jauh untuk dicapai olehnya.
Sebesar apa pun perasaannya pada Si Yue, dia tetap tidak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya tidak cukup hebat bagi Si Yue. Dia takut orang-orang akan meremehkannya dan menuduhnya tidak pantas bersama Si Yue.
Berusaha menyemangatinya, Bo Cong meyakinkan Ding Xian bahwa itu tidak akan terjadi, setidaknya dia tidak akan begitu. Dia meyakinkan Ding Xian untuk terus berusaha mencapai tujuannya. Yang paling penting, jangan terlalu berharap agar tidak memengaruhi mentalnya.
Perasaan bersalah itu membuat Si Yue tidak berani untuk menghadapi Ding Xian dan akhirnya hanya menatap jendela kamarnya Ding Xian dari luar dengan sedih. Apalagi lampu kamarnya Ding Xian masih menyala sampai tengah malam, jelas menunjukkan kalau Ding Xian masih rajin belajar.
Ding Xian sebenarnya sedang gelisah. Dia ingin mengirim pesan ke Si Yue, memberitahu bahwa dia sangat merindukan Si Yue. Tapi dia terlalu ragu dan akhirnya membatalkannya, dan meneruskan belajarnya.
Hari ini hari pertama Si Yue masuk kampus. Tiba-tiba dia mendapat pesan dari Ding Xian yang mengucap selamat karena sekarang dia sudah resmi menjadi mahasiswa Huaqing, jurusan Taknik Otomasi. Ding Xian bersikap seolah dia baik-baik saja, dan itu justru membuat Si Yue jadi semakin merasa bersalah.
Si Yue ingin meminta maaf, tapi pada akhirnya dia terlalu ragu dan memutuskan untuk mengganti pesannya dan hanya menjawab singkat 'terima kasih'. Bahkan sejak saat itu, Si Yue mulai menghindari Ding Xian dengan tidak lagi menjawab pesan-pesannya Ding Xian.
Sejak hari pertamanya, Si Yue langsung mendapatkan teman baru yang bernama Yuan Fang. Seorang mahasiswa yang bernama Dong Zheng Fei, ingin ikut tim penelitiannya Profesor Ye dan langsung mencoba menunjukkan proyeknya.
Profesor Ye jelas kurang tertarik, bahkan sengaja membuat-buat alasan untuk menghindar. Tapi kemudian dia melihat Profesor Ye bicara dengan Si Yue dan tampak jelas Profesor Ye lebih suka sama Si Yue, ia bahkan dengan senang hati menyuruh Si Yue untuk mempersiapkan bahan untuk mengikuti kompetisi penentuan anggota penelitiannya Profesor Ye. Zheng Fei jadi cemburu pada Si Yue.
Dalam kompetisi itu, Si Yue mempresentasikan proyek robot AI yang akan sangat berguna bagi kemanusiaan. Presentasinya kontan mendapatan standing applause dari para penonton. Bahkan Profesor Ye pun kagum. Hanya Zheng Fei seorang yang tampak kesal.
Tapi salah satu senior wanita, bukannya tertarik pada presentasinya Si Yue, malah tertarik pada orangnya. Si senior itu bahkan langsung menarget Si Yue, kepedean banget kalau dia pasti bisa mendapatkan Si Yue.
Si senior wanita itu mulai aktif mendekati Si Yue, Namanya Xing Lu Fei. Dia juga satu jurusan dengan Si Yue dan berusaha mendekatinya dengan cara menanyakan pelajaran yang tidak dia mengerti.
Tapi Si Yue tidak ada waktu meladeninya, jadi dia menolaknya dan langsung pergi ke lab penelitian robot di mana dia ditunjuk jadi ketua tim anggota baru.
Tapi Lu Fei pantang menyerah dan terus mengikutinya sampai lab, bahkan usil mau menyentuh barang-barang di sana. Tapi Dong Zheng Fei mendadak muncul menegurnya. Dia ternyata juga termasuk anggota di sana. dia pura-pura menyambut Si Yue dengan ramah, padahal jelas-jelas dia licik dan munafik.
Tiba-tiba di forum kampus muncul gosip tentang Si Yue yang menuduh Si Yue masuk kampus lewat jalur relasi ayahnya. Dan tepat saat itu juga, Si Yue melihat Zheng Fei diam-diam berkutat dengan ponselnya.
Kesal, Si Yue langsung mengonfrontasinya. Zheng Fei dengan sinis mengakuinya tapi dia tak gentar sedikit pun, bahkan terang-terangan menyindir kasus ayahnya Si Yue. Habis sudah kesabaran Si Yue, dan langsung menonjok Zheng Fei.
Lu Fei berusaha melerai mereka, tapi Si Yue tak sengaja mendorongnya sehingga membuat kaki Lu Fei terjatuh. Jelas saja itu langsung dijadikan alasan oleh Lu Fei untuk menuntut Si Yue mengantarkannya ke klinik.
Atas saran dari Sha Di, Ding Xian akhirnya memutuskan untuk mengunjungi Si Yue di kampusnya pada hari ini, kebetulan sekolah libur. Namun saat dia sedang mencari Si Yue, dia malah melihat Si Yue jalan menggandeng seorang wanita (Lu Fei). Dia sontak salah paham dan dipenuhi emosi karenanya sehingga dia tidak memperhatikan Si Yue hanya sedang memapah Lu Fei.
Ding Xuan akhirnya pulang dengan menangis sedih sembari mengirim chat terakhir pada Si Yue bahwa dia ingin fokus mengulang kelas 3 SMA-nya, jadi dia tidak mau mereka saling kontak lagi.
Dan begitulah bagaimana kemudian mereka saling menjalani kehidupan masing-masing. Ding Xian tetap rajin belajar walaupun dia sangat merindukan Si Yue.
Sementara Si Yue mendapat peringatan dari universitas gara-gara perkelahiannya. Setelah itu, dia memutuskan untuk pindah ke sebuah apartemen bawah tanah yang kecil dan murah. Dia masih menyimpan sms terakhir dari Ding Xian itu dan terus membacanya lagi dengan sedih.
Tengah malam menjelang tanggal 21 Desember 2012, tanggal kiamat menurut ramalan suku maya, Ding Xian teringat percakapannya dengan Si Yue tentang hari kiamat, saat dia bilang ke Si Yue bahwa seharusnya manusia menyambut kematian dengan kembang api yang indah.
Lalu seketika itu pula, tiba-tiba di kejauhan, seseorang menyalakan kembang api yang bisa terlihat dari jendela kamarnya Ding Xian. OMG! Si Yue! Menyadari itu, Ding Xian sontak lari keluar rumah ke tempat kembang api itu di nyalakan.
Tapi sesampainya di sana, malah sudah tidak ada siapa-siapa. Tapi kemudian Ding Xian menemukan sesuatu yang sepertinya tak sengaja terjatuh, pin universitasnya Si Yue. Itu bukti jelas bahwa Si Yue-lah yang menyalakan kembang api untuknya.
"Jika besok benar-benar kiamat, orang terakhir yang ingin kutemui adalah kau. Tunggu aku di Universitas Huaqing, Zhou Si Yue."
Fakta itu membuat Ding Xian yang belakangan ini murung, jadi punya semangat baru untuk mengejar impiannya... hingga pada musim gugur tahun 2013, Ding Xian akhirnya berhasil lulus dan masuk universitas yang sama dengan Si Yue. Di tasnya, tampak terpasang pin universitas milik Si Yue yang ketinggalan waktu itu... dan kita pun kembali melihat adegan yang kita lihat di bagian opening episode 1.
Ding Xian mendatangi asrama pria, mengira Si Yue tinggal di sana dan nekat mau menerobos masuk, tapi dihalangi oleh kepala asrama. Karena dia juga tidak bisa menghubungi Si Yue karena nomornya Si Yue sudah ganti, akhirnya dia teriak-teriak memanggil Si Yue untuk keluar sehingga menarik perhatian semua orang di sekitarnya.
Si Yue saat itu sedang berada di lab dan sama sekali tidak mengetahui kehebohan yang terjadi di depan gedung asrama pria. Salah satu angggotanya baru saja keluar dan memutuskan untuk bergabung di timnya Dong Zheng Fei, dan Si Yue sama sekali tidak mempermasalahkannya dan tetap berpikir positif tentang alasan kepindahan mantan anggotanya itu, mengingat penelitian tentang robot AI yang mereka lakukan ini cukup sulit. Tapi Si Yue percaya kalau mereka pasti akan menemukan penggantinya suatu hari nanti.
Dari percakapannya dengan Yuan Fang, jelas selama ini Si Yue mendedikasikan hidupnya untuk penelitiannya sampai-sampai dia sangat jarang berinteraksi dengan orang lain sehingga banyak orang yang mengira kalau Si Yue tuh sombong.
Bukan itu saja, image-nya dia memang agak tercoreng gara-gara gosip masalah keluarganya. Bahkan saat dia sedang istirahat, tak sengaja dia mendengar mantan anggota timnya itu malah menggosipkannya dan mengejeknya.
Tapi kemudian dia melihat livestream Ding Xian yang sedang teriak-teriak memanggilnya di depan asrama pria. Kaget, Si Yue sontak lari secepat kilat ke sana. Ding Xian senang, namun ekspresi Si Yue malah kebalikannya.
Dia membawa Ding Xian menjauh dari semua orang, diam saja tidak menyapanya, bahkan duduk agak jauh darinya. Ding Xian yang akhirnya berinisiatif menyapanya duluan... sebelum kemudian memberanikan untuk berterus terang menyatakan perasaannya pada Si Yue.
"Aku menyukaimu. Apa kau pernah menyukaiku?"
Berusaha menahan emosi dan air matanya, Si Yue menolaknya dengan alasan bahwa sekarang ini dia sedang tidak ada rencana untuk berpacaran lalu cepat-cepat mengusir Ding Xian.
Dia langsung beranjak pergi, tapi Ding Xian dengan cepat menarik ujung bajunya untuk mencegahnya, mengingatkannya akan janji mereka untuk masuk Huaqing bersama. Sekarang dia akhirnya berhasil mengejar Si Yue dengan susah payah. Karena itulah dia ingin tahu apakah Si Yue pernah menyukainya.
"Pernah menyukai atau tidak... apa itu penting?" dingin Si Yue. "Ding Xian, sekarang semua orang memiliki kehidupannya masing-masing."
"Terus kenapa?" Ding Xian akhirnya menyerahkan kembali robot Siyue dan bertanya, "Zhou Si Yue, kau tahu apa rahasiaku, kan?"
Si Yue menolak menjawabnya dan langsung pergi meninggalkan Ding Xian yang hanya bisa berdiri di sana, menatapnya semakin menjauh dengan berlinang air mata.
Namun Si Yue ternyata memang jujur, dia benar-benar tidak punya waktu untuk pacaran. Sekarang ini ayahnya sedang dirawat di rumah sakit, dan keluarga mereka kesulitan membayar tagihan rumah sakit. Malah sebenarnya sakit Ayah sudah terjadi sejak lama.
Dalam flashback pada malam hari kiamat saat dia menyalakan kembang api untuk Ding Xian, tiba-tiba dia mendapat telepon dari Ibu yang mengabarkan Ayah jatuh sakit. Itulah yang membuat Si Yue bergegas pergi sehingga dia tidak sadar pin universitasnya terjatuh yang nantinya akan ditemukan Ding Xian.
Perubahan kehidupannya dan keluarganya inilah yang membuat beban Si Yue begitu berat hingga dia tidak berani memikirkan cinta, merasa dia tidak berhak untuk melindungi Ding Xian saat dia bahkan tidak mampu melindungi keluarganya sendiri.
Ding Xian baru tiba di asramanya malam harinya dan bertemu dengan ketiga teman sekamarnya yang saat itu sebenarnya sedang menggosipkannya, terutama gara-gara kejadian tadi siang.
Dua temannya menyambutnya dengan ramah, bahkan langsung memerinya informasi tentang persaingan Dong Zheng Fei dan Zhou Si Yue, dan mengajaknya untuk menonton kompetisi robot kedua pria itu, dan Ding Xian jelas setuju. Tapi teman yang ketiga, jadi kesal mendengar keberisikan mereka dan langsung beranjak pergi sambil menggerutu.
Di apartemennya, Si Yue menemukan kertas berisi tanggal kiamat itu di dalam baju robot Siyue. Si Yue langsung tahu kalau itu password blog yang dia buatkan untuk Ding Xian dulu. Maka dia langsung masuk ke blog-nya Ding Xian dengan menggunakan password itu dan membaca tulisannya Ding Xian tentang dirinya.
"Saat remaja, biasanya akan bertemu dengan remaja. Dia ibarat sebuah sinar yang masuk ke dalam hidupku, dan menjadi momen yang paling berkilau dalam perjalanan kehidupan yang panjang."
Malah hampir semua tulisan di blog itu adalah tentangnya dan betapa berartinya Si Yue dalam hidup Ding Xian. Si Yue sontak menangis haru membaca semua itu.
Si Yue datang lagi ke rumah sakit keesokan harinya. Dari percakapan dengan kedua orang tuanya, ternyata Si Yue sedang memperjuangkan beasiswa ke luar negeri.
Ibu baru saja membayar tagihan rumah sakit, bersikap seolah segalanya baik-baik saja agar tidak membuat Si Yue khawatir, padahal mereka juga mengkhawatirkan putra tunggal mereka itu. Apalagi Si Yue sekarang bukan hanya sibuk kuliah dan penelitian, namun juga harus bekerja paruh waktu di beberapa tempat.
Dong Zheng Fei memenangkan kompetisi robot, Si Yue cuek saja dan langsung mengajak Yuan Fang pergi setelah melihat Zheng Fei menerima penghargaannya. Ding Xian juga ada di sana, namun dia tidak melihat Si Yue.
Walaupun sudah ditolak, tapi Ding Xian jelas menolak menyerah begitu saja. Malah begitu acara selesai, dia langsung menghadang Zheng Fei, bukan karena dia mendadak mengagumi Zheng Fei, melainkan cuma mau menanyakan keberadaan Si Yue.
Zheng Fei dengan dingin dan angkuhnya mengaku tak tahu, dia dan Si Yue memang sekelas, tapi mereka tidak akrab. Dia bahkan menegaskan bahwa sekelas belum tentu teman, dan Si Yue bukan temannya.
Bersambung ke episode 16
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam