Sinopsis Good Witch Episode 5 - 2

Sinopsis Good Witch Episode 5 - 2


Woo Jin baru pulang tapi malah kaget melihat para tukang apindah barang sedang sibuk berlalu lalang di rumahnya... yang mendadak berubah jadi indekos. Pfft!

Parahnya lagi, para penyewa rumahnya adalah dua orang pramugari cantik dan mereka benar-benar terkesima dengan rumah mewahnya Woo Jin itu. Mereka bahkan berkomentar kalau rumah ini kayak rumah artis, tapi sewanya tidak terlalu mahal lagi.


Belum sempat Woo Jin mengatakan sesuatu, ponselnya tiba-tiba berbunyi dari ibunya yang lagi spa di luar negeri. Pastinya semua ini ulahnya Ibu. Ia bahkan terdengar sangat antusias menanyakan bagaimana perasaan Woo Jin dengan adanya cewek-cewek cantik di rumahnya. Apa jantungnya berdebar kegirangan?

"Apa yang Ibu lakukan?!" Kesal Woo Jin

"Kau harus memandang langit untuk mendapatkan bintang. Karena mereka tinggal bersamamu, maka kau akan mengencani salah satunya. Selang beberapa waktu, kau pasti ingin menikah juga."

"Jangan konyol. Aku tidak pernah menyetujui hal ini."

"Karena itulah, kau harus menikah lebih cepat atau kencan buta seperti saran Ibu. Kalau kau menuruti Ibu, Ibu pasti tidak akan begini."

Pokoknya Ibu sudah memilihkan para wanita dengan penampilan dan latar belakang pendidikan yang baik. Tidak masalah kalau Woo Jin mengencani salah satu dari ke-4 gadis itu.


Hah? 4 gadis? Jadi masih ada 2 gadis lagi? Ibu mengiyakan. Kedua gadis itu akan pindah hari ini, Joo Ye Bin dan Cha Do Hee.

What?! Woo Jin shock. Cha Do Hee? Cha Do Hee yang dia kenal? Tapi tidak mungkin. Dia mungkin terlalu shock sampai salah dengar.


Tapi tepat saat itu juga, Ye Bin dan Sun Hee muncul di hadapannya. Sun Hee langsung tanya apakah barang-barangnya ada di sini. Ye Bin langsung mengajaknya masuk kamar mereka dan di sanalah Sun Hee menemukan barang-barangnya Do Hee.

Dia langsung menggeledah salah satu kardus dan menemukan tabletnya Do Hee. Dia yakin pasti ada sesuatu di dalam tablet itu. Tapi sekarang ini, mending dia berkeliling rumah ini dulu.


Sementara para wanita sibuk berkeliaran di rumahnya, Woo Jin masih berdiri di tempat dengan galau dan berusaha menghindari para wanita itu setiap kali mereka lewat terlalu dekat dengannya.

Tapi Ibu ternyata belum selesai memberinya kejutan. Tidak baik jika Woo Jin tinggal bersama para wanita saja, makanya Ibu juga meminta seorang pria untuk tinggal di sana juga.


Sedetik kemudian, Woo Jin mendengar suara rintihan Tae Yang yang diseret paksa oleh ayahnya lalu dilempar sampai dia tersungkur ke lantai. Mulai hari ini, Tae Yang harus tinggal di rumah Woo Jin ini sampai dia bisa membeli rumah dengan uangnya sendiri.

"Woo Jin-ah, karena kau sudah memberiku ide utuk menyelamatkan perusahaan, kau juga harus membantu Tae Yang memperbaiki kehidupannya." Pinta Pyeong Pan lalu pergi.


Setelah Pyeong Pan pergi, Ibunya Woo Jin pun mengakhiri teleponnya. Ia dan Ayahnya Woo Jin mau pesiar dulu sekarang. Semoga Woo Jin cepat-cepat berkencan, yah. Dadah!

Tepat saat itu juga, Sun Hee lewat di depannya Tae Yang untuk berkeliling rumah. Tae Yang jelas kaget sekaligus senang menyadari dirinya akan tinggal serumah bersama gebetannya dan langsung lebay mengucap syukur pada Tuhan yang telah memberinya kemalangan sekaligus keberuntungan secara bersamaan.


Dia langsung mendekati Sun Hee sambil tebar pesona dan mengingatkan Sun Hee akan siapa dirinya dan pertemuan mereka di pesawat waktu itu.

Tentu saja Sun Hee masih mengingatnya. "Kau tinggal di sini?"

"Iya. Mengejutkan, bukan? Bukankah ini terasa seperti takdir? Kita kebetulan bertemu di sini dan akhirnya tinggal versama. Aku suka sekali hal semacam ini."

Woo Jin langsung menyela mereka untuk menyatakan keberatannya. Dia tidak akan membiarkan hal ini terjadi. Ibunya melakukan ini tanpa seizinnya.

 

Tapi Sun Hee bahkan tidak mendengarkannya dan langsung masuk toilet untuk menelepon Cho Rong. Tapi Cho Rong punya berita buruk untuknya. Pintu neraka baru saja terbuka... Ibu Mertua mendadak memutuskan untuk pindah ke rumah mereka.


Malah saat itu, ia dengan seenaknya membuka lemarinya Sun Hee dan memakai salah satu bajunya. Dan saat melihat Cho Rong bicara di telepon, Ibu Mertua langsung merebut ponselnya Cho Rong dan menyatakan kalau ia akan tinggal bersama mereka mulai sekarang dengan alasan untuk menghemat uang setelah Sun Hee kehilangan semua uangnya.

Padahal diam-diam dalam hatinya, Ibu Mertua sebenarnya curiga kalau Sun Hee sering tidak pulang malam gara-gara dia selingkuh dan Ibu Mertua bertekad untuk menyelidikinya.


Ia langsung menutup teleponnya setelah itu, sama sekali tak memberi Sun Hee kesempatan untuk mengatakan apapun. Sun Hee jelas bingung dengan keadaan ini. Dia harus bagaimana sekarang?

Tapi saat teringat Do Hee yang mendadak ambruk di hadapannya dan pria misterius yang pernah mengancamnya karena mengira dia Do Hee, Sun Hee yakin sekali kalau apa yang terjadi pada Do Hee bukan karena kelelahan bekerja, tapi karena diserang pria itu.

"Aku harus menangkapnya dengan menjadi umpan. Aku harus menangkapnya!"


Begitu dia keluar toilet, Woo Jin langsung memprotesnya lagi dan sekali lagi menegaskan kalau dia tidak pernah mengizinkan mereka tinggal di sini.

Sun Hee langsung bergaya angkuh ala Do Hee dan mengingatkan Woo Jn bahwa dia sudah menandatangani kontrak, jadi dia punya hak untuk tinggal di sini. Tae Yang tambah kagum melihat sikapnya. Dia setuju dengan Sun Hee, dia juga sudah menandatangani kontrak.

Sun Hee berpikir kalau Do Hee tinggal di sini pasti karena dia takut tinggal sendirian. "Jangan khawatir, Do Hee. Unnie mungkin tidak kompeten. Tapi unnie punya stamina. Apapun yang terjadi, unnie akan menangkap pria itu."


Malam harinya, Woo Jian malah tambah shock mendapati rumahnya mendadak berubah jadi kelab. Tae Yang bahkan sedang memberi instruksi pada para petugas pemindah barang yang sedang memindahkan sebuah papan permainan ke tengah-tengah ruang tamu.

Woo Jin jelas marah melihat semua kekacauan itu dan langsung mengkonfrontasi mereka. "Apa-apaan semua ini. Aku pemilik rumah ini dan aku tidak pernah memesan ini. Semua ini hanya menimbulkan kesenangan dan kejahatan. Bawa keluar sekarang!"

Tae Yang tidak terima. Dia yang memesan semua ini dan dia sudah membayarnya. Setiap pesta kan membutuhkan properti yang tepat. Ayo, bersenang-senang!


Semua orang langsung melanjutkan pesta mereka... sama sekali tak mempedulikan Woo Jin yang berusaha ceramah panjang lebar dan menasehati semua orang untuk menjauhkan diri dari segala macam maksiat dengan cara mengendalikan pikiran dan kedamaian hati mereka.


Kesal dicuekin, Woo Jin akhirnya pergi, tapi malah berpapasan dengan Sun Hee yang sedang membawa cutout-nya Do Hee. Tanpa saling bicara, mereka berusaha saling menghindar, tapi malah tak sengaja membuat Woo Jin mencium cutout-nya Do Hee. Hee.


Woo Jin jelas kesal menyingkirkan cutout itu dari hadapannya lalu pergi. Sun Hee sebel banget sama dia. "Wajahnya mengintimidasi sekali. Dia akan sulit menikah dengan wajah seperti itu. Astaga! Ini rumah apa kelab? Berisik sekali."


Dia mau memindahkan cutout-nya Do Hee ke kamar. Tapi Tae Yang langsung menghadangnya dan meminta Sun Hee untuk menghadiahkan cutout itu untuknya. Sebagai gantinya, dia juga punya sesuatu untuk Sun Hee.

Dan bahkan sebelum Sun Hee sempat mengatakan sesuatu, Tae Yang langsung mengambil cutout itu dan membawa Sun Hee ke koleksi mirasnya. Dan miras itulah hadiahnya untuk Sun Hee. Dia dengar kalau Do Hee suka minum-minum dan berpesta. Jadi dia mau minum yang mana?

Sun Hee kontan tersinggung mendengarnya dan langsung melempar tatapan tajam padanya. "Hei, Tae Yang-ssi! Kita bahkan tidak sedekat itu. Kenapa kau bertingkah seperti ini? Kau pasti mengira kalau kita berteman karena kita bertemu di pesawat. Tapi ingat baik-baik, aku benci miras, berpesta dan pergi ke kelab. Banyak yang harus kukerjakan. Jangan ganggu aku. Aku permisi!"

 

Sun Hee langsung membawa cutout-nya Do Hee ke kamar, meninggalkan Tae Yang kebingungan dengan sikapnya. Kenapa Do Hee menyangkal padahal semua orang bilang kalau dia suka minum dan berpesta.

"Ah! Aku tahu! Dia jual mahal. Pasti itu. Astaga, dia membuat jantungku berdebar."


Sun Hee sama sekali tak percaya dengan klaimnya Tae Yang tadi tentang Do Hee yang suka minum-minum dan berpesta. Dia yakin kalau Tae Yang mengatakan itu cuma untuk menjatuhkan image Do Hee biar Do Hee tidak bisa menikah.

Teringat kembali ke misi utamanya, Sun Hee bersumpah akan menangkap si bed*bah itu apapun yang terjadi. Dia lalu berniat mau menyelidiki ponselnya Do Hee. Tapi ponsel itu terproteksi.

Sun Hee mencoba membuka passwordnya dengan menekan berbagai macam kombinasi angka, seperti tanggal lahir mereka hingga nomor jaminan sosialnya Do Hee. Tapi semuanya salah.


Keributan di luar semakin menjadi-jadi. Tak tahan lagi, Woo Jin terpaksa memakai cara tercepat untuk menghentikan semua kegilaan itu... dengan cara mematikan listrik seluruh rumah.

Saat tae Yang berniat mencari tombol listriknya, Woo Jin sontak membentaknya lalu menghadang langkahnya dengan menyalakan sistem keamanan infrared... tepat saat Sun Hee keluar kamar dan ikut terperangkap dalam infrared itu.

Woo Jin memperingatkan semua orang bahwa sistem keamanan itu terpasang di seluruh rumah ini dan di-design untuk menembakkan laser elektrik jika mereka mendekati area-area tertentu dan hanya Woo Jin seorang yang bisa mematikan sistem ini.

"Ini konyol. Kepribadiannya buruk sekali." Kesal Sun Hee


Tae Yang taidak mengerti kenapa Woo Jin melakukan ini? Loh, justru Woo Jin ingin menanyakan hal itu pada mereka semua. Dia lalu menyalakan lampu di suatu area rumah yang tertanam beberapa bunga yang tumbuh subur.

Selama 7 tahun dia pindah ke rumah ini, dia tinggal dalam kedamaian dan ketenangan tanpa mengizinkan seorang tamu pun masuk sehingga bunga-bunga itu tumbuh subur karena mengira tempat ini adalah kuil.

Bahkan ada burung kestrel yang membuat sarang di rumah ini. Dia lalu menyalakan lampu lain yang menyorot sarang burung di atas pohon yang tumbuh di tengah-tengah ruang tamunya.

"Ini telur sungguhan." Komentar salah satu pramugara

"Letakkan kembali. Burung kestrel mendengarmu. Lantas gangguan macam apa yang ada di rumah senyap ini? Indekos ini bukan ideku. Aku tidak akan pernah bisa tinggal dengan kalian. Dan satu lagi. Keluarkan mesin tidak bermoral dan mengganggu itu dari rumahku!"

Jika mereka tidak mau, maka demi melindungi kedamaian hidupnya, Woo Jin akan mematikan listrik dan menyalakan sistem keamanan ini.


Ye Bin langsung mengeluh sok manja ke Do Hee. Baru ingat kalau dia adalah Do hee, Sun Hee langsung maju memprotes Woo Jin lalu merebut remote controlnya dan menyalakan kembali listriknya.

"Kami pindah kemari dengan kontrak resmi."

Tidak terima, Woo Jin langsung merebut kembali remote controlnya. "Ibuku memutuskan ini tanpa sepengetahuanku. Aku tidak pernah menginginkan indekos ini."

Sun Hee langsung merebut remote itu lagi dan dengan angkuhnya menyatakan kalau dia tidak mau tahu apa pendapat Woo Jin. Ini negara hukum. Bahkan sekalipun Woo Jin seorang presiden, dia tetap harus mematuhi kontrak itu.


Woo Jin bilang kalau tempat ini seperti kuil? Bahkan di kuil sekalipun, biksu bebas pergi jika mereka tidak menyukainya. Jadi jika Woo Jin tidak menyukai mereka, dia boleh pergi. Semua orang sontak melenguh setuju, bahkan Tae Yang langsung semangat menyuruh Woo Jin keluar dari rumah ini.

"Bawa burung kestrelmu itu bersamamu dan hiduplah dengan damai di tempat sepi sambil bersenang-senang memberi mereka makan." Ejek Sun Hee


Tak bisa membantah lagi, Woo Jin akhirnya masuk kembali ke kamarnya dengan kesal. Semua orang kontan bertepuk tangan riuh untuk Sun Hee sambil menyorakkan nama Do Hee. Tae Yang langsung memberinya jempol. Sun Hee pun langsung membalas dengan jempolnya... yang seketika itu pula memberinya sebuah ide: sidik jari.

Bersambung ke episode 6

Post a Comment

0 Comments