Sinopsis Good Witch Episode 3 - 1

Sinopsis Good Witch Episode 3 - 1



Entah apa yang terjadi, Do Hee tiba-tiba pingsan begitu Sun Hee membuka pintu. Cems, Sun Hee pun bergegas melarikannya ke rumah sakit. Ternyata dia mengalami stroke dan harus segera dioperasi.

Dalam perjalanan ke ruang operasi, Do Hee dengan lemah meminta bantuan Sun Hee untuk menyamar jadi dirinya dan pergi ke Sky Garden besok di kantornya jam 13.00. Seseorang akan mengira dia adalah Do Hee dan akan memberinya sesuatu.

"Kau harus menerimanya. Hidupku bergantung pada benda itu, dan jangan sampai ada yang tahu kalau aku sakit. Biarkan aku diopname atas namamu. Kau harus menepati janji ini sampai kondisiku membaik. Bantulah aku. Unnie."


Para petugas medis pun langsung mendorongnya ke ruang operasi. Sementara tim dokter mulai membedah otaknya, Sun Hee menunggu gelisah di depan ruang operasi.

Saat dokter keluar, ia malah memberitahu Sun Hee bahwa operasinya harus ditunda karena Sun Hee pendarahan dan mereka tidak menemukan pusat pendarahannya.

Sun Hee jadi makin bingung sekarang. Apalagi saat itu sudah jam 11 siang. Teringat permintaan Do Hee kemarin, Sun Hee terpaksa meninggalkan rumah sakit dan bergegas ke rumahnya Do Hee, memakai seragamnya berdandan secepat kilat lalu buru-buru pergi ke kantor dengan penampilan agak acak-acakan.


Baru setibanya di sana, dia melihat semua orang berpenampilan rapi dan buru-buru merapikan penampilannya sendiri. Saking belum pernahnya masuk kantor besar, dia bahkan kebingungan cara memakai kartu ID-nya.

Saat masuk lift, para pramugari lainnya menyapanya dalam Bahasa Inggris. Sun Hee cuma bengong sebelum akhirnya sadar untuk membalasnya dengan cara yang sama sambil cengengesan. Wkwkwk.


Dia akhirnya tiba di Sky Garden yang dimaksud dan baru sadar kalau dia harus bersikap selayaknya Do Hee. "Saat ini aku tampak terlalu sederhana. Haruskah aku berdiri lebih elegan?"

Sun Hee pun mencoba bergaya angkuh ala Do Hee, tapi kelihatan aneh dan canggung banget. Tepat jam satu siang, Sekretarisnya Pyeong Pan datang lalu mendekati Sun Hee.

Sun Hee langsung mengulurkan tangan untuk meminta barangnya dengan gaya sok angkuh. Tapi si Sekretaris malah menampik tangannya lalu mengecup pipinya. (Hah?! Itu yang mau dikasih?)

Sepertinya Do Hee memang ada apa-apa dengan si Sekretaris. Dia bahkan heran melihat keterkejutan Sun Hee. Dia mengucap semoga penerbangannya Do Hee lancar lalu pergi.

"Kecupannya basah. Menjijikkan! Mengerikan!"


Operasinya Do Hee masih terus berjalan. Tapi tim dokter mulai cemas karena organ vitalnya Do Hee menurun.

Sementara di Sky Garden, Sun Hee masih terus menunggu. Setengah jam pun berlalu, tapi tetap tidak ada yang datang. Apa yang harus dia lakukan sekarang. Tiba-tiba hoobae-nya muncul mencarinya dan tanya apakah Do Hee tidak melihat perubahan jadwal?

"Apa?" Sun Hee bingung.

Tapi dia mengucapkannya dengan bahasa formal yang jelas tidak seperti Do Hee dan membuat si hoobae keheranan dengan pilihan katanya. Baru sadar, Sun Hee cepat-cepat berakting ala Do Hee dan tanya apa maksudnya dengan menggunakan bahasa tidak formal.

"Jadwal kita kan selalu berubah setiap waktu. Tadinya standby, tapi sekarang sudah bisa terbang. Waktu kita tidak banyak sebelum pengarahan. Purser juga sudah datang."

Sun Hee cuma bengong mendengar cerocosan si Hoobae. Dan bahkan sebelum dia sempat memahami segalanya, Hoobae langsung menyeretnya ke ruang meeting di mana semua orang sudah menunggunya.

 

Purser (Pimpinan awak kabin) masuk tak lama kemudian dan tanya ke Sun Hee, apa semuanya sudah hadir. Tapi Sun Hee nggak ngeh dan cuma bengong sampai si Hoobae yang terpaksa harus mengiyakannya.

Meeting pun dimulai dengan sesi perkenalan semua orang, sementara Sun Hee cuma diam kebingungan tak tahu harus bagaimana. Purser kemudian mengumumkan bahwa hari ini Do Hee lah yang akan bertugas sebagai asisten purser. Bingung, Sun Hee asal saja mengiyakannya.

"Apa-apaan ini? Aku harus bagaimana? Apa yang akan terjadi padaku?" Sun Hee panik dalam hati.

Purser juga mengumumkan bahwa hari ini D.O.P mereka akan duduk di kelas satu. Karena itulah, Purser ingin mereka yang bertugas di bagian kelas satu untuk bekerja ekstra hari ini.

Sun Hee cuma bengong tak mengerti. Parahnya lagi, Purser menyuruh Do Hee untuk membantu di kelas satu setelah dia menyelesaikan tugasnya di kelas ekonomi karena Do Hee kan sudah sering melayani D.O.P mereka.

"D.O.P itu siapa?" Batin Sun Hee bingung.


Tapi Purser heran melihat penampilan Sun Hee, bukankah biasanya Do Hee selalu tampil sangat rapi, tapi kenapa hari ini dia agak tidak rapi? Hari ini bukan April Mop kan?

Semua orang tertawa mendengar candaannya. Bingung, Sun Hee asal saja ikut-ikutan ketawa. Tapi Purser memperingatkan Do Hee untuk merapikan penampilannya sesempurna mungkin sebelum mereka terbang nanti.

Si Hoobae membantunya memperbaiki syalnya sambil cekikikan geli dan Sun Hee asal saja ikutan cekikikan menertawai dirinya sendiri. Meeting pun selesai sampai di sini.


Pyeong Pan dan rombongannya sedang berjalan di bandara sambil ketawa senang. Ia suka dengan idenya Woo Jin, memanfaatkan putranya yang gila untuk menyelesaikan masalah anaknya yang gila satu lagi.

"Mari kita tangkap Tae Yang!"

Tepat setelah rombongan itu lewat, Ibunya Woo Jin yang sedari tadi menyembunyikan wajahnya dari Woo Jin, langsung pergi mengikuti mereka dari belakang.


Rombongan pramugari pun masuk setelahnya. Sun Hee mendapat sms bahwa operasinya Do Hee sudah selesai dan sedang berada di ruang pemulihan. Dia langsung cepat-cepat menelepon RS.

Tapi mereka bilang kalau Do Hee masih belum sadar. Sun Hee jadi tambah galau, dia harus bagaimana sekarang. Di tengah kebingungannya, si Hoobae malah menyeretnya masuk ke pesawat.


Semua pramugari pun mulai sibuk mengecek segalanya sebelum pesawat lepas landas dan hanya Sun Hee yang bengong tak tahu harus apa.

Ibunya Woo Jin duduk bersama seorang wanita cantik. Dan bisa di duga, Ibu langsung penasaran apa dia sudah punya kekasih?


Pintu pesawat ditutup dan setelah mendapat laporan aman dari para pramugari, Purser pun melapor ke pilot bahwa mereka sudah siap terbang. Do Hee sontak panik melihat pesawat sudah mulai menjauh. Dia benar-benar akan terbang. Oh, tidak!


Sementara Do Hee masih koma, Ibu Mertuanya Sun Hee datang dan seperti yang mereka duga, ia langsung ngamuk-ngamuk setelah mengetahui Sun Hee batal membeli food truck gara-gara tidak punya uang. Dan parahnya lagi, dia masih harus bayar denda. Di mana Sun Hee?!

Cho Rong berusaha tetap tenang menghadapi neneknya. "Entahlah, Nek. Aku tidak tahu di mana Ibu berada sekarang."

"Bikin pusing saja! Apa yang dia lakukan? Dia bersikap seolah dia malaikat. Apa dia mau jadi malaikat? Kalau itu yang dia mau, aku akan membantunya bermain di neraka. Aku akan memberinya sayap agar dia bisa pergi dari dunia ini! Di mana dia?! Hei! Cha Sun Hee! Keluar!"


Cho Rong cuma bisa mendesah galau. Tapi memikirkan ibunya yang manis, harus berakting jadi bibinya yang kejam... pasti akan sangat menarik. Cho Rong jadi antusias menantikan hal itu.

"Entah kenapa, kurasa ibuku bisa melakukannya."


Pesawat siap lepas landas. Woo Jin menyapa penumpang lebih dulu dan mengumumkan tujuan penerbangan mereka adalah transit di Dubai lalu menuju destinasi akhir mereka, yaitu Baghdad. What? Sun Hee jelas kaget mendengarnya, mereka akan pergi ke Baghdad?

Pesawat akhirnya take-off dan Sun Hee yang baru pertama kali naik pesawat, sontak menjerit ketakutan sampai mengagetkan semua penumpang. Hoobae sampai heran, apa dia baik-baik saja? Sun Hee mengiyakannya, padahal jelas-jelas nggak.


Ibu Mertua terobsesi banget menunggu Sun Hee. Ia bahkan menggunakan stopwatch dan sekarang sudah 3 jam lamanya Sun Hee tidak bisa dihubungi. Ke mana sebenarnya Sun Hee pergi?

"Mungkin di bawah tanah?"

"Omong kosong. Di Korea, ada sinyal mulai dari atas gedung 63 lantai sampai lantai tujuh di bawah tanah!"

Cho Rong mendadak punya ide bagus, pura-pura mendapat berita yang mengatakan bahwa stasiun pusat komunikasi mengalami gangguan sinyal. Makanya ibunya tidak bisa dihubungi, dia pasti frustasi.

Penasaran, Ibu Mertua langsung mengambil ponselnya Cho Rong untuk membaca kabar itu. Untung saja Ibu Mertua butuh kacamata baca dan Cho Rong diam-diam menyembunyikan kacamata Ibu Mertua sambil pura-pura tak tahu di mana keberadaan kacamata itu.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments