Sinopsis Maiden Holmes Episode 9 - 1

Xu Zhi - putri tunggal Marquis Zhenyuan, mendatangi ayahnya untuk membahas daftar nama kandidat calon istrinya Pangeran Qi. Hmm, jelas dia menyukai Pei Zhao dan senang sekali saat melihat namanya masuk dalam daftar.


Tapi Marquis Zhenyuan tak setuju dan berusaha dengan lembut menyadarkan Xu Zhi akan kejanggalan daftar nama itu. Xu Zhi meyakinkan bahwa dia mengetahuinya, tidak ada satupun nona dari keluarga terkemuka yang terpilih, dia juga tahu siapa orang melakukan itu dan apa maksudnya.

"Kalau sudah tahu, lalu kenapa kau masih mau mengambil resiko dan bersikeras mau menikah dengan Pangeran Qi?"

"Aku sudah pernah bilang bahwa suamiku, harus seperti Ayah. Pemberani, tidak tunduk pada orang lain, cerdas dan bijaksana. Seorang pria yang berwibawa dan patut dihormati di Dinasti Liang. Pangeran Qi adalah orang seperti itu."

Su Ci cs tiba di Kuil Puhua. Yang tak disangka, tempat itu sangat ramai dan kebanyakan pengunjungnya adalah wanita karena kuil itu adalah kuil untuk memohon jodoh. Kabarnya, memohon jodoh di kuil ini sangat manjur.

Hanya Su Ci seorang yang paling serius dengan tujuan utamanya ke tempat itu. Dia mengedarkan pandangannya sambil bertanya-tanya sendiri dengan kebingungan, sebenarnya bagaimana pembunuhnya memilih korban-korbannya dan mendapatkan informasi tentang mereka.

Bei Ming sepertinya mengenal betul tempat itu dan dengan ahlinya memberitahu teman-temannya tentang apa-apa saja yang dilakukan para gadis di sana untuk memohon jodoh.

Ada yang namanya Pohon Jodoh, orang-orang biasanya menulis nama mereka dan nama orang yang mereka sukai di sebuah papan bertali pita merah. Lalu mereka akan melemparkan papan itu ke Pohon Jodoh. Jika berhasil, maka dua orang yang tersebut dalam papan itu akan bisa bersama selamanya. Mendengar itu, Ru Shuang sontak menatap Su Ci dengan penuh arti.

Fei Yuan menyarankan Pei Zhao untuk memohon jodoh juga. Dia bahkan hampir keceplosan menyebut tentang pemilihan istrinya Pei Zhao sampai Pei Zhao harus mempelototinya untuk menegurnya.

Tapi semua orang sudah terlanjur mendengarnya. Su Ci jelas penasaran, tapi dia diam saja. Ru Shuang juga penasaran dan langsung terang-terangan menuntut Fei Yuan untuk menyelesaikan kalimatnya.

Canggung, Fei Yuan akhirnya cuma mengaku bahwa keluarganya Pei Zhao sedang mendiskusikan perjodohan untuk tuan mudanya ini.

Ru Shuang juga ingin memohon jodoh dan langsung mencoba membujuk Su Ci untuk menemaninya berdoa. Canggung, Su Ci menurutinya saja, membuat Bei Ming jadi cemburu. Pei Zhao geli melihatnya. Sepertinya yang seharusnya paling cemas adalah Bei Ming.

Mereka pun berlutut di hadapan dewa sambil memohon doa dalam hati masing-masing. Tapi Su Ci berdoa bukan untuk jodoh, melainkan doa untuk mendiang orang tuanya. Sedangkan Pei Zhao, berjanji dalam hatinya akan membuat Su bisa menjalani hidupnya dengan menggunakan wajah aslinya.

Usai berdoa, mereka melihat beberapa gadis melempar koin ke sebuah patung bunga lotus di tengah kolam. Pei Zhao menjelaskan bahwa barang siapa bisa melempar koin ke dalam patung bunga lotus itu, maka harapannya akan terkabul.

"Sungguh? Kalau begitu, aku juga mau mencobanya." Ujar Ru Shuang penuh semangat. Pastinya dia memohon agar dia dan Su Ci berjodoh.

Usaha pertamanya gagal. Bei Ming pun senang. Ru Shuang pantang menyerah dan terus mencoba lagi... dan lagi... hingga akhirnya dia berhasil juga melempar koin itu ke bagian ujung patung bunga lotus.

Ru Shuang senang dan langsung mengajak Fei Yuan melihat Pohon Jodoh. Bei Ming yang tidak senang, sedangkan Su Ci cuma bisa terdiam canggung. Tapi Bei Ming masih bertahan di sana. Mumpung ada kesempatan, dia langsung menggunakan kekuatan kungfu-nya untuk menjatuhkan koin itu ke dalam kolam.

Tapi ternyata seorang nenek melihat perbuatannya dan langsung heboh mengomelinya sampai membuat Bei Ming cemas, takut Ru Shuang mendengarnya.

Mengikuti Su Ci yang sengaja menjauh dari semua orang, Pei Zhao bertanya-tanya kenapa Su Ci tidak ikut melihat Pohon Jodoh.

"Orang yang menjual papan (jodoh) itu, setiap hari pasti bertemu dengan banyak gadis."

Pei Zhao tak senang mendengar keseriusannya. "Adik Su, kadang aku berharap kau bisa hidup lebih santai sedikit."

"Nasibnya adalah Bintang Kesepian." Celetuk seorang bapak peramal sambil mengamati Su Ci. "Ditakdirkan membawa sial bagi kerabat dan teman-temannya. Kesepian seumur hidup. Bagaimana bisa bersantai?"

Pei Zhao jadi kesal. "Kalau kau bicara sepatah kata lagi, akan kubuat nasibmu menjadi kesepian!"

"Ini cuma trik sepela yang biasa digunakan untuk menipu. Tidak usah dipedulikan." Santai Su Ci. "Ayo pergi."

Tapi si Peramal belum selesai bicara dan kali ini dia meramal nasib mereka berdua, dan ramalannya benar-benar tepat sasaran.

Menurutnya, mereka berdua sangat mirip. Orang tua mereka berdua sama-sama sudah meninggal dunia. Yang satu mandiri dan kesepian, dan yang satunya, kesepian dan tertutup.

"Tapi jika kalian berdua bisa bersama, peruntungan jodoh kalian akan sangat baik. Dua orang yang kesepian bersatu, saling melengkapi satu sama lain. Bisa menjadi keluarga yang berbahagia dan saling mencintai selama-lamanya."

Pei Zhao senang-senang saja mendengar ramalan itu. Su Ci yang heboh menolak ramalannya, mengklaim bahwa mereka tidak bisa bersama karena sama-sama pria.

Tapi si peramal tak percaya. Dia bisa melihat wajah asli Su Ci dan menawari mereka untuk membeli gembok cinta darinya. Ini bisa mengunci jodoh mereka seumur hidup. Tidak akan ada seorangpun yang bisa memisahkan mereka.

"Aku dan dia... memang mulai kenal karena sebuah gembok." Ujar Pei Zhao penuh arti. Malu dan canggung, Su Ci dengan ketus menuduh apa yang dilakukan si peramal sebagai sebuah tipuan untuk menipu gadis mudah yang kurang berwawasan lalu bergegas kabur.

Fei Yuan dan Ru Shuang menulis nama mereka masing-masing dan orang yang mereka inginkan di papan jodoh. Fei Yuan menulis namanya dan Pei Zhao, berharap merekan bersama selamanya, dan dia berhasil menggantungnya dengan hanya sekali percobaan.

Tapi Ru Shuang dua kali mencoba, tapi gagal terus. Malah papan itu terjatuh ke tangan Bei Ming, membuatnya jadi tahu kalau Ru Shuang menulis Su Ci sebagai jodohnya.

Sedih, Bei Ming berusaha membujuk Ru Shuang untuk menyerah saja kalau dia tidak bisa menggantungnya. Tapi tentu saja Ru Shuang pantang menyerah dan terus mencoba, hingga akhirnya dia berhasil juga menggantung papan itu.

Ru Shuang sontak bersorak kegirangan lalu bergegas pergi mencari Su Ci. Tapi Bei Ming sengaja tetap di sana lalu melompat untuk mengambil papan kayunya Ru Shuang, lalu mencoret namanya Su Ci dan menggantinya dengan namanya sendiri.

Saat mereka keluar tak lama kemudian, Pei Zhao terus menerus melirik Bei Ming dengan geli karena ternyata tadi dia melihat apa yang diperbuat Bei Ming.

Bei Ming jadi panik dan langsung meminta Pei Zhai untuk tidak memberitahu Ru Shuang. Menurut Pei Zhao, apakah perbuatannya ini terlihat sangat jelas?

"Tidak terlalu jelas."

"Kalau begitu aku bisa lega."

"Tapi teramat sangat jelas." (Pfft!)

Bei Ming jadi bingung, sikapnya kentara begitu jelas begini, tapi Ru Shuang tidak bisa melihatnya. Apa itu artinya dia tidak punya kesempatan sama Ru Shuang.

"Saudara Xie, kau tenang saja. Adik Su dan Ru Shuang tidak akan mungkin bersama."

Ah! Benar juga. Pei Zhao kan suka sama Su Ci, jadi sudah pasti Su Ci dan Ru Shuang tidak akan mungkin bersama. Bei Ming merasa tenang sekarang.

"Kakak Yanzhi." Seorang wanita tiba-tiba memanggil Pei Zhao.

Ternyata dia Xu Zhi. Jadilah mereka ngobrol akrab, sementara Bei Ming pun pergi menyusul yang lain. Tapi Su Ci tiba-tiba merasa cemburu melihat keakraban Pei Zhao dengan wanita itu hingga dia refleks menyentuh d~~anya. Ru Shuang jelas heran melihat Su Ci, dia kenapa? Sakit?

"Sakit perut."

"Tapi yang kau tunjuk adalah d~~amu." Bingung Ru Shuang. "Kenapa bisa tiba-tiba sakit perut?"

"Aku... beberapa hari ini sering sakit perut. Tidak apa-apa."

Tapi hal itu benar-benar membuat Su Ci jadi tidak bisa konsen mengerjakan apapun.

Pei Zhao baru selesai dengan perawatan matanya saat Fei Yuan memberitahunya tentang Xu Zhi yang masuk dalam daftar kandidat calon istrinya Pei Zhao. Kabarnya, namanya tiba-tiba muncul dalam daftar nama itu.

Tapi menurut Fei Yuan, Xu Zhi itu lumayan juga. Dan bukankah mereka sudah saling mengenal sejak kecil? Xu Zhi pasti sangat menyukai Pei Zhao sampai dia mencari cara untuk bisa masuk ke dalam daftar nama itu.

Tapi Pei Zhao malah melamun entah memikirkan apa. Fei Yuan sampai heran melihatnya, kenapa Pei Zhao cuek banget dengan pemilihan istri untuknya ini?

"Aku punya rencanaku sendiri." Santai Pei Zhao.

Bingung, Fei Yuan hendak pergi saat tiba-tiba dia melihat lukisan yang mencuat dari sela-sela kertas lainnya. Fei Yuan langsung tahu kalau itu lukisan wanita, diam-diam dia mengeluarkan lukisan itu dan langsung merasa aneh melihat wanita dalam lukisan itu.

Sepertinya wajahnya familier. Tapi ada tulisan 'Su' di bawah lukisan itu. Fei Yuan kaget. Tuan Su? Astaga! Jangan-jangan tuan mudanya... jeruk makan jeruk? (Pfft!)

Marquis Zhenyuan memberitahu putrinya bahwa daftar resmi kandidat calon istrinya Pangeran Qi sudah diumumkan, dan Xu Zhi termasuk di dalamnya. Tapi mulai malam ini, ia harus pergi selama beberapa hari ke depan.

Karena itulah, Marquis Zhenyuan mengingatkan Xu Zhi untuk menjaga dirinya sendiri dengan baik. Dia harus sangat berhati-hati setelah dia masuk istana nanti.

Pangeran Yun marah-marah pada si astronom gara-gara masuknya Xu Zhi dalam daftar itu. Ketakutan, si astronom berusaha membela diri dan menduga bahwa Marquis Zhenyuan pasti menggunakan koneksinya agar putrinya bisa masuk ke dalam daftar nama itu.

Bawahannya Pangeran Yun juga tidak setuju. Marquis Zhenyuan menjaga perbatasan utara dan punya banyak pasukan militer. Pangeran Qi tidak boleh melakukan pernikahan politik dengan putrinya Marquis Zhenyuan.

Pangeran Yun masa bodo. "Mangsa sendiri yang masuk ke dalam jebakan. Jangan salahkan aku yang menjadi pisaunya!"

Xu Zhi akhirnya masuk istana bersama beberapa kandidat lainnya. Pelayan istananya yang bernama Xiao Yun mengantarkannya ke kamarnya dan memberitahunya bahwa dialah yang akan mengurus segala keperluan Xu Zhi selama beberapa hari ke depan. Selanjutnya, Xu Zhi dilukis oleh Tuan Qu.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam