Sinopsis Maiden Holmes Episode 9 - 2

Di penginapan Feiyun, Ru Shuang melihat beberapa pria ramai melakukan taruhan. Ternyata mereka sedang bertaruh untuk kandidat calon istrinya Pangeran Qi.


Bei Ming datang saat itu untuk mengajak Ru Shuang minum bersama. Ru Shuang kagum juga dengan Vila Gunung Feiyun-nya Bei Ming yang pintar dalam berbisnis, mereka bahkan bisa melibatkan urusan Pangeran Qi sebagai ladang bisnis.

Tepat saat itu juga, bawahannya Bei Ming datang untuk menyerahkan beberapa dokumen kasus bunuh diri dengan memakai gaun pengantin yang berhasil didapatnya.

Berniat membuat Ru Shuang makin kagum padanya, Bei Ming membaca dokumen itu dengan cepat-cepat lalu memerintahkan bawahannya untuk mencari semuanya di wilayah sekitar. Ru Shuang kagum dan terang-terangan memujinya, Bei Ming pun senang.

Su Ci melaporkan penemuannya pada Kepala Biro. Dia menyimpulkan bahwa ini adalah pembunuhan berantai, tapi dia belum bisa memastikan detil cara pembunuhannya.

"Jika sungguh seperti itu, tindakan orang ini sangat aneh. Caranya sangat hebat. Harus segera menangkapnya."

"Saya mengerti."

Malam harinya, Su Ci masuk ruang makan dengan ceria. Tapi Pei Zhao tidak hadir, ke mana dia? Fei Yuan mengklaim bahwa Pei Zhao pergi kencan buta, jadi dia tidak akan ikut makan bersama mereka.

Su Ci kaget dan cemburu seketika. Fei Yuan malah sengaja semakin mengompori dengan mengklaim bahwa tuan mudanya itu sedang kencan dengan 6 orang gadis. Semuanya gadis baik dan berbudi luhur dan memiliki latar belakang keluarga yang sepadan.

"Kurasa Saudara Pei tidak menyukai satu pun dari mereka." Duga Bei Ming.

"Tidak mungkin. Mereka semua adalah orang-orang yang terpilih. Pasti akan ada satu yang disukainya. Lagipula Tuan Muda sudah mencapai usia untuk menikah. Kali ini pasti akan menikah."

Su Ci benar-benar tidak tahan lagi mendengar pembicaraan ini dan langsung membanting sumpitnya, mengklaim kalau dia sudah kenyang padahal dia bahkan belum makan sedikitpun, lalu masuk ke kamarnya.

Dia mencoba membaca buku tapi tetap saja pikirannya tidak bisa tenang. Dia berusaha mengingatkan dirinya sendiri bahwa Pei Zhao menikah dengan siapa saja itu bukan urusannya sama sekali, tapi tetap saja pikirannya galau.

Tiba-tiba Ru Shuang datang membawakan sup untuknya dan bertanya-tanya penasaran tentang apa yang sedang Su Ci pikirkan sampai dia tidak makan tadi.

Su Ci menyangkal lalu memakan sup itu dengan lahap, Ru Shuang pun senang. Tapi... Ru Shuang tahu kok apa yang sedang Su Ci pikirkan. Su Ci kan sebenarnya sudah sampai pada usia untuk menikah juga.

Su Ci sontak menjatuhkan sendoknya dengan panik menyadari ke mana arah pembicaraan Ru Shuang ini. Dengan canggung dia menegaskan bahwa harapannya sejak masih kecil adalah tidak ingin melihat rakyat kecil ditindas dan diperlakukan tidak adil.

Sebelum harapannya ini belum tercapai, dia tidak akan memikirkan masalah percintaan. Selain itu, dia tidak punya kekayaan apapun dan tidak ingin menjadi beban bagi gadis dari keluarga terkemuka.

Ru Shuang pantang menyerah. "Lalu bagaimana jika ada seorang gadis yang tidak peduli pada gaji maupun kekayaanmu, hanya ingin menemanimu dan mengurusmu dengan tulus?"

Su Ci jadi tambah salting. Menurutnya, pernikahan haruslah dilandasi dasar saling mencintai. Jika hanya satu pihak saja yang memiliki perasaan, takutnya kedua belah pihak akan sulit untuk berbahagia.

Ru Shuang malah jadi semakin berani mendekatinya dan memegang tangannya dengan penuh harap sambil mengklaim bahwa menurut ayahnya bertemu dengan seseorang yang kita sukai itu sulit, jadi mereka harus menghargainya.

Su Ci benar-benar bingung harus bagaimana. Untung saja Pei Zhao muncul saat itu. Ru Shuang terpaksa harus melepaskan tangannya dan bergegas pergi dengan malu-malu. Pei Zhao geli melihatnya.

"Apa kau sudah lama di depan pintu?" Tanya Su Ci.

"Aku baru kembali, lalu kudengar kalau kau sakit perut. Apa kau sudah baikan?"

Su Ci jadi canggung mendengar kecemasannya. "Aku tidak apa-apa. Jika Saudara Pei sudah tidak ada urusan lainnya, cepatlah kembali untuk beristirahat."

"Hari ini aku sibuk seharian di Kediaman Pangeran Qi. Memang agak lelah."

Su Ci kaget. "Kediaman Pangeran Qi? Tapi tadi Fei Yuan bilang kalau kau sedang..."

"Fei Yuan bilang padamu bahwa aku pergi melakukan apa?"

Su Ci jadi malu dan canggung, dan buru-buru menyangkal lalu mengusir Pei Zhao secara halus. Baiklah, Pei Zhao pamit. Tapi...

"Adik Su, akankah kau menikah dengan orang yang tidak kau sukai?"

"Tidak akan."

"Kebetulan sekali. Aku juga tidak akan."

Saat sedang membantu Xi Zhu sisiran, Xiao Yun membahas tentang hubungan Xi Zhu dan Pangeran Qi yang kabarnya sudah dekat sejak mereka kecil. Xi Zhu dengan malu-malu mengaku bahwa mereka hanya saling mengenal waktu kecil, tapi Pangeran Qi tidak pernah berubah setelah bertahun-tahun ini.

Berusaha menyemangatinya, Xiao Yun yakin kalau Xi Zhu pasti akan terpilih menjadi Putri Qi, dia kan sangat menonjol. Berhubung besok Ibu Suri akan mengadakan upacara doa, Xi Zhu mau tidur lebih cepat. Tak lama kemudian, Xiao Yun mematikan semua lilin lalu meninggalkan Xi Zhu yang tertidur lelap.

Tapi keesokan harinya saat Xiao Yun mengetuk pintu kamarnya Xi Zhu, dia malah tak mendapat jawaban. Bingung, Xiao Yun akhirnya langsung membuka pintu tapi malah mendapati Xi Zhu sudah tergantung di langit-langit kamar dengan memakai gaun pengantin. Xiao Yun sontak menjerit ketakutan dan buru-buru memanggil para pengawal.

Bei Ming baru bangun dan mendapati Pei Zhao sedang baca buku di gazebo. Sedang apa Pei Zhao di sana.

"Ini rumahku. Kalau aku tidak berada di sini, memangnya harus berada di mana? Malah kau yang bersikeras tinggal di rumahku ini. Mau sampai kapan?"

Bei Ming menolak pergi. Soalnya Ru Shuang tinggal di sini. Dia akan tinggal di mana pun Ru Shuang tinggal. Ngomong-ngomong, apa Pei Zhao sudah menangani masalah pemilihan istrinya, kenapa dia malah santai-santai? Apa dia benar-benar akan memilih salah satu dari antara para kandidat itu?

"Kudengar Vila Gunung Feiyun kalian mengadakan sebuah taruhan. Sebagai tuan mudanya, apakah kau sedang berusaha menggali informasi?" Sindir Pei Zhao.

Canggung, Bei Ming meyakinkan kalau dia sungguh mengkhawatirkan Pei Zhao. Dia sungguh berhatap Pei Zhao bisa menikah dengan orang yang dia sukai. Tapi yah... dia juga berharap Pei Zhao juga bisa membantu bisnis Vila Gunung Feiyun-nya.

Tapi kalau dilihat-lihat dari tampangnya Pei Zhao, sepertinya dia sudah memiliki cara untuk menangani masalah perjodohan itu. Dia akan memilih siapa?

Selain Xi Zhu, kandidat lainnya adalah orang-orang yang paling disukai para pejabat istana mengingat keluarga orang-orang itu tidak memiliki kekuasaan apapun dalam pemerintahan. Istri yang dia pilih, pastilah harus seseorang yang bisa memenuhi keuntungan para pejabat pemerintah itu.

"Kalau begitu, apa kau akan sungguh memilih Nona Xu Zhi?" Tanya Bei Ming.

"Aku akan memilih Nona Jiang. Kesehatan Ibunya Nona Jiang sangat buruk sejak beberapa tahun ini. Belakangan ini penyakitnya semakin parah, takutnya tidak akan bisa bertahan lama."

Oh, Bei Ming mengerti. Jika Ibunya Nona Jiang meninggal, maka dia harus berkabung selama 3 tahun dan dia tidak boleh menikah selama itu. Dengan kemampuannya Pei Zhao, dia pasti sudah bisa mengatasi masalah perjodohan ini sebelum masa 3 tahun berakhir.

Tapi dia kan tidak akan bisa menghindar selamanya. Apa yang harus dia lakukan ke depannya? Kaisar dan Ibu Suri kan tidak berpikiran terbuka seperti dirinya. Bahkan sekalipun Kaisar dan Ibu Suri mengetahui dan menyetujui hubungan Pei Zhao dengan Su Ci, tapi para pejabat pemerintah tidak mungkin setuju.

Sementara dia asyik nyerocos sendiri, Pei Zhao melihat pengawalnya datang saat itu, mengabarkan kematian Xi Zhu.

Su Ci sudah berada di TKP untuk melakukan penyelidikannya. Dia melihat ada jejak sepatu di bangku pijakan, tapi ukurannya beda dari sepatu korban yang ada di TKP.

Juga ada bekas seretan di lantai. Saat dia menelusuri jejak seretan itu, dia menemukan sedikit bubuk pemerah bibir tercecer di lantai.
Saat dia mengamati meja rias, dia melihat goresan berpola bunga di salah satu kotak kosmetik.

Menurut penyelidikan seorang rekannya, Xi Zhu jarang berhubungan dengan orang lain sejak dia masuk istana selain pelayan pribadinya - Xiao Yun. Dia hanya pernah berbincang dengan para kandidat putri.

Dia sudah menginterogasi semuanya, keculi Tuan Qu - si pelukis yang pernah melukis Xi Zhu, karena biasanya dia tidak berada di dalam istana. Maka Su Ci pun memutuskan untuk menginterogasi Xiao Yun lebih dulu.

Marquis Zhenyuan terburu-buru datang ke biro Mingjing begitu mendengar kabar itu dan hampir saja pingsan saat melihat jenazah putrinya. Ia bahkan langsung menampari dirinya sendiri dengan penuh penyesalan karena membiarkan putrinya masuk istana, tempat yang penuh dengan bahaya itu.

"Siapa yang melakukannya?" Tuntut Marquis Zhenyuan.

"Kami masih berusaha menyelidikinya." Ujar Kepala Biro.

Marquis Zhenyuan yakin bahwa Kepala Biro juga pasti tahu putrinya mati bukan di tangan satu orang. Jika dia bisa menyelidikinya, dia harap itu akan terungkap pada seluruh dunia. Mendengar itu, Kepala Biro pun berjanji akan berusaha sekuat tenaga.

Epilog:

Setelah Su Ci tiba-tiba pergi tanpa memakan makanannya, Ru Shuang bingung sendiri kenapa Su Ci belakangan ini selalu sakit perut setelah mendengarkan Pei Zhao pergi kencan buta.

Menurut Fei Yuan, Su Ci mungkin iri sama Pei Zhao. Karena itulah Ru Shuang kemudian datang membawakan sup untuk Su Ci dan berusaha merayunya, mengira Su Ci juga ingin bisa menikah seperti Pei Zhao.  

Bersambung ke episode 10

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam