Tak ingin kedua orang itu mati, Da Xi langsung memohon-mohon agar Ji Man menyelamatkan mereka berdua. Dia janji takkan lagi menyuruh Shao Yong menikahinya.
"Sungguh?"
"Iya."
"Kau tidak akan menyesalinya?"
"Tidak, tidak akan."
Baiklah, Ji Man langsung memasukkan sesuatu ke mulut mereka dan tak lama kemudian, kedua orang itu langsung sadar.
Shao Yong jelas bingung tapi juga bahagia karena mereka masih hidup dan langsung menarik Wu Shuang ke dalam pelukannya.
Da Xi begitu lega melihat mereka masih hidup, tapi seketika itu pula dia baru sadar kalau dia sudah dibodohi. Ji Man beralasan pada mereka kalau Raja cuma ingin mengetes perasaan mereka pada satu sama lain, dan ternyata kematian tidak bisa memisahkan kalian. Jangan khawatir, Raja takkan lagi membuat mereka kesulitan.
Kedua kekasih itu langsung berlutut dan berterima kasih pada Raja. Patah hati, Da Xi menyuruh mereka pergi dengan suara lemah. Begitu mereka tinggal berduaan, Da Xi sontak menampar Ji Man.
"Apa menyenangkan bagimu untuk mempermainkanku? Bagaimana kalau aku benar-benar ingin memisahkan mereka? Bagaimana kalau mereka mati sungguhan? Kau mengecewakanku."
Ji Man meminta maaf karena sudah menakuti Da Xi. Dia tidak bermaksud begitu. Dia tahu kalau Da Xi gadis yang baik, dia tahu kalau Da Xi pasti akan berbahagia untuk mereka. Karena itulah, Ji Man melakukan semua ini.
"Lihatlah. Mereka benar-benar saling mencintai. Kau yakin kau bisa mengganggu mereka? Kenapa kau harus membuat segalanya jadi seperti ini sebelum merelakannya? Kenapa kau tidak memandang orang-orang di sekitarmu."
"Mudah saja bagimu bicara seperti itu. Bukan kau yang patah hati. Aku masuk istana demi Shao Yong. Jika bukan karenanya, kenapa juga aku melepaskan kebebasan yang kumiliki di luar? Lagipula tempat ini penuh dengan kasim, kesempatan apa yang kumiliki?"
"Bagaimana jika aku bilang... kalau aku menyukaimu? Apa kau bersedia memberiku kesempatan?"
Da Xi tercengang mendengarnya. "Kau dan aku? Kau menyukaiku? Kenapa? Bagaimana mungkin?"
"Kenapa tidak mungkin?"
"Tapi... kau menyukai tubuhku atau jiwaku? Sebentar... ah, aku bingung sekarang."
"Aku tidak ingin menekanmu, jadi aku akan menunggumu. Kau bisa memberiku jawaban setelah kau memikirkannya masak-masak. Aku akan menunggumu."
Di luar, Da Xi berpapasan dengan Wu Shuang dan Shao Yong. Mereka cemas padanya, Raja pasti marah pada Da Xi. Wu Shuang menawarkan bantuannya untuk bicara dengan Raja, tapi Da Xi menolaknya dan meyakinkan kalau Raja bukan orang yang rewel.
"Melihat kalian berdua seperti ini, membuatku sangat bahagia. Kuharap suatu hari, aku akan bertemu seseorang yang ditakdirkan untukku."
Ji Man lalu pergi setelah itu. Tapi ucapannya barusan membuat Wu Shuang gelisah karena ucapan Da Xi barusan sama persis seperti yang pernah diucapkan Ji Man waktu mereka masih kecil. Bagaimana Da Xi bisa mengetahuinya?
"Kenapa aku tiba-tiba merasa Da Xi itu adalah Ji Man? Tapi itu tidak mungkin. Tidak masuk akal. Tidak mungkin."
Gara-gara pengakuan cinta Ji Man, Da Xi sekarang malu-malu meong saat Ji Man datang. Geli melihat reaksi Da Xi, Ji Man dengan nakalnya mendekatinya sangaaaaaat dekat. Panik, Da Xi buru-buru menghindar darinya dan keluar.
Tapi bingung juga dia, kenapa dia jadi gugup melihat wajahnya sendiri? Pasti karena cara bicara Ji Man yang terlalu halus dan bukannya karena Ji Man mempengaruhinya.
Shao Yong heran dengan sikap aneh Wu Shuang sedari tadi. Ada masalah apa sebenarnya? Wu Shuang tanya, apa Shao Yong tidak merasa kalau Da Xi itu terasa sangat... familier?
"Apa kau tidak merasa aneh? Aku terus menerus merasa kalau Da Xi itu sebenarnya adalah Raja."
"Hah?"
"Atau mungkin... tubuh dan jiwanya Da Xi adalah dua orang yang berbeda?"
Heran, Shao Yong langsung mengecek dahinya Wu Shuang. Siapa tahu dia lagi sakit. Dugaannya itu tidak mungkin, terlalu gila. Mungkin Wu Shuang cuma kelelahan saja dan membuat imajinasinya jadi liar.
"Benarkah? Tapi belakangan ini, Raja juga bertingkah aneh. Sebelumnya dia tidak pernah menyukai pria. Kenapa dia tiba-tiba..."
Shao Yong menegaskan kalau itu kesalahpahaman. Pernyataan cinta padanya waktu itu sebenarnya untuk Da Xi. Jangan gila, tidak ada yang namanya bertukar jiwa.
Mereka lalu pergi. Tapi yang tidak mereka sadari, percakapan mereka barusan didengar oleh Ni Chang. "Tukar jiwa? Menarik sekali."
Da Xi jalan-jalan sendirian di sebuah area istana yang tak berpenghuni dan tampak menyeramkan. Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dan Da Xi sontak heboh berteriak. "Hantu!"
"Ini aku." Ujar Ji Man
"Oh, kau. Sudah selesai dengan memorialmu?"
"Iya. Tidak ada yang baru. Aku sudah terlalu sering membaca semua, mataku sampai mau copot rasanya. Lagipula aku ini pintar, semua itu sangat mudah bagiku."
"Yah, kau memang pintar." Sinis Da Xi
Tapi Ji Man heran, bagaimana bisa Da Xi sampai ke tempat ini. Biasanya orang-orang selalu menghindari tempat ini. Da Xi tak mengerti kenapa? Apa ada hantu di sini?
"Tidak. Tapi tempat ini penuh dengan jebakan. Jika kau tak sengaja memicu salah satunya, kau akan mati."
Da Xi tak percaya, Ji Man pasti cuma menakutinya. Tapi saat dia melanjutkan langkah, tiba-tiba terdengar suara aneh dan ada asap aneh keluar dari lantai yang diinjaknya. Ji Man sontak tersenyum geli dan mengklaim kalau Da Xi sudah menginjak salah satu jebakan.
Da Xi langsung panik menyuruh Ji Man membantunya. Ji Man santai saja menggodanya, mengklaim kalau jebakan itu tidak bisa dilepas.
"Tapi jangan khawatir, aku akan tetap di sini bersamamu. Kau tidak akan kesepian." Goda Ji Man sambil melangkah mendekat dan merangkul Ji Man.
"Siapa yang menyuruhmu tetap di sini. Aku tidak mau mati! Tidak mau!"
Da Xi terus bergerak-gerak heboh sampai akhirnya mereka berdua terjatuh bersama-sama dan Da Xi langsung jejeritan heboh mengira dirinya sudah mati.
Sadar dirinya masih selamat, Da Xi menduga kalau jebakan di tempat ini pasti sudah tidak lagi berfungsi karena tempat ini sudah terlalu tua.
"Kau manis sekali. Kau percaya semua yang kukatakan?"
"Kau mempermainkanku?! Kenapa kau bohong, brengsek!" Kesal Da Xi sambil memukuli Ji Man
Tanpa mereka sadari, Ni Chang ternyata sedang memperhatikan mereka dari balik semak dengan curiga.
Dia lalu memutuskan mendatangi Raja untuk mengetesnya. Dia mengklaim kalau Raja masih juga belum melaksanakan janji yang pernah dibuatnya saat mereka pertama kali bertemu. Apa Raja sudah tidak punya perasaan apapun padanya sekarang?
Da Xi jelas tak tahu janji apa yang dimaksudnya. Ni Chang mengklaim kalau Raja berjanji akan menjadikannya Ratu saat dia berusia 18 tahun. Raja masih akan memenuhi janjinya, kan?
"Astaga, ratu? Aku tidak bisa asal menyetujuinya." Batin Da Xi galau. Akhirnya dia hanya berkata kalau dia akan memikirkannya.
Ni Chang jadi semakin curiga mendengarnya. "Paduka. Apa kau sungguh Paduka Raja?"
"Lancang!" Bentak Ji Man yang baru datang. "Yang Mulia, anda seorang selir. Berani sekali anda menginterogasi Paduka?"
Ji Man mengingatkannya bahwa aturan pemilihan ratu itu tergantung dari ramalan yang tepat. Jadi mana mungkin Raja asal memutuskannya untuk menjadi ratu. Tak menyerah begitu saja, Ni Chang mencoba mengingatkan Raja tentang acara 3 hari yang akan datang.
"Tentu saja aku ingat. 3 Hari yang akan datang adalah... adalah..."
"Peringatan kematian Raja terdahulu," timpal Ji Man.
Ni Chang kesal mendengar Da Xi ikutan nimbrung percakapan mereka dan langsung memerintahkan para pengawal untuk mengurung Da Xi. Ji Man tak tahu harus bagaimana. Tapi saat dia hendak protes, Ji Man diam-diam menghentikannya.
Keesokan harinya, Ni Chang melihat para pejabat berkumpul di depan aula untuk apel pagi. Tapi dengan sengaja dia berkata kalau Raja sedang sakit. Makanya Raja memutuskan kalau acara pagi ini akan diadakan di kamarnya Raja.
Para pejabat itu mempercayainya begitu saja dan langsung pergi ke kamar Raja. Da Xi jelas bingung dan kesal saat para pejabat itu datang untuk rapat pagi di sini. Apa mereka mau dipenggal?
Para pejabat itu sontak berlutut ketakutan dan salah satu pejabat mengaku kalau mereka mendapat informasi dari Ni Chang bahwa Raja mau rapat di kamar. Mendengar mereka ditipu Ni Chang, Da Xi memutuskan untuk tidak lagi memperkarakan masalah ini. Tapi di mana Ni Chang?
Ni Chang di luar dan hampir saja mau melarikan diri, tapi para pengawal langsung menghadangnya. Da Xi pun menghukumnya untuk dikurung di ruang memorial selama satu bulan dan dicambuk 50 kali.
Malam harinya, Ji Man akhirnya kembali dari hukuman kurungannya dan Da Xi sudah menyiapkan berbagai hidangan lezat untuknya. Ji Man langsung makan dengan lahap. Tapi dia dengar kalau hari ini, Da Xi memarahi para pejabat dan menghukum cambuk Ni Chang?
"Kurasa Ni Chang tahu tentang kita. Dia merencanakan ini untuk mengeksposku. Untung saja kau mengajariku cara memarahi pejabat dan segala macam aturan istana."
Ji Man bangga padanya. Tapi tiba-tiba saja suasana di antara mereka jadi lebih intens. Saat Da Xi menghindari kontak mata dengannya, Ji Man tiba-tiba mendekat dan menci~m bibirnya.
Malu, Da Xi langsung menjauh ke ranjangnya. Ji Man juga gugup karenanya dan meminta maaf karena tidak bisa menahan diri barusan. Da Xi tidak marah, kan?
"Siapa bilang aku marah? Aku cuma... tidak mengatakan apapun. Tapi aku bahagia."
Saking senangnya mendengar pengakuan Da Xi, Ji Man sampai tidak lihat jalan dan akhirnya terantuk meja.
Gara-gara hukuman cambuknya, Ni Chang jalan sempoyongan sambil merutuki si raja palsu dalam hatinya. Dia bersumpah akan menyiksa si raja palsu 100 kali lebih parah daripada hukumannya yang sekarang.
Ni Chang lalu pergi ke kediaman Ibu Suri untuk melaporkan kecurigaannya ini. Ibu Suri sebenarnya malas bertemu dengannya, tapi Ni Chang tidak terima diacuhin dan langsung saja berteriak dari luar kamar bahwa raja yang sekarang adalah raja palsu. Jiwanya tertukar dengan jiwanya Da Xi.
Gara-gara itu, Ibu Suri akhirnya mau juga bertemu dengannya. Ni Chang mengaku pernah mendengar Wu Shuang berkata kalau Da Xi entah bagaimana bisa tahu tentang ucapan yang hanya pernah diucapkan oleh Raja.
Selain itu, sikap dan aura Da Xi memang sangat mirip dengan Raja. Ji Man dan Da Xi juga selalu bersama dan hubungan mereka, sama sekali tidak seperti hubungan tuan dan pelayannya.
Anehnya lagi, Raja bahkan memasak untuk Da Xi. Apa Raja yang asli bisa memasak? Dan lagi, Da Xi sangat hafal tentang seluk beluk istana, sementara Raja sepertinya tidak tahu apa-apa.
"Karena itulah, saya yakin bahwa Raja yang sekarang, bukan raja yang asli. Da Xi lah raja yang asli."
Ibu Suri tidak mempercayainya begitu saja dan menyuruh Ni Chang pergi... Tapi jika apa yang dia katakan benar, Ibu Suri tidak akan tinggal diam. Begitu Ni Chang pergi, Ibu Suri membisiki sesuatu ke Qiu Shui.
2 Comments
Lanjut.....Semangat!!!!!
ReplyDeleteLanjut.......
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam