Sinopsis Drama Cina Hidden Love Episode 13

Episode 13: Mencoba, Aku Tebak Hatimu Juga Bergetar.

Jia Xu sinis banget menginterogasi Sang Zhi tentang pria tinggi yang memberinya hamburger tadi. Apa dia pria yang Sang Zhi sukai? Pfft! Jelas bukan dong. Namun seperti biasanya, Sang Zhi terlalu takut untuk berterus terang tentang siapa pria yang disukainya. 

Dia berusaha mengalihkan topik, tapi Jia Xu terus saja mempertanyakan ciri-ciri pria yang Sang Zhi sukai. Apakah Sang Zhi menyukai pria yang lembut dan menggemaskan?

"Bukan... dia sangat... jantan."

"Hah? Jantan? Jadi kau menyukai... pria berotot?" (Wkwkwk!)

"Bukan!"

Jia Xu jadi tambah bingung. Pria itu jantan tapi tidak berotot tapi sangat baik pada semua orang... ciri-ciri pria yang Sang Zhi sukai ini kok kedengarannya... kayak cowok brengsek? (Puahahaha! Ngatain diri sendiri).

Sang Zhi menyangkal. Namun Jia Xu ngotot kalau dia pria brengsek, seumur-umur belum pernah Jia Xu bertemu dengan pria semacam itu. Sang Zhi pusing berdebat tentang masalah ini dengannya dan langsung menegurnya untuk diam saja dan berhenti tanya. Bawel banget!

"Kalau ingin bertemu dengan pria itu, kau cukup bercermin saja," batin Sang Zhi sebal.

Lagipula, apakah Jia Xu tidak mau cari pacar? Dia kan sudah berumur 20-an tahun, kenapa tidak cari pacar saja, malah ribet mengurusinya terus?

"Pacar dari mana? Bagaimana kalau... kau perkenalkan seseorang padaku."

"Bagaimana bisa aku memperkenalkan seseorang padamu. Gadis-gadis di sekitarku adalah yang seumuran denganku."

"Seumuran denganmu... boleh juga."

Hah? Sang Zhi bingung apa maksudnya. Namun Jia Xu menolak menjelaskan dan membiarkan Sang Zhi memikirkan maksudnya sendiri. Sang Zhi sungguh tidak mengerti, apa Jia Xu sedang bercanda? Dulu Jia Xu tidak pernah mengucap hal seperti ini padanya.

Tak lama kemudian, Sang Zhi pulang dijemput kakaknya dan kedua orang tuanya langsung heboh menyambut kepulangan sang putri tercinta. Sang Zhi punya hadiah tahun baru untuk semua orang, termasuk kacamata model aneh untuk Sang Yan yang sontak membuat keduanya ribut lagi.

Dari obrolan mereka, ternyata Mama Sang berniat untuk menjodohkan Sang Yan dengan putri seorang kenalannya, tapi Sang Yan ngotot menolak melakukan kencan buta. Seperti biasanya, dia dengan narsisnya mengklaim kalau dia tidak butuh kencan buta karena gadis-gadis-lah yang biasanya mengejarnya dan bukan sebaliknya.

Usai makan malam, Sang Yan heran mendapati adiknya mendadak berbaik hati membantunya memperbaiki lampu taman. Kayaknya lagi ada maunya nih anak.

Benar saja. Tiba-tiba saja dia mulai menanyai Sang Yan tentang masalah kencan butanya dan alasan kenapa Sang Yan tidak mau kencan buta. Apa Sang Yan malu?... Kalau dia malu, bagaimana kalau dia mengajak Jia Xu?

Jia Xu juga sama-sama belum punya pasangan, jadi mereka bisa kencan buta bareng. Lagipula, Sang Zhi merasa kalau belakangan ini Jia Xu sepertinya... ingin punya pacar. Jadi mereka pergi kencan buta bersama saja.

Sang Yan heran dengan tingkah aneh adiknya hari ini. Apa Jia Xu membuat Sang Zhi marah? Sang Zhi canggung beralasan bahwa dia hanya kasihan sama Jia Xu, dia sudah tidak muda lagi, kalau tidak punya pasangan, dia akan menua sendirian dan kesepian.

Untungnya Sang Yan langsung percaya begitu saja dan tidak curiga apa pun lagi akan sikap aneh Sang Zhi. Tapi ya sebodo amat, Jia Xu mau menua sendirian dan kesepian atau tidak, itu kan urusan Jia Xu sendiri.

Masalah kencan buta, Sang Yan menegaskan kalau dia tidak butuh karena sekarang ini ada cewek yang mengejarnya. Pfft! Sang Zhi langsung mendengus sinis tak mempercayainya, dari dulu juga Sang Yan hobi sumbar bahwa banyak cewek yang mengejarnya. 


Saat mengambil selimut di kasur, Sang Zhi tak sengaja menemukan kotak penyimpanan tempat dia dulu menaruh barang-barang pemberian Jia Xu. Perubahan situasi sekarang membuat Sang Zhi akhirnya mengeluarkan barang-barang pemberian Jia Xu lagi.

Dia benar-benar bingung mengingat ucapan Jia Xu bahwa dia tidak keberatan pacaran sama orang seumurannya. Apa dia serius? Sang Zhi harus mencari tahu.

Dia pun langsung nge-chat Jia Xu memberitahu dia bahwa kakaknya sepertinya sudah punya pacar. Tapi dia sedikit mengarang cerita bahwa wanita itu usianya jauh lebih muda.

"Kakakmu tidak mungkin menyukai gadis di bawah umur, kan?"

"Apakah boleh asalkan usianya legal?"

"Sudah usia legal dan berkuliah, berarti sudah dewasa. Jadi kenapa tidak boleh?"

 

Percakapan ini membuat Jia Xu jadi galau memikirkan situasi hubungannya dengan Sang Zhi yang sama persis. Namun karena dia tidak percaya diri, jadi dia meyakini bahwa pertanyaan Sang Zhi itu pasti murni menanyakan masalah kakaknya saja.

Dia yakin bahwa biarpun Sang Zhi bisa menerima jika situasi ini terjadi pada orang lain, tapi Sang Zhi pasti keberatan jika terjadi pada dirinya sendiri. Dia yakin kalau Sang Zhi cuma menganggapnya hanya sebagai kakak.

Sang Zhi juga sama galaunya dengan dia. Seandainya saja mereka baru bertemu saat mereka sama-sama di usia biasa, Jia Xu pasti akan menganggapnya orang seumuran. Namun karena Jia Xu melihatnya tumbuh sejak dia kecil, makanya Sang Zhi yakin bahwa Jia Xu pasti cuma menganggapnya sebagai adik. Mungkin di mata Jia Xu, dia selamanya anak berusia 14 tahun.

 

Hari ini Jia Xu bertemu dengan Qian Fei yang sedang dinas di Yihe. Mumpung bisa bertemu, Qian Fei langsung penasaran tanya-tanya tentang gadis yang disukai Jia Xu itu. Bagaimana orangnya?

Jia Xu tidak mau berterus terang pastinya. Jadi dia sengaja menjawab pertanyaannya dengan agak misterius, berbohong bahwa Qian Fei tidak mengenal gadis itu. Pokoknya gadis itu usianya masih agak muda.

Qian Fei tidak merasa itu masalah, asalkan usia gadis itu sudah legal dan bukan gadis di bawah umur, maka kejar saja dia. Kalau dia tidak cepat, mungkin gadis itu akan diembat orang lain.

Jia Xu tidak masalah. Jika memang gadis itu menemukan pasangan yang baik padanya, Jia Xu pasti ikut bahagia untuknya. Gadis itu sudah punya seseorang yang dia sukai.

Qian Fei jadi prihatin, tapi itu membuatnya jadi semakin penasaran. Memangnya seperti apa pria yang gadis itu sukai? Coba katakan bagaimana orangnya, biar Qian Fei bisa bantu dia menganalisa tipe cowok idaman gadis itu.

"Pria itu... cukup pandai menggoda, baik pada wanita mana pun, mungkin juga tidak tahu malu.

"Hmm... bukankah itu kau?" ujar Qian Fei

Qian Fei tidak bermaksud menghina Jia Xu loh ya. Namun dia yakin kalau penggambaran sifat-sifat pria idaman gadis itu persis dengan sifat-sifatnya Jia Xu. Qian Fei yakin banget karena dulu dia juga pernah punya pengalaman seperti ini.

Dulu ada gadis yang pernah dia sukai, lalu waktu gadis itu bertanya padanya tentang tipe cewek idamannya, Qian Fei pun menjawabnya dengan menyebutkan ciri-ciri gadis yang dia sukai tersebut tanpa berterus terang bahwa gadis itulah yang sebenarnya dia sukai. 

Hmm, begitukah?... Jia Xu masih agak ragu, tapi... mungkin juga sih. Dia kah pria yang Sang Zhi sukai?


Jia Xu harus mencari tahu dengan cara mengetes Sang Zhi. Karena itulah, beberapa hari kemudian dia nge-chat Sang Zhi, secara khusus memberitahunya bahwa dia sudah tiba di Nanwu. Sampai jumpa nanti. Sang Zhi jadi bingung kenapa Jia Xu secara khusus memberitahunya.

Akhirnya tibalah hari pernikahan Qian Fei. Sang Zhi punya angpao untuknya, tapi Qian Fei bersikeras menolaknya, menolak angpao dari seseorang yang sudah dia anggap adik sendiri.

Tak lama kemudian, Jia Xu baru datang, dan begitu melihat Sang Zhi, dia sengaja memainkan dasinya, secara tak langsung memperlihatkan pada Sang Zhi bahwa dia sedang memakai dasi pemberian Sang Zhi.

Karena angpaonya Sang Zhi nganggur, Sang Yan langsung menyuruh Jia Xu untuk memanggilnya dengan panggilan khusus, nanti akan dia kasih angpao ini untuknya.

Seketika itu pula Jia Xu langsung melirik Sang Zhi dengan penuh arti... lalu tiba-tiba saja dia memanggil Sang Yan sebagai 'Gege'. Pfft! Sang Yan ogah dipanggil begitu oleh sesama cowok, menjijikkan. 

Namun Jia Xu masa bodo dan terus memanggilnya 'Gege' sambil terus melirik Sang Zhi dengan penuh arti (secara tak langsung sudah menganggap Sang Yan sebagai calon kakak iparnya).

Semua orang yang duduk di meja geli banget mendengar panggilan itu, apalagi Sang Yan, jijay banget rasanya. Makanya dia langsung memaksa Sang Zhi untuk pindah duduk, dan jadilah sekarang Sang Zhi yang duduk di sebelahnya Jia Xu, tapi dia kaku banget, mungkin saking gugupnya dan tidak mengatakan apa pun ke Jia Xu.

Resepsi pernikahan pun dimulai. Qian Fei bahagia banget dan dalam pidatonya mengucap terima kasih pada istrinya yang cantik yang mau menerimanya apa adanya. 

Usai pidato sang pengantin pria, Jia Xu mengirim pesan ke Sang Zhi, mengeluhkan sikap Sang Zhi yang tidak menyapanya sedari tadi, dan karena posisi HP-nya Sang Zhi tepat di sebelahnya, makanya Jia Xu bisa mengintip HP-nya Sang Zhi dan melihat nama kontaknya sebagai 'Gege Nomor 2'. Tepat saat itu juga, dia juga mengintip saat Sang Zhi mendapat chat dari papanya yang memanggilnya Zhi Zhi.

"Siapa itu Zhi Zhi?" tanya Jia Xu pura-pura bodoh.

"Kau kan bukannya tidak tahu nama panggilanku."

"Kenapa kakakmu tidak pernah memanggilmu begitu?"

"Dia terkadang memanggilku begitu kalau aku patuh."

"Siapa saja yang memanggilmu begitu?"

"Papa, mama, paman, bibi. Pokoknya orang-orang paling dekat denganku yang memanggilku begitu."

"Lalu apa maksudnya 'Gege Nomor 2'?"

Ya karena Sang Yan adalah gege nomor 1-nya, jadi Jia Xu adalah gege nomor 2. Jia Xu tidak terima, kenapa dia jadi gege nomor 2? Canggung, Sang Zhi beralasan bahwa itu karena Jia Xu lebih tua setahun dari Sang Yan, makanya dia gege nomor 2.

Ooooh, baiklah. Kalau begitu, sekarang Jia Xu mendadak ganti topik menanyai Sang Zhi tentang pria yang Sang Zhi sukai itu. Berapa umurnya? Apa dia satu angkatan dan satu kampus dengan Sang Zhi?

Jelas saja Sang Zhi jadi semakin salting mendengar pertanyaan itu. Dia tidak mungkin menjawab terus terang, jadi dia cuma menjawab abstrak bahwa pria itu tidak seangkatan dan tidak satu kampus dengannya.

Namun Jia Xu tidak berhenti sampai di sini, malah semakin gencar menanyainya tentang pria itu. Bagaimana bisa mereka berkenalan kalau mereka tidak satu kampus? 

"Kami berkenalan saat pergi bermain."

"Bermain di mana?"

"Di... di bar."

"Oh... eh, tapi ada yang aneh. Aku ingat saat kau mabuk kau bilang kalau kalian bertemu di tempat karaoke?"

Dia bohong dan cuma ingin memancing Sang Zhi, dan Sang Zhi sukses termakan umpannya, benar-benar mengira kalau dia beneran mengatakan itu waktu mabuk. Makanya sekarang dia langsung berbohong mengiyakannya saja. 

Pfft! Jia Xu jelas senang menyadari Sang Zhi mengarang cerita tentang pria itu untuk menutupi perasaannya yang sebenarnya padanya. Qian Fei memang pintar. Hah? Sang Zhi bingung, apa hubungannya masalah ini sama Qian Fei?

"Kenapa kau menyukainya?" tanya Jia Xu lagi.

Hadeh! Padahal Sang Zhi sudah berharap Jia Xu kan berhenti tanya-tanya. Sang Zhi menolak menjawab pertanyaan yang ini dan langsung berusaha meminta Sang Yan untuk pindah kursi. Namun Jia Xu sengaja memanggil Sang Yan sebagai gege lagi, dan itu sukses membuat Sang Yan ogah pindah.

Chen Jun Wen mendatangi meja mereka, dia bertindak sebagai best man-nya Qian Fei, makanya dia sibuk sedari tadi dan baru sempat makan sekarang, dan santai saja merebut strawberry terakhir yang awalnya hendak diambil Sang Zhi.

Sang Zhi ingin pulang, tapi Sang Yan tidak mau pulang sekarang, soalnya sudah lama dia tidak bertemu dengan teman-temannya, dia ingin minum-minum lebih banyak dengan mereka. Kalau begitu, Sang Zhi pun pamit pulang duluan. 

Namun setibanya di luar, tiba-tiba Jia Xu menyusulnya dan memaksa untuk mengantarkannya pulang pakai mobilnya Sang Yan. Sekarang sudah larut malam, tidak aman bagi Sang Zhi untuk pulang sendirian.

"Kau tidak minum...? Ah..."

"Kau duduk di sisiku sepanjang malam, masa kau tidak tahu apakah aku minum atau tidak?"

"Aku tahu kalau kau tidak minum. Tapi Jia Xu Ge, kau tidak perlu mengantarkanku pulang, aku bisa pulang sendiri. Bolak-balik akan merepotkanmu."

Mengantar orang lain mungkin terasa merepotkan, tapi kan Sang Zhi bukan orang lain, jadi Jia Xu tidak merasa repot. Tiba-tiba dia mengembalikan angpao yang diambilnya dari Sang Yan tadi.

"Kukembalikan angpao-nya... pada Zhi Zhi."

HAH? Sang Zhi kaget, "kau memanggilku apa barusan?"

"Zhi Zhi. Bukankah katamu orang-orang terdekatmu memanggilmu begitu?"

Oh, iya sih. Tapi Jia Xu tidak perlu mengembalikan angpao ini. Rugi kalau Jia Xu mengembalikan angpao ini setelah dia memanggil Sang Yan seperti itu tadi.

"Mana mungkin rugi jika diberikan pada Zhi Zhi? Ambillah. Ayo pergi."

Dia penasaran kapan Sang Zhi akan kembali ke Yihe. Sang Zhi berkata besok pagi, penerbangan jam 8. Mendengar itu, Jia Xu tiba-tiba menyatakan bahwa dia juga sama, mereka satu penerbangan, jadi dia akan menjemput Sang Zhi ke bandara besok pagi. (Oh? Kebetulan sekali ya?)

Di tengah jalan, Jia Xu tiba-tiba mampir di toko buah. Ternyata dia beli sekotak strawberry soalnya dia perhatikan tadi Sang Zhi suka strawberry. Namun sepanjang perjalanan, Sang Zhi malah tidak memakannya.

"Kau mau memakannya?" tanya Sang Zhi.

"Aku mau mencicipinya."

Sang Zhi menyodorkan satu biji padanya, tapi Jia Xu malah tidak mengambilnya, malah menyuruh Sang Zhi untuk mengulurkannya lebih dekat. Sang Zhi bingung, masa Jia Xu mau disuapi? Bingung, Sang Zhi asal saja mencoba mengulurkannya dekat mulutnya, lalu Jia Xu tiba-tiba saja memakannya langsung dari tangan Sang Zhi. Hehe. Sang Zhi shock.

Jia Xu sendiri yang nyuruh, tapi dia juga yang dengan tidak tahu malu menuduh Sang Zhi mau mengambil keuntungan darinya. Pfft! Dasar! Namun kemudian dia memutar lagu romantis yang sukses membuat Sang Zhi bahagia dan tersipu malu.

 

Sudah sampai rumah, Jia Xu tiba-tiba memberinya sebuah hadiah tahun baru. Hadiah istimewa berupa gelang berbentuk rubah kecil dan ada inisial nama Sang Zhi. Jelas saja Sang Zhi bingung mendapat hadiah yang terkesan romantis itu, tapi dia menyukainya.


Dia bingung apa maksud Jia Xu memberi hadiah ini. Maka begitu sendirian di kamar, dia langsung Googling makna dari hadiah semacam itu dan salah satu artikel menyebutkan bahwa itu artinya orang yang memberi hadiah itu menyukai kita. Ow, Sang Zhi jadi bahagia penuh harap.

Bersambung ke episode 14

Post a Comment

0 Comments