Sinopsis Leh Nangfah Episode 6 - 2

Sinopsis Leh Nangfah Episode 6 - 2


Selesai menulis buku jurnalnya, Beauty pergi menemui Tee dan mengkonfrontasinya. Tee tadi menggodanya biar dia berkecil hati dan menarik diri dari perusahaan, kan? Dengan begitu, Tee bisa menguasai perusahaan ini seorang diri, iya kan?

"Kalau kau tidak akan bekerja, maka aku punya hak untuk melakukan itu."

"Tidak boleh! Aku tidak akan menyerah semudah itu. Aku akan menjadi presiden Thanabavorn dan aku akan menjadi lebih baik daripada kau, tunggu dan lihat saja nanti!"

"Oke. Aku akan menunggu dan melihat."


Lalu apa Beauty sudah mengerjakan apa yang dia suruh. Beauty menyerahkan bukunya dengan percaya diri dan menyuruh Tee untuk melakukan apa yang dia saraankan dalam buku jurnalnya itu. Dia jamin kalau Thanabavorn akan bisa lebih berkembang.

Tapi Tee cuma melihatnya sekilas tanpa benar-benar membacanya lalu mengembalikannya dengan alasan lagi sibuk sekarang, nanti saja dia baca. Lagian dia cuma mau melihat apakah Beauty bisa melakukan apa yang dia perintahkan sebelum deadline.

Kemarin dia mendapat laporan kalau Beauty bercermin saat jam kerja. Karena itulah mulai sekarang, bercermin saat jam kerja itu dilarang. Itu bisa menunda kerja dan juga mengganggu pekerja lainnya. Jadi Beauty harus menyerahkan semua peralatan makeup-nya sekarang juga. Terpaksa Beauty mengeluarkan seluruh isi tasnya di meja Tee.


Tapi yang tidak Tee ketahui, Beauty sebenarnya menyembunyikan bedak dan lipstik lain di saku bajunya. "Tee, kau pikir kau bisa memaksaku? Tidak akan pernah!"

Setelah mengoles lipstiknya, Beauty pun pergi dengan senyum di wajahnya... sama sekali tak menyadari Pat menatapnya dari kejauhan dengan senyum licik. Sepertinya dia membuat rencana untuk menyingkirkan Beauty.


Di pabrik, semua orang heboh karena jumlah stok mereka beda dengan laporan. Parahnya lagi, yang salah hitung kemarin adalah Beauty. Para karyawan langsung kesal nyinyirin Beauty.

Beauty terkejut mendengarnya, dia yakin dia tidak salah hitung. Dia sudah mengeceknya secara akurat kok. Tapi tak ada yang mempercayainya. Gara-gara kesalahan Beauty, para karyawan diharuskan untuk bekerja lembur untuk menghitung dan mengecek ulang semua stok mereka.

Jelas saja para karyawan protes tak terima. Tak enak, Beauty tegas menyatakan akan bertanggung jawab dan bekerja sendiri. Seenuan tidak setuju, stok mereka terlalu banyak untuk dihitung seorang diri.

"Kita semua pernah salah hitung sebelumnya. Daripada terus komplain, lebih baik kalian kembali bekerja, sekarang!"


Seorang karyawan sebel banget sama Beauty dan terang-terangan menyindirnya. Beauty mencoba menghitung ulang, tapi hasil hitungannya sekarang dengan catatannya kemarin sama persis.

Dia langsung melaporkan keanehan itu pada Seenuan. Para karyawan lainnya juga baru selesai menghitung dan tidak mendapati ada salah. Tapi kepala departemen mereka tetap ngotot menyuruh mereka untuk menghitung lagi semuanya, hitung berapa yang rusak dan berapa yang tersisa.


Bisa diduga, si kepala departemen itu adalah orang suruhannya Pat. Sebagai balasan, Pat menyuruh Piwara untuk melaporkan kerja keras si kepala departemen pada presiden mereka. Tapi begitu si atasan pergi, Pat dengan liciknya menyuruh Piwara untuk membatalkannya.

Pat dan Kratua yang paling antusias dengan rencana licik mereka untuk membuat semua karyawan membenci Beauty. Piwara cuma geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua rekannya itu.


Tee baru saja mengakhiri rapat saat Korn datang untuk membahas Jade Garment yang telah bekerja sama dengan dua perusahaan. Tapi bagaimana jika Jade Garment juga mengundang mereka untuk bekerja sama? Apa pendapat Tee?

Tee ragu akan hal itu, Jade Garment jelas-jelas ingin menjadi musuh mereka. Tapi Korn berkata kalau Jade ingin bicara dengan Tee, apa Tee ada waktu sore ini?

Hmm... sepertinya Tee dan Korn punya rencana entah apa. Yang pasti Tee ragu untuk melakukannya sekarang dan menyarankan agar mereka mengobservasi saja dulu.


Tak lama kemudian, Tee bertemu dengan Jade yang to the point mengajak Tee untuk bekerja sama untuk memenangkan lelang.

"Maksudmu kau ingin menguasai lelang itu?" Sindir Tee

"Apa Thanabavorn takut sistem pertahanan mereka terhalangi?" Balas Jade.


Kedua pria itu sedang perang pelotot-pelototan saat Beauty mendadak menerobos masuk sambil marah-marah mengkritiki sistem kerja perusahaan ini.

Jade langsung menyapa Beauty dan mengklaim kalau dia adalah penggemar design-nya Beauty. Mereka pernah bertemu beberapa kali dalam beberapa event, tapi mungkin Beauty tidak mengingatnya.

"Dia siapa?" Bisik Beauty.

"Khun Jadecharn, pendiri Jade Garment."

"Jade Garment? Bukannya itu saingan kita?"

Jade mengklaim kalau dia ingin menjadi teman baik Thanabavorn. "Terserah kau dan Teepob mau menerima tawaranku atau tidak. Kurasa ada hal penting yang harus kalian bicarakan. Kalau begitu, sampai jumpa lain kali, Khun Lallalit."


Begitu Jade pergi, Beauty langsung ngomel-ngomel melabrak Tee. Berani sekali dia membiarkan saingan mereka masuk ke kantor mereka.

"Saingan bisnis tidak seberapa menakutkan dibanding orang dalam perusahaan yang tidak punya etika," balas Tee.

Beauty tidak terima, para karyawan sedang dibuli oleh kepala departemen. Seharusnya Tee membantu mereka.

Tee menolak, setiap departemen harus bisa menyelesaikan masalah mereka masing-masing. Jika eksekutif selalu membantu, maka para pegawai tidak akan pernah berpikir.


Jade bertemu Korn di lobi. Dia sudah menduga tidak akan berhasil, tapi dia sudah menemukan pilihan baru yang lebih menarik. Tapi dia menolak memberitahu Korn untuk saat ini. Dia perlu waktu untuk mempersiapkan diri.

Beauty baru turun ke lobi, tapi malah mendapati Korn ngobrol akrab dengan Jade. Beauty jelas semakin curiga dan menduga Jade lah orang yang bicara di telepon dengan Korn malam itu.

Dalam perjalanan pergi, Jade menelepon seseorang dan memerintahkan orang itu untuk mencari tahu tentang profilnya Beauty. (Ini orang apa sih maunya?)

 

Papanya Orn datang lebih awal ke tea party putrinya, sementara Orn masih sibuk dengan persiapan acara. Ayah langsung menggerutu tak senang saat tahu Tee belum datang hanya karena sibuk.

Orn justru senang karena Tee belum datang, jadi dia ada waktu untuk mempersiapkan segalanya dulu. Tiba-tiba seorang violinist datang memainkan musik untuk mereka. Awalnya Orn mengira itu hadiah dari papanya, tapi ternyata dia musisi sewaan Jade.

"Awalnya aku ingin aku berpikir untuk mengucap selamat dengan sebuket bunga. Tapi kupikir, tak ada seorangpun yang bisa merangkai bunga secantik kau. Jadi aku mengucap selamat untukmu dengan suara musik."

Orn sebel banget melihatnya, tapi kedua orang tuanya malah mendorongnya ke Jade dan menyuruhnya untuk menyambut tamu mereka itu. Orn mempersilahkannya duduk dengan senyum sarkastis lalu cepat-cepat pergi untuk menghubungi Tee, tapi teleponnya tidak diangkat.


Melihat Beauty tidak selera makan, Seenuan berusaha membujuknya untuk makan. Tapi para penggosip di belakang langsung menyindirnya habis-habisan. Bahkan menuduh Beauty menemui presiden untuk merayunya.

Tidak terima, Beauty langsung balas menghina salah satu penggosip itu. Si penggosip kesal dan hampir saja membuli Beauty lagi. Tapi untunglah Seenuan cepat menghentikan mereka.


Orn gelisah karena Tee masih juga belum datang padahal para tamu sudah berdatangan. Thana dan Nee datang tak lama kemudian. Nee meminta maaf untuk Tee karena tadi dia menelepon dan katanya dia tidak bisa datang karena masih sibuk dengan pekerjaan. Orn jelas kecewa mendengarnya.


Tee memanggil Beauty ke kantornya dan langsung mengkritiki sikap tidak sopan Beauty tadi siang yang menerobos masuk ke ruangannya tanpa permisi.

"Itu karena aku punya masalah mendesak! Presiden macam apa kau. Saat terjadi masalah, kau bahkan tak mau repot-repot mempedulikannya."

Bagaimana bisa Tee membiarkan para karyawan menyelesaikannya sendiri. Jika ada karyawan yang meminta Tee untuk menyelesaikan masalah, setidaknya Tee harus mendengarkannya dan bukannya mengusirnya seolah dia binatang pengganggu.

"Kalau kau ingin menjadi pemimpin, cobalah melihat dan berpikir lebih dari itu. Jangan menilai atau membuat keputusan dengan mudah."


Tee lalu menuntut Beauty untuk menyerahkan laporan kerjanya yang tak sempat dia baca siang tadi. Tapi begitu membacanya, Tee langsung mengkritiki tulisan tangannya Beauty yang jelek banget. Itu karena Beauty harus menulisnya dengan cepat tadi pagi.

"Kenapa kau tidak menulisnya di malam hari?"

"Tidak ada waktu. Malam hari aku harus..."

Beauty hampir saja keceplosan. Tee langsung sinis. Beauty pasti pesta lagi di malam hari, iya kan? Salah satu laporan cukup menarik perhatian Tee. Beauty menulis bahwa para karyawan kurang bersatu. Apa ini benar?

"Benar. Ada bos gangster, mafia dan bahkan para penjilat. Apa kau tahu kalau aku hampir ditampar dua kali?"

"Lalu apa yang kau lakukan?"

Tentu saja aku melawan balik. Beauty berjuang sampai akhir, Beauty tidak pernah membiarkan siapapun membulinya dengan mudah.

"Kau bisa melawan balik?"

"Aku cuma menjerit sekencang-kencangnya dan Bibi Seenuah akan datang membantuku."


Seenuan itu sangat baik. Dia yang paling baik hati dari semua karyawan. Memang Seenuan sering mengomeli para karyawan, tapi itu karena mereka sendiri yang salah.

"Tapi aku tidak pernah marah padanya. Bibi Seeuan itu tulus, dia yang paling manis."

Seketika itu pula Tee langsung terpesona pada Beauty. Senyum tulus Beauty itu membuatnya kembali teringat kenangan masa kecil mereka dulu.

Flashback.


Tee kecil membujuk Beauty untuk menyentuh anjing peliharaannya. Beauty takut, tapi Tee dengan lembut menuntun tangannya untuk menyentuh anjingnya sembari meyakinkannya kalau anjing ini tidak akan menggigitnya.

"Beauty mau punya anjing seperti P'Tee. Tapi ayah tidak membolehkanku."

"Nanti kalau paman mengizinkan, akan kucarikan puppy untukmu, oke?"

"Sungguh?"

"Tentu saja."

Mendengar itu, Beauty kecil langsung memeluk Tee. "Kau orang yang paling baik di seluruh dunia."

Flashback end.


Kenangan indah itu membuat senyum Tee merekah. Tapi sedetik kemudian, dia sadar lagi dan cepat-cepat menghapus senyumannya. Dengan muka datar dia mengembalikan buku-buku jurnalnya Beauty lalu berbalik pergi darinya.

Tapi Beauty melihat jam sudah hampir pukul 6. Beauty langsung panik meminta Tee untuk mengantarkannya pulang. Habisnya Tee tidak membiarkannya bawa mobil sendiri dan sekarang sudah terlalu sore untuk memanggil supir.

Tee ragu, tapi Beauty terus berusaha membujuknya dengan senyum manis. Tee akhirnya menyerah dan mengantarkannya pulang. Jam 17:50, tapi mereka malah terjebak macet di tengah jalan.


Beauty langsung heboh menyuruh Tee untuk lebih cepat. Tentu saja Tee tidak bisa melakukannya, apalagi sekarang ini waktunya orang pulang kerja, jadi wajar kalau jalanan macet.

"Tapi matahari sudah mau terbenam, lihatlah!"

"Terus kenapa?"

Tiba-tiba Beauty mulai kesakitan. Tee jadi cemas melihatnya, ada apa? Beauty makin panik meminta Tee untuk lebih cepat.

Bersambung ke episode 7

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam