Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 5 - 4

 Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 5 - 4


Prik tak buang waktu untuk mengadukan segalanya ke majikannya itu. Tapi hasilnya?... Khun Ying malah balik mengomelinya. Pfft!

Menurut Khun Ying, jelas Prik yang salah karena menghalang-halangi Kade melakukan derma. Kade itu keponakan suaminya dan Prik harus ingat posisinya yang cuma pelayan.

Kesal, Prik berbohong kalau Kade juga ngata-ngatain Khun Ying. Dia mengklaim kalau Kade menyatakan bahwa suatu hari dia akan melakukan derma sendiri setiap hari, dia tidak akan membiarkan Khun Ying melakukan derma.

 

Ayah keluar saat itu dan senang melihat istrinya kembali. Tapi kemudian Khun Ying mengeluh bahwa dia tidak suka apa yang dia dengar selama dia pergi. Ayah santai, tidak usah didengar saja, gampang kan. Prik kan suka mengadu, seperti biasanya.

"Nang Prik, tutup mulutmu. Jangan memperpanjangnya." Omel Ayah.

Prik mengiyakannya dengan takut-takut. Ayah lalu pamit. Tapi baru beberapa langkah, ia malah mendengar Khun Ying menyuruh Prik untuk bersumpah atas apa yang dia ucapkan tadi.

Ketakutan dengan tatapan tajam Ayah, Prik buru-buru pindah posisi membelakangi Ayah dan meyakinkan Khun Ying bahwa apa yang dia katakan tadi, benar adanya. Selama Khun Ying tidak ada di rumah, Kade kembali ke sikap lamanya.

Dia bahkan menuduh Kade berniat mau menggantikan posisi Khun Ying. Kade pasti akan mengusir Khun Ying dari sini jika dia punya kesempatan di masa depan nanti.

"Nang Prik!" Bentak Ayah. "Jangan buka mulutmu terlalu banyak!"


Prik mengiyakannya, tapi sedetik kemudian dia kumat lagi memfitnah Kade. Yang dibicarakan muncul saat itu juga dan langsung menyapa Khun Ying dengan senyum ceria.

Dengan sopan dia menanyakan kabar Khun Ying, tapi Khun Ying yang sudah terperdaya omongan Prik, tak mau menjawabnya. Kecewa, Kade menyimpulkan kalau Khun Ying pasti sedang marah padanya.

Prik langsung tersenyum puas penuh kemenangan. Kade melihat itu dan langsung paham, Prik pasti melaporkan sesuatu tentangnya pada Khun Ying. Tapi dia tidak mempedulikannya dan memberitahu Khun Ying bahwa dia baru saja menangkap beberapa udang.

Dia mau membuat udang bakar. "Bibi, tunggu saja untuk memakannya."

"Aku tidak mau makan!" Ketus Khun Ying. Juang buru-buru menyela mereka untuk memberitahu Pin untuk pergi ke dapur sekarang juga, Yam mungkin sudah mati sekarang. Cemas, Kade dan Pin bergegas ke dapur.


Setibanya mereka di sana, semua pelayan sontak ketakutan melihat Kade. Tapi di mana Yam? Kade mengedarkan pandangannya kesana-kemari saat tiba-tiba saja dia melihat sebuah tangan terulur ke tanah dan tampak sangat menakutkan sampai Kade berseru. "Mae Nak!!! (Hantu)"

"Nak apa, jao ka?" Pin bingung. Tangan itu terus terulur... hingga akhirnya berhasil errr... mengambil sebutir jeruk.


Heran, Kade mulai menaikkan pandangannya dan melihat si pemilik tangan... yang tak lain adalah Yam yang mukanya babak belur. Kade cemas melihatnya. "Siapa yang melakukan ini padamu?"

"Mae Prik, jao ka."

Kalau Karakade, pasti sudah dihajar tuh si Prik. Tapi Kadesurang justru meminta Yam untuk tidak dendam pada Prik... dia sudah tua soalnya. LOL!

Yam lalu menunjukkan bumbu-bumbu yang berhasil didapatkannya dengan penuh perjuangan itu dan membuat Kade terharu. Mereka lalu mulai bekerja memanggang udang-udangnya pakai bambu.

"Bibi. Aku akan membuatkan saus cocol terbaik untukmu." Tekad Kade dalam hatinya sebelum kemudian mulai bekerja membuat saus cocolannya.


Tak lama kemudian, mereka mengintip ke meja makan dan mendapati Khun Ying sedang lahap banget memakan udang yang dicocol saus pedas buatan Kade. Por Date dan Ayah sampai keheranan dan geli melihat pemandangan itu.

Malu, Khun Ying berusaha sok jaim... tapi ujung-ujungnya ia tak tahan untuk nambah porsi udangnya. Kade jelas senang dan Prik cuma bisa duduk diam di sana, menahan kesal dan kekecewaan.


Kade benar-benar puas banget pasca kejadian itu. Tiba-tiba dia kepikiran mau membuat daging babi panggang... tapi harus ada panggangannya dulu. Di mana dia bisa beli panggangan daging?

"Beli di pasar kecil, jao ka. Beli ayam dan bebek juga bisa di sana."

"Dan kalau aku ingin pergi ke sana, apa yang harus kulakukan?"

"Anda harus memberitahu Meun Thun agar ia membawa anda ke sana, jao ka."

"Ah! Oke!"


Kade langsung antusias mengintip ke depan mencari Por Date, tapi malah mendapati Por Date lagi ngobrol dengan Reung. Melihatnya membuat Kade kembali bersedih teringat Reungrit.

"Aku benar-benar merindukanmu, Reung. Bagaimana kabarmu? Apa kau seperti aku?"

Kade akhirnya duduk melamun di sana sambil terus ngoceh sendiri. "Kalau kau seperti aku, lalu di mana kau sekarang? Seandainya aku bisa, aku ingin sekali berada di era Sukhotai (era sebelum Ayutthaya), agar kau bisa mendapatkan perlindungan di luar istana dan kau akan membunyikan bel."

(Pada era Kerajaan Sukhotai, rakyat akan membunyikan bel istana jika mereka mengalami masalah)

Dia asyik aja nyerocos panjang lebar tentang bagaimana seandainya mereka hidup di era Sukhotai tanpa menyadari Por Date sebenarnya ada di sana... sedang menjulurkan telinganya sedekat mungkin dan berusaha mendengarkan semua ocehan Kade.

"Ada seseorang di sini yang sangat mirip denganmu, Reung. Tapi dia bukan kau."

Pin dan Yam akhirnya menyadari kehadiran Por Date dan buru-buru mengisyaratkannya pada Kade. Kade jelas cemas melihatnya, apa yang Por Date dengar?


"Aku mendengarkan semuanya."

Waduh!... Tapi kemudian dia mengaku kalau dia tidak mengerti omongan Kade sama sekali. Fiuh, syukurlah. Bagus kalau begitu. Kade langsung mengalihkan perhatiannya pada Reung... yang sontak saja mendapat pelototan tajam dari Por Date.

Kade menyapa Reung dengan senyum lebar dan terang-terangan mengaku kalau dia senang bertemu Reung lagi. Dia selalu memikirkan Reung setiap hari. Pfft! Por Date sontak melotot makin lebar mendengarnya.

"Kau memikirkanku?"

"Sungguh. Aku tidak tahu di mana aku harus mencarimu. Khun P' bilang bahwa dok tempat dia menurunkanmu kapan hari itu adalah rumahmu, tapi aku sudah lupa arahnya."

"Maksudmu... jika kau bisa pergi (mencariku), kau akan pergi?"

"Maksudku begitu."


Por Date sebal banget mendengarnya. Kade santai saja tanya Reung ke mana saja dengan bahasa modern seolah dia sedang bicara dengan temannya yang sudah akrab banget. Reung agak bingung, tapi dia masih bisa memahami maksudnya. Dia mengaku kalau dia ada urusan dengan Por Date.

"Tentang apa?"

"Tentang politik."

"Lalu, bukankah seharusnya kau duduk di kantormu?"

"Kantorku? Maksudmu di mana? Aku tidak mengerti."

"Itu... tempat kau duduk dan bekerja."


Masih belum mengerti maksudnya, Reung langsung berpaling ke Por Date (yang masih memicingkan mata pada mereka berdua) dan meminta Por Date untuk mengartikan bahasa anehnya Kade itu.

"Aku tidak perlu mendengarkannya. Dia memang sering bicara omong kosong seperti ini."

"Aku kan cuma ingin tahu pekerjaan apa yang kau dan Meun Reung lakukan? Di mana, dengan siapa, dan jam berapa (kalian kerja). Aku melihat kau tidak melakukan apapun dan di rumah terus setiap hari."

Tersinggung, Por Date langsung memanggil kedua pelayan pribadinya lalu minggat dari sana tanpa mengucap sepatah kata lagi.


Menjawab pertanyaan Kade, Reung menjelaskan kalau mereka berdua bekerja dengan Ork Ya Kosa. Pekerjaan mereka adalah menangani perdagangan dengan negara-negara luar.

"Lalu kantor... tempat kerja kalian di mana?"

"Di istana atau di rumah Ork Ya. Tapi kalau kami bertemu di tempat lain, kami juga bisa bekerja di sana."

"Oh, mobile office." Kade mengerti.

Memperhatikan Kade lekat-lekat, Reung merasa kalau Kade sama sekali tidak seperti yang pernah digambarkan oleh Por Date.

"Tentu saja tidak. Dia mengomeliku setiap hari. Suatu hari, aku mungkin juga akan jadi seperti itu."

Reung penasaran apakah Kade masih ingin bertemu Guru Chieprakao? Kade langsung mendekat dengan antusias, tentu saja. Bisakah Reung mau membawanya ke sana? Tapi Reung menyuruhnya untuk bilang dulu ke Por Date, baru setelah itu Reung akan menjemputnya ke sana.

"Oke." Santai Kade sambil mengulurkan tangan.

Tapi Reung tidak mengerti apa maksud uluran tangannya ini. Kade menjelaskan kalau ini adalah jabat tangan sebagai tanda janji. Dia bahkan langsung mengambil tangan Reung lalu menjabatkannya dengan tangannya sendiri. Tapi melihat wajah Reung benar-benar membuat Kade kangen Reungrit.


Reung baru pamit pulang malam harinya. Dia tampak begitu terpesona pada Kade sampai sulit melepaskan pandangannya. Kade tersenyum sangat manis saat dia memberi Reung sebuah lentera dan mendoakan Reung pulang dengan selamat.

Tapi saat dia berbalik tak lama kemudian, dia malah mendapati Por Date sedang menatapnya dengan tajam. Kade sampai canggung sendiri dibuatnya.


Tapi kemudian duo pelayan mengingatkannya tentang panggangan daging, Kade sontak antusias lari ke Por Date untuk mengutarakan keinginannya itu. Tapi Por Date lagi cemburu kuadrat dan langsung melabrak Kade.

"Wanita yang baik tidak memikirkan pria lain. Itu tidak pantas. Apa yang kalian bicarakan sampai selarut ini?"

"Pria lain? Lalu pria mana yang harus kupikirkan?"

"Tunanganmu!" Sembur Por Date. Wkwkwk!

Malu menyadari omongannya sendiri, Por Date cepat-cepat memalingkan muka, pura-pura menekuni pekerjaannya lagi. Kade geli mendengar kecemburuannya. "Aku mendengarmu."

"Baguslah."

Bersambung ke episode 6

Post a Comment

3 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam