Sinopsis Kleun Cheewit Episode 13 - 2

Sinopsis Kleun Cheewit Episode 13 - 2


Thit tetap nekat pergi ke sebuah box telepon umum di tengah jalan yang sepi dengan hanya berbekal sepucuk pistol. Tapi tentu saja tak ada siapapun di sana.

Tiba-tiba saja dia mendengar bunyi dering ponsel yang tergeletak di atas telepon umum. Saat dia mengangkatnya, dia malah mendengar suara Jee.

Jelas saja keduanya bingung mendengar suara satu sama lain. Jee mengaku kalau dia menelepon nomor ini karena ada interview, tapi sepertinya mereka memberinya nomor yang salah.

"Tidak salah. Ayah tirimu menipumu. Dia mengatur pertemuan denganku."

Jee sontak cemas mendengarnya. Thit ada di mana sekarang? Cepat balik sekarang juga!

Pada saat yang bersamaan, Jane bersama pegawainya Sitta pergi mencari Thit. Dari kejauhan, mereka melihat Thit ada di box telepon.


Tapi tepat saat itu juga, mereka melihat sebuah truk yang melaju sangat cepat ke arah Thit. Jane berusaha menyalakan klakson untuk memperingatkan Thit, tapi jaraknya masih terlalu jauh.

Jee juga mendengar suara truk itu dari seberang dan langsung cemas. Tapi Thit terlambat menyadarinya dan truk itu langsung menabrak box telepon itu.

Thit sontak ambruk tertimpa box telepon umum itu. Mendengar itu, Jee langsung pingsan seketika sampai membuat Suki cemas.

Saat dia sadar tak lama kemudian, dia langsung panik mencemaskan Thit. Dia berusaha meneleponnya lagi, tapi ponselnya tidak bisa dihubungi sama sekali.

"Bagaimana ini, P'Suki. Entah apakah terjadi sesuatu pada Khun Sathit."

Suki langsung sebal mendengarnya. Berhentilah mencemaskannya. Apapun yang terjadi pada Thit, itu urusan dia sendiri.

Tapi Jee tidak mendengarkannya dan terus berusaha menelepon Thit tanpa hasil sampai membuatnya semakin ketakutan.


Tepat saat itu juga Sitta meneleponnya. Jee jelas kesal menuntut penjelasan Sitta, apa yang Sitta lakukan pada Thit?

"Aku cuma mengirimnya ke kematian, itu saja. Kau tidur dengannya dan membawanya ke surga. Aku cuma mengubah situasi dengan mengirimnya ke neraka!"

"Kau iblis!"

"Kau dan ibumu mengkhianatiku. Kalau kau dan ibumu tidak bertobat, maka berikutnya adalah giliran kalian."


Tepat setelah Sitta menutup teleponnya, Chait menelepon Jee dan memberitahu bahwa Thit ditabrak dan kondisinya kritis sekarang dia koma, entah apakah dia akan selamat atau tidak.

Shock, Jee sontak gemetaran hebat sampai ponselnya terjatuh dan menangis pilu menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebabnya. "Dia tadi bicara padaku, kenapa dalam sekejap kejadian itu terjadi? Ini karmaku, kan? Dia balas dendam padaku dengan cara mengambil Khun Sathit."

Dao akhirnya pulang saat itu juga dan Jee langsung menangis dalam plukannya. "Dao, Khun Sathit sekarat. Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi padanya. Dia tidak boleh mati seperti ini. Dia tidak boleh mati."

 

Piak juga baru mengetahui berita itu dari berita TV, Chaiyan pun baru mendengar berita itu dan langsung menelepon Ayah Piak untuk menanyakan keadaannya.

Sementara itu di rumah sakit, tim dokter tengah berusaha keras menyelamatkan nyawa Thit. Saat Jee dan yang lain tiba di sana, Jane langsung menangis ke kakaknya. 

"Jantungnya berhenti dua kali. Dokter sedang berusaha menyelamatkan nyawanya."

Jee sontak menangis lagi mendengarnya. "Khun Sathit, kau tidak boleh mati. Jangan tinggalkan aku. Kumohon."


Khun Ying dalam perjalanan ke kantor polisi untuk menyerahkan segala bukti tentang kejahatan Sitta sambil menelepon si pegawai itu dan menyuruhnya untuk menjadi saksinya.

Tapi apa yang terjadi pada Thit membuat si pegawai terlalu ketakutan dan menolak permintaan Khun Ying. Dia mau melarikan diri, dia punya anak istri yang harus dia lindungi. Dia tidak mau mati seperti Thit.


Dokter akhirnya keluar tak lama kemudian, tapi ia memberitahu bahwa kondisi Thit masih kritis. Sekarang ini mereka hanya bisa menunggu dan melihat perkembangan kondisinya.

Pendarahannya memang sudah berhenti, tapi tulang punggungnya patah. Jika dia sadar nanti, entah apakah dia akan bisa menggerakkan t**uhnya seperti sebelumnya.

"Maksud anda, Khun Sathit mungkin tidak akan bisa berjalan saat dia sadar nanti?" Tanya Suki.

"Kondisi pasien sangat kritis. Sekarang ini kami harus memonitornya tiap jam."


Suki heran, siapa yang melakukan ini. Mendengar itu, Jane sontak emosi melabrak Jee. Jee pasti tahu kan kalau Sitta lah yang melakukan ini pada Thit.

"Aku tidak tahu apa sebenarnya rencana ibumu dengan membawakan bukti-bukti untuk P'Thit!"

Jee yang tidak tahu apa-apa jelas terkejut mendengarnya. Tapi Jane tak mempercayainya sedikitpun dan memberitahu Jee bahwa jika Sitta sampai membunuh Thit, Jane bersumpah akan melakukan segala cara untuk menghukum Sitta.


Tepat saat dia mengucap hal itu, Piak datang dan jelas marah melabrak Jee. Apa sebenarnya salah mereka hingga Jee melakukan semua ini pada keluarganya. Dulu dia membunuh Tiw dan sekarang ayah tirinya mau membunuh Thit. Kenapa Jee harus menghancurkan keluarganya?!

Jee bahkan tak tahu harus berkata apa dan hanya diam menerima semua kemarahannya dengan mata berkaca-kaca.

Kalau sampai terjadi sesuatu pada Thit, Piak bersumpah akan menghukum Jee dan ayah tirinya. "Menyingkirlah dari kakakku! Kubilang enyahlah!"


Dia sontak mendorong Jee dengan penuh amarah tepat saat Chaiyan datang dan langsung mencemaskan Jee.

Piak sakit hati dengan sikapnya. Apa Chaiyan begitu mencintai Jee sampai dia lupa kejahatan yang dilakukan Jee dan keluarganya pada mereka. Apa Chaiyan lupa kalau orang yang kritis di dalam sana adalah saudaranya?

"Cukup, Piak! Aku tidak lupa."

Chaiyan cepat-cepat menyuruh mereka untuk membawa Jee pergi dari sana. Jee setulus hati meminta maaf pada Piak karena telah menyebabkan banyak kemalangan bagi keluarga Piak.

"Tapi jangan khawatir. Siapapun yang menyakiti Khun Sathit, aku akan menghukumnya. Aku janji."


Jee lalu pergi dengan raut wajah penuh dendam sampai Dao cemas dan buru-buru mengejarnya. Dia berusaha membujuk Jee untuk pulang, tapi Jee menolak dengan alasan mau sendirian dan meminta Dao untuk tetap di sini untuk memantau kondisi Thit.

Jee lalu menelepon Khun Ying dan mengkonfrontasinya. Khun Ying membawakan bukti-bukti tentang Sitta itu sebenarnya berniat untuk membantu Thit atau berkomplot dengan Sitta untuk menyakiti Thit?

"Kau tunggu saja berita tentang Sitta ditangkap." Ujar Khun Ying.

Jee cemas mendengarnya. "Apa sebenarnya yang Ibu pikirkan? Ibu di mana sekarang? Katakan padaku."


Dia cepat-cepat keluar dari gedung rumah sakit... saat tiba-tiba saja anak-anak buahnya Sitta muncul dan langsung mendorongnya ke dalam mobil di mana Sitta sudah menunggunya di sana.

Sitta langsung merebut ponselnya dan mengancam Khun Ying untuk membawakan semua bukti-bukti yang dia miliki kalau dia tidak mau putrinya mati.

"Jangan dengarkan dia, Bu. Berikan bukti-buktinya ke polisi! Lepasin!"

Sitta sontak memutus sambungan teleponnya yang jelas saja membuat Khun Ying semakian cemas. "Sitta! Hari ini entah kau atau aku yang akan mati!"

 

Dao dan Chaiyan pun cemas setengah mati karena tak bisa menemukan Jee di mana-mana. Bahkan ponselnya pun tak bisa dihubungi.


Sitta melempar Jee ke ranjangnya dan mencoba memper**sanya. Saat Jee terus berusaha melawannya, Sitta sontak melemparnya ke lantai.

"Tunggu ibumu datang membawakan bukti-bukti itu. Sementara itu... kita bisa bernegosiasi tentang bagaimana kau akan menjadi gundikku."

"Ibuku tidak akan pernah membawakan bukti-bukti itu padamu. Bagi ibuku, hidupku tidak begitu berharga."

Tapi tiba-tiba mereka mendengar suara klakson mobilnya Khun Ying yang baru tiba.

"Lihatlah, ibumu datang membawakan bukti. Kita lihat saja apakah hidupmu berharga bagi ibumu? Tapi sayangnya, sudah terlambat."

Jee sontak ganas menyerang Sitta. "Jangan coba-coba melakukan apapun pada ibuku! Bahkan sekalipun kau bisa lepas dari penjara, tapi kau tidak akan bisa lepas dari kematian!"

Kesal, Sitta sontak mencekik Jee kuat-kuat. "Sebelum aku mati, akan ada lebih banyak orang yang mati sebelum aku seperti ibumu dan pengacara itu."

Jee terus berusaha melawan. Dia berhasil keluar kamar sambil memanggil-manggil ibunya. Tapi Sitta dengan cepat menangakapnya dan memasukkannya kembali ke kamar.


Khun Ying yang mendengar suara teriakannya, berusaha bergegas naik. Tapi si pelayan menangkapnya dan berusaha menghalangi Khun Ying.

Jadilah kedua wanita itu berkelahi dengan sengit, sementara Jee berusaha keras untuk melepaskan diri dari cengkeraman Sitta.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

4 Comments

  1. Di lanjut truz mb... Jg lma2 update terbarunya

    ReplyDelete
  2. Hadeeuuhh gk sabar dng kelanjutannya...semangaatt min

    ReplyDelete
  3. 🖤🖤🖤 hebat update nya cepat. Membacanya jd senang.

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah sekali buka dpt 3part.. senangnya... terimaksih mba

    ReplyDelete

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam