Sinopsis How, Boss Wants to Marry Me Episode 19 - 2
"Hal yang kedua adalah perusahaan akan mengadakan rapat dewan direksi minggu depan untuk membuat Bos dipecat dari posisi CEO. Chu Yan tadi menelepon saya dan menginformasikan bahwa seseorang sedang membeli saham-saham perusahaan Ling belakangan ini. Saya khawatir kalau mereka sudah dipaksa untuk bergabung dengan orang itu."
"Apa? Jadi maksudmu, ada seseorang yang sengaja mengambil keuntungan saat Yi Zhou sedang koma untuk merebut perusahaan Ling?"
"Benar."
Xia Lin lalu memanggil Ibu (yang belakangan ini tak pernah terlihat) untuk datang ke rumahnya dan bertanya sesuatu. Tapi Xia Lin agak ragu mengutarakan pertanyaannya.
Ibu bisa menduga kalau Xia Lin pasti mau tanya kenapa dia tidak mengunjungi Yi Zhou belakangan ini. Ibu tanya balik tentang rapat dewan direksi yang akan diadakan minggu depan, apa Xia Lin sudah mengetahuinya?
"Saya mendengarnya dari Wen Li."
Ibu memberitahu Xia Lin bahwa sejak berita tentang Yi Zhou koma tersebar luas, saham perusahaan Ling mulai anjlok dan perusahaan sekarang dalam keadaan kacau.
Ada seseorang yang sedang memanfaatkan kesempatan ini untuk mengambil alih kekuasaan. Ibu tidak boleh membiarkan hasil kerja keras Yi Zhou dan ayahnya diambil alih oleh orang lain.
Makanya belakangan ini, ibu sibuk menghubungi para dewan direksi dan mencoba mendapatkan dukungan untuk Yi Zhou.
"Oh, begitu. Lalu apa sudah ada hasil?"
Ibu mengaku belum. Dia kelamaan berada di luar negeri, jadi cukup sulit baginya untuk meyakinkan orang-orang itu.
"Kalau begitu, apa ada sesuatu yang bisa kubantu?"
Ibu mengiyakannya, dia membutuhkan daftar nama para pemegang saham perusahaan Ling. Dengan begitu, dia akan bisa memenangkan lebih banyak orang dari dewan direksi dan meningkatkan kesempatan mereka untuk menang.
Ibu tidak bisa menemukan daftar itu di perusahaan. Makanya, mungkin saja Yi Zhou menyimpannya di rumah. Mungkin saja, Xia Lin akan mencoba mencarinya dulu. Tapi dia tidak tahu daftar itu seperti apa, jadi bagaimana kalau Ibu ikut dengannya.
Mereka pun mencoba mencari di ruang kerjanya Yi Zhou, tapi tetap saja tak menemukannya di mana pun. Ibu ngotot menyuruh Xia Lin untuk terus mencari, Yi Zhou pasti menyimpan dokumen itu di tempat yang aman.
Oh, Xia Lin ingat. Kalau begitu, Ibu tunggu di sini saja, Xia Lin akan mencoba mencarinya di brangkas. Xia Lin pun pergi, sementara Ibu melihat-lihat tempat itu... hingga perhatiannya tertuju pada robot mainan yang sama persis dengan robot mainan yang pernah dia hadiahkan pada Yi Zhou dulu.
Xia Lin kembali saat itu dan mengaku kalau dia tidak menemukannya di brangkas juga. Yah sudah kalau begitu, Ibu akan berusaha pakai cara lain saja.
Xia Lin usul untuk menelepon Wen Li saja, mungkin saja Wen Li tahu. Tapi Ibu malah menolak dan beralih topik menyuruh Xia Lin untuk fokus menjaga kesehatannya dulu. Biarkan Ibu yang menangani segalanya, nanti Ibu sendiri saja yang menghubungi Wen Li.
Dia lalu mengalihkan topik ke robot mainan itu, Ibu tak menyangka kalau Yi Zhou masih bermain dengan mainan seperti ini. Xia Lin mengaku kalau dia yang membelikan ini untuk Yi Zhou.
"Apa anda tidak merasa ini familier?"
"Aku tidak tahu mainan semacam ini." (Hah? Dia ga inget hadiah yang dia kasih untuk anaknya sendiri?)
Tapi Xia Lin tidak tampak kaget karena ternyata dia memang sudah mencurigai Ibu.
Dalam flashback, ternyata Wen Li memberitahunya bahwa orang yang sedang berusaha membeli semua saham perusahaan Ling dan mengambil alih kekuasaan adalah ibunya Yi Zhou. (Wah, pengkhianat. Ibu macam apa dia?!)
Saat itulah Xia Lin baru sadar, beberapa hari ini dia memang tidak melihat Ibu. Wen Li merasa gerak-gerik Ibu memang mencurigakan.
Flashback end.
Tapi dia sengaja diam saja dan tidak mengonfrontasi Ibu. Dia bahkan pura-pura mengucap terima kasih atas semua yang Ibu lakukan. Dengan segala hal yang terjadi belakangan ini, pastia sangat sulit bagi Ibu karena harus terjebak di antara keluarga Ling dan keluarga Nan.
"Untuk apa berterima kasih. Bagaimanapun, akulah sumber semua masalah ini. Nan Jin Tian juga yang menyebabkan situasi jadi seperti sekarang ini. Ayahnya meneleponku dan menyuruhku untuk melakukan yang terbaik untuk memperbaiki situasi."
Xia Lin pura-pura percaya saja lalu mengajak Ibu kembali ke ruang tamu agar mereka bisa pergi bersama ke rumah sakit.
Beberapa hari berlalu hingga akhirnya tibalah saatnya rapat dewan direksi digelar. Xia Lin datang bersama Wen Li dan Ibu datang bersama para kroninya.
Dia bahkan sudah tidak ragu lagi untuk menunjukkan taringnya dengan berkata kalau Xia Lin seharusnya tidak perlu datang (untuk voting mewakili Yi Zhou), serahkan saja segalanya pada mereka.
"Bibi, aku tahu kalau Bibi sudah menjamin kemenangan. Tapi aku adalah istrinya Ling Yi Zhou. Aku juga ingin melakukan sesuatu untuk perusahaan Ling."
Xia Lin langsung masuk duluan ke ruang rapat. Ibu nyinyir. Bahkan sekalipun Xia Lin sudah tahu sekarang, sudah terlambat, dia pasti akan kalah.
Semua orang sudah mulai berkumpul di ruang rapat, tapi masih ada dua kursi yang kosong. Ibu dan Xia Lin saling berhadapan dengan sengit.
Tapi kemudian muncullah Chu Yan dan dia langsung duduk di sebelahnya Xia Lin. Ibu tercengang melihatnya, sedang apa Chu Yan di sini? Ke mana ayahnya?
"Si pak tua itu sedang kurang enak badan, jadi dia menyuruhku datang untuk voting mewakilinya. Bibi, bukankah kita akan mem-voting hal yang sama? Jadi tidak masalah aku ataupun si pak tua yang datang, iya kan?"
Dalam flashback, salah satu pemegang saham yang Ibu dekati ternyata ayahnya Yi Zhou. Jadi karena itulah ayahnya Chu Yan bisa mengetahui tentang kelicikan ibunya Yi Zhou.
Tapi yang tidak Ibu ketahui, Xia Lin dan Wen Li sebenarnya selama beberapa hari ini juga sibuk bukan main untuk mendekati dan membujuk para pemegang saham lainnya untuk memihak mereka.
Nenek yang terakhir datang untuk memimpin rapat, maka voting pun dimulai saat itu juga... dan pihak Yi Zhou menang. Hahaha!
Usai rapat, kedua wanita itu bicara berdua dan Xia Lin menuntut apa alasan Ibu melakukan hal ini?
"Dunia bisnis adalah medan perang. Bisnis dan masalah pribadi adalah dua hal yang berbeda. Jadi kenapa tidak?"
"Tak peduli seberapa kejamnya dunia bisnis, seharusnya ada rasa simpati bagi keluarga sedarah. Aku mungkin bisa menerimanya jika itu orang lain, tapi tega sekali anda."
Ah Nan membalas dendam pada Yi Zhou karena kesalahan yang dibuat Ibu di masa lalu dan Yi Zhou sekarang harus menerima hukuman atas dosa masa lalu Ibu. Jadi bukankah Ibu seharusnya memberinya penjelasan yang logis?
"Karena aku mencintai ayahnya Nan Jin Tian."
Xia Lin tak percaya mendengarnya. Hanya karena itu dia tega menyakiti semua orang? Wah, cintanya Ibu sungguh agung dan sangat egois.
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Anda memang berakting dengan sangat baik, tapi kemudian anda membuat kesalahan fatal."
Saat Xia Lin tanya apakah Ibu mengingat robot mainan itu, Ibu malah bilang kalau dia tidak ingat. Robot mainan itu adalah hadiah perpisahan sekaligus hadiah satu-satunya yang pernah Ibu berikan pada Yi Zhou.
Sebagai seorang ibu, bagaimana bisa dia lupa? Dari situlah Xia Lin mencurigainya. Karena hal itu jelas membuktikan bahwa Ibu sebenarnya tidak pernah peduli dengan Yi Zhou.
Ibu juga tidak pernah menanyakan tentang daftar para pemegang saham itu ke Wen Li, kan? Itu karena Ibu sadar bahwa jika Wen Li tahu, maka Wen Li pasti akan mencurigai Ibu.
"Tapi jangan khawatir. Aku sudah membantumu menanyakannya padanya."
Flashback.
Suatu malam, Xia Lin, Wen Li, Chu Yan dan Fei Fei, berkumpul bersama untuk mendiskusikan masalah ini. Wen Li mengonfirmasi bahwa semua ini adalah permainan kotornya perusahaan Nan.
Perausahaan-perusahaan yang membeli saham-saham itu, punya hubungan dekat dengan perusahaan Nan. Setelah perusahaan-perusahaan itu membeli saham-saham perusahaan Ling, perusahaan Nan kemudian akan membeli semua saham-saham itu dengan harga rendah. Dengan begitu, perusahaan Nan akan punya hak untuk voting di rapat dewan direksi nanti.
Setahu Chu Yan, dulu ayahnya Yi Zhou menyerang perusahaan Nan, makanya sebagian besar bisnis keluarga Nan dialihkan ke luar negeri. Jadi sekarang dia pasti memanfaatkan kesempatan ini untuk bisa kembali sekaligus balas dendam.
Tapi Chu Yan tidak mengerti, bukankah si tua Ling adalah pemegang saham terbesar? Tapi Wen Li berkata kalau itu dulu, Ibu juga memiliki saham di perusahaan Ling. Jika semua saham yang dibelinya belakangan ini dijumlahkan, maka kemungkinan Ibu memiliki 15% saham sekarang.
Ditambah lagi dengan kedekatan hubungannya dengan para dewan direksi belakangan ini, kemungkinan jumlah saham yang dia kuasai sekarang lebih dari 35%. Sedangkan gabungan Yi Zhou dan Xia Lin hanya sekitar 29,7%.
"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" Cemas Xia Lin.
Maka kemudian, Wen Li menyerahkan daftar para pemegang saham yang dititipkan Yi Zhou padanya. Yang harus mereka lakukan sekarang adalah secepatnya mencari para pemegang saham kecil hingga menengah.
Mereka harus berusaha meyakinkan orang-orang itu untuk bergabung ke pihak mereka. Dengan begitu, mereka akan bisa menjadi wakil orang-orang itu dalam melakukan voting.
Wen Li yakin kalau Ibunya Yi Zhou meminta daftar ini dari Xia Lin untuk melakukan hal yang sama.
Flashback end.
Bersambung ke part 3
3 Comments
Ternyata ibu jahatbanget sama anak sendiri, udah buat masalah, ternyata licik banget.
ReplyDeleteHuft...
Segera sadar tua ling.
Lanjuuut mba...
Kejam...Lanjut......semangat!!!!
ReplyDeleteWahgelasehhh ini mencoreng martabat seorang ibu
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam