Sinopsis Kleun Cheewit Episode 6 - 1

Sinopsis Kleun Cheewit Episode 6 - 1


Ayah Piak dan Chaiyan sedang interview saat Thit masuk. Piak langsung meninggalkan tamunya begitu melihat Thit. 

Mendengar dia diundang Ayah, Piak bisa menduga kalau Ayah sengaja mengundang Thit pasti karena Ayah takut dia akan shock setengah mati jika dia melihat Jee nanti. Baru juga dibicarakan, Piak melihat Jee muncul saat itu.

"Tapi jangan khawatir. Aku sudah mempersiapkan diri dengan sangat baik." Bisik Piak. "Akan kubuat orang lain yang jauh lebih cakap untuk melakukannya."


Piak lalu mengucap selamat dengan senyum licik yang jelas-jelas sangat mencurigakan bagi Jee. Piak mengucap selamat atas apa?

"Selamat karena stasiun TV menjadikanmu sebagai nang'ek untuk lakorn baru."

Suki kaget mendengarnya, "Khun Piak sudah tahu?"

"Dan kenapa aku tidak tahu? Atau ada seseorang yang melarangmu untuk memberitahuku?"

Oh tidak. Suki beralasan kalau dia hanya mengira kalau masalah ini akan dirahasiakan sampai mereka mendapatkan pemeran utama kedua dan menyelenggarakan press conference.

"Oh! Kurasa Paman Gorkiet sudah mendapatkan nang'ek keduanya. Makanya dia akan mengadakan press conference hari ini."

"Apa? Press coference-nya hari ini?"

 

Khun Gorkiet pun memulai acara dengan mengucap selamat untuk semua kru dan artis atas kesuksesan lakorn mereka. Ia lalu mengumumkan bahwa Jee akan membintangi lakorn terbaru mereka yang berjudul 'Envious Love'.


Sementara Jee naik ke panggung, Chaiyan penasaran apakah Piak mengatakan sesuatu pada Thit. Thit heran, apa Chaiyan tidak percaya kalau Piak bisa berubah?

"Kau tahu sendiri jawabannya."

"Yang kutahu, adikku bukan anjing gila yang berkeliaran menggigit orang tanpa alasan."

Jika Chaiyan dan Jee tidak ada apa-apa seperti klaimnya selama ini, maka Piak tidak akan melakukan apapun pada Jee.


Khun Gorkiet lalu mengumumkan kejutannya. Nang'ek kedua dalam lakorn terbaru ini, tak lain tak bukan, adalah Pim. Semua orang jelas kaget mendengarnya, kecuali Piak.

Pim muncul saat itu juga dan langsung menuju panggung di sisi Jee, dan Managernya Pim langsung nyinyir ke Suki. "Kalau kau belum mendengarnya dengan jelas, biar kuulang. Lakorn terbaru ini bukan cuma puya Khun Piak sebagai produser, tapi juga punya Nong Pim untuk membantu menampar... err... membantu memperjuangkannya bersama Nong Jee juga."

Sementara para wartawan heboh memotreti mereka, kedua nang'ek malah saling berbisik nyinyir.

"Akhirnya kita bertemu. Acara ini pasti akan sangat menarik. Bukankah begitu, Nong Jee?"

"Benar. Aku sangat senang mendapat kesempatan untuk meningkatkan bakatku. Karena kudengar kau sangat pintar bermain lakorn."


Salah seorang wartawan penasaran. Katanya mereka berdua punya masalah, apa itu akan berefek pada lakorn mereka nantinya?

Sambil merngkul Jee dan menampilkan senyum palsunya, Pim berbohong menyangkalnya, itu cuma gosip kok. Dia justru sangat mengagumi bakatnya Jee. Iya, kan, Jee?

Jee langsung balas nyengir palsu. "Karena semua orang kan tahu bagaimana kepribadiannya P'Pim itu seperti apa?"

"Kemarin kau mungkin mengalahkanku. Tapi mulai hari ini, kau tidak akan pernah lebih tinggi dariku."

"Mainkan saja lakorn-nya dengan baik dan jangan mengungkap jati dirimu yang sebenarnya."


Seorang wartawan lalu meminta Piak ikut foto bersama kedua nang'ek dan Pim sengaja mendorong Jee ke sisi Piak. Chaiyan benar-benar cemas melihat ketiga wanita itu.


Usai foto-foto, Pim dan Managernya bersulang dan Suki sengaja menyenggol si Manager sambil nyinyir. "Anj*ng selalu punya jalan untuk menyelamatkan hidup mereka."

Tapi mereka salah dengan berpikir untuk bekerja sama dengan Jee. Pim sinis, sebaiknya Suki jangan terlalu percaya diri. Jika dia tidak cakap, dia tidak mungkin berdiri di sini.

Baiklah. Tapi Suki memperingatkannya untuk bermain bersih. "Jika kau berani bermain kotor dengan Jee, bahkan sekalipun cuma sedikit, akan kubuat kau tahu bagaimana rasanya tidak punya tempat untuk berdiri!"

Pim cuma diam, tapi begitu Suki pergi, dia bersumpah akan melakukan segala cara untuk membuat Jee tak punya tempat untuk berdiri. Bahkan sekalipun dengan cara yang jauh lebih kotor.


Setelah acara itu selesai, Chaiyan bergegas keluar menyusul Jee. Dia beneran mencemaskan Jee, tapi Jee menjawabnya dengan nada rada sinis yang jelas saja membuat Chaiyan kesal dan langsung gemas menjitak kepala Jee. Tanpa mereka sadari, Thit melihat mereka dari belakang .

"Tidak usah mengkhawatirkanku. Khawatirkan saja dirimu sendiri. Kau harus menyutradarai lakorn untuk dua anjing gila. Apa kau bisa bertahan?"

"Memikirkannya saja sudah melelahkan."

Jee santai merngkul Chaiyan sambil berjanji kalau dia tidak akan menggila biarpun yang orang satunya itu menggila. Thit jelas kesal dan langsung menyindir mereka.


"Kalau kau mau pel*k-pel*kan seperti ini, kenapa tidak buka kamar saja? Apa kalian tahu apa bedanya manusia dengan binatang? Manusia punya hati nurani dan tidak akan tidur dengan sembarang orang."

"Hentikan, Thit!"

"Kaulah yang harus berhenti! Istrimu di dalam, tapi kau malah mem*luk... mem*luk wanita ini? Kalau kau tidak peduli dengan istrimu, setidaknya pedulikan pikiran orang lain. Jangan biarkan kegilaan membutakanmu."

"Cukup, Thit!"


Seperti biasanya, alih-alih menjelaskan, Jee lebih suka memprovokasi Thit dengan menggenggam tangan Chaiyan sok mesra.

"Khun Sathit benar. Kita harus punya hati nurani dan melakukan segalanya secara terbuka. Tapi dia sudah tahu kalau kita bertemu diam-diam hari ini, jadi lain kali kita harus bertemu diam-diam."


Thit jelas tambah emosi dibuatnya. Dia rasa Chaiyan tidak akan bisa memuaskan Jee. Wanita yang suka berhubungan dengan sembarang orang seperti Jee, seharusnya mencari pria yang sama sepertinya.

Chaiyan tidak terima hinaan Thit. Tapi Jee cepat menghentikannya dan sinis berterima kasih atas kata-kata Thit barusan.

"Tapi seseorang seperti Jeerawat yang tidak pernah mencuri apapun dari siapapun atau merusak rumah tangga orang lain, ini tidak memuaskan!"

Thit langsung kesal mau mengejar Jee, tapi Chaiyan cepat mencegahnya. Thit memperingatkan Chaiyan agar jangan sampai dia melihat Chaiyan bersama wanita itu lagi. Jika tidak, dia tidak akan menunggu masalah ini sampai ke Piak. Dia sendiri yang akan menangani Jee.


Jee menelepon Suki dan pamit pulang duluan. Baru saja dia bisa tenang, Khun Ying mendadak muncul memanggilnya. Jee langsung sinis, di mana kameranya? Biar dia bisa berakting memainkan peran ibu dan anak yang saling menyayangi.

"Aku datang bukan untuk mendengar nyinyiranmu, tapi untuk memberitahumu untuk mengosongkan jadwalmu hari sabutu nanti. Karena kau harus makan malam dengan anak temanku."

Khun Ying tidak akan membiarkan Jee berkeliaran terus seperti ini. Bisa-bisa dia akan merebut suami semua orang. Kesal, Jee langsung balas memprovokasi Khun Ying.


"Apakah suami semua orang itu termasuk suamimu, Bu? Seharusnya Ibu senang aku menginginkan Thun, karena Ibu semakin tua sekarang dan sebentar lagi dia akan bosan. Jika aku yang menggantikan Ibu, maka Ibu masih bisa memiliki tahta Ibu. Sedang aku, aku hanya menginginkan uang dan bersenang-senang. Itu saja."

"Kau kira aku akan membiarkanmu terlibat dengan Thun?"

"Percuma berdebat, Bu. Pada akhirnya, si prialah yang akan memilih."

"Bahkan suamiku pun mau kau rebut? Dari mana kau mendapatkan sikap jadi pelakor begini?"

"Bu, bercerminlah dan kau akan tahu dari mana aku mendapatkannya."

PLAK! Khun Ying sontak menampar Jee. Yah, dia memang wanita murahan dan rendahan yang tidur dengam sembarang pria. Tapi semua itu dia lakukan demi mendapatkan uang untuk membesarkan Jee.

Kalau Jee tidak mau menghormatinya, setidaknya hargailah niat baiknya. Sekali lagi Khun Ying memperingatkan, jangan pernah terlibat dengan Sitta. Dia tidak akan mengampuni Jee jika Jee berani menghancurkan segala hal yang dimilikinya, tak peduli biarpun Jee adalah putrinya sendiri.


Tanpa mereka sadari, Thit ada di belakang mereka dan diam-diam merekam percakapan mereka sedari tadi. Begitu Khun Ying pergi, Thit akhirnya keluar dari persembunyiannya.

"Bagaimana? Apa kau mau kuhibur?" Sinis Thit sambil menggoyang-goyang ponselnya lalu masuk ke lift.


Jee bingung awalnya. Tapi saat melihat Thit memainkan ponselnya, seketika itu pula dia langsung mengerti dan cepat-cepat mengejar Thit. Tapi terlambat, lift-nya sudah keburu menutup.

Panik, Jee langsung naik tangga sampai berhasil mengejar Thit di parkiran dan menuntut apa yang Thit dengar tadi.

"Dan kau ingin aku mendengarkan apa?"

"Aku tanya, apa yang kau dengar tadi?"

"Hmm... aku dengar..."

"APA?!"

"Aku dengar ibumu mau menjodohkanmu, tapi kau tidak mau karena kau menginginkan bapak tirimu."


Thit langsung masuk mobil sebelum Jee sempat mengatakan apapun lagi. Tapi Jee langsung mencegatnya dan terus menuntut Thit keluar sampai akhirnya Thit menurutinya.

"Kau boleh melakukan kegilaan apapun, tapi jangan libatkan ibuku!"

Thit sinis mendengarnya. Kenapa? Jee sendiri kan yang mengajarinya saat dia membuat Nenek Jan menghilang dari hidup Jee. Jee bilang kalau dia bodoh karena tidak mengekspos rahasianya.

Tapi sekarang dia punya satu rahasianya Jee. Dia tidak akan kehilangan kesempatan ini, apalagi membiarkan Jee menghinanya bodoh lagi. Thit lalu menunjukkan rekamannya yang kontan membuat Jee makin cemas.


"Kalau kau ingin menyakitiku maka gunakan cara yang bersih, jangan gunakan cara kotor seperti ini. Karena jika kau melakukannya, berarti kau merendahkan dirimu sendiri. Jauh lebih rendah daripada orang yang kau hina."

Tapi Thit tidak peduli. Jika itu bisa mendorong Jee ke jurang, dia rela jadi rendahan. Jee sontak merebut ponselnya Thit dan jadilah mereka otot-ototan saling memperebutkan ponsel itu dengan sengit sampai saat keduanya saling menyadari kedekatan satu sama lain dan jadi canggung karenanya.


Thit berhasil merebut kembali ponselnya dengan cepat dan memperingatkan Jee untuk berhenti. "Kau hanya bisa merampokku sekali, malam itu saat kau menabrak Tiw dan merampas segalanya dariku. Dan mulai sekarang kau akan tahu bahwa tak ada yang lebih menakutkan daripada orang yang sangat membencimu. Dan sekarang, orang itu mengetahui rahasiamu."

Thit langsung pergi dari sana. Tapi ucapan Jee tadi sebenarnya cukup mempengaruhinya dan sekarang dia jadi galau dengan rekaman itu. Jee pun galau memikirkan ancaman Thit.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

  1. Makasih min updatenya cpet...nggak nunggu lama...lanjuutt...senangaatt

    ReplyDelete

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam