Sinopsis The Eternal Love Season 2 Episode 4 - 2

 Sinopsis The Eternal Love Season 2 Episode 4 - 2

Pelayannya Selir Dugu kontan memuji-muji majikannya itu. Sekarang Yi Huai sudah kehilangan kekuasaannya dan Kaisar sudah berada di bawah kendali Bubuk Pengendali Jiwa.

 

Begitu mereka melemahkan kekuasaan Lian Cheng, maka negeri ini akan berada dalam kesulitan. Dan saat itu terjadi, mereka akan punya kesempatan sempurna untuk mendirikan kembali kerajaan mereka.

Ternyata Selir Dugu ini berasal dari Kerajaan Yu yang dulunya dihancurkan oleh Mo Yi Feng (Kakeknya Lian Cheng yang wajahnya mirip Yi Huai dan berambut putih itu loh). Makanya dia dendam kesumat dan bertekad untuk membalaskan dendam negara dan keluarganya dengan cara menghancurkan Dong Yue.


Jing Xuan terheran-heran mendapati Lian Cheng sedang asyik main catur saat suasana sedang kacau begini. Kaisar hendak menunjuk Putra Mahkota, makanya semua politikus sedang heboh bersiasat.

Sejak Yi Huai dikurung di kediamannya, Selir Dugu membuat banyak masalah di istana. Mereka harus meningkatkan kewaspadaan mereka terhadap musuh-musuh mereka.

Yu Huo baru ingat. Kabarnya Ahli strategi Liu Shang mau datang. Jing Xuan senang mendengarnya, Ahli Strategi Liu Shang itu orang yang sangat hebat. Kabarnya dia bisa melindungi sebuah negara hanya dengan satu strategi.

Tapi dia orang yang misterius. Hanya sedikit orang yang pernah benar-benar melihat wajahnya. Jika mereka bisa mendapatkan bantuannya, maka mereka akan takkan terkalahkan.

Lian Cheng tersenyum senang mendengarnya, "sepertinya catur ini harus segera diselesaikan."


Yi Huai tengah memandangi lukisan Tan Er saat pengawalnya datang dan melapor bahwa Tan Er memang bunuh diri dengan melompat ke danau, tapi dia selamat dan sekarang dia baik-baik saja.

"Siapa dalang dibalik semua ini? Kalau aku menemukan dalangnya, akan kuhancurkan dia sampai berkeping-keping!" Geram Yi Huai.


Xiao Tan mendapati Lian Cheng sedang sibuk membaca buku. Bertekad mendapatkan jalan pulang ke dunia asalnya, Xiao Tan berpikir kalau dia harus merayu Lian Cheng. Ucapkan saja kata-kata gombal dan memalukan.

Maka dengan sengaja dia mengendap ke belakang Lian Cheng lalu menutup kedua mata Lian Cheng sambil ngegombal.

"Mo Lian Cheng, sebenarnya waktu kau terluka demi menyelamatkanku waktu itu, aku sudah mulai suka padamu. Dan lagi, kau punya tubh s*ksi, suara rendah yang menggoda, dan juga harta yang melimpah. Sebenarnya, kau sudah menaklukkan hatiku. Hanya saja, aku tidak mengerti cerita yang kau ceritakan padaku setelahnya. Tapi, kita bisa mencoba menjalin cinta. Perasaan bisa tumbuh pelan-pelan."


Lian Cheng sontak melepaskannya dengan marah. "Sudah beberapa kali kau bersikap tidak sopan padaku! Apa kau tahu kesalahan yang kau lakukan?!"

"Mo Lian Cheng! Kau itu pria, bisa tidak kau berhenti bersikap picik? Kita berdua sama-sama di tempat s*alan ini, untuk apa pura-pura? Karena kita berada dalam satu perahu yang sama, kita harus sama-sama memikirkaan jalan untuk kembali!"

Atau jangan-jangan Lin Cheng tidak mau melepaskan posisinya sebagai pangeran? Apa juga bagusnya jadi pangeran? Yang dia lakukan cuma membaca petisi-petisi dan mendiskusikan berbagai hal dengan para pejabat tua.


"Kau kelihatan tua sekarang!" Kata Xiao Tan sambil nunjuk muka Lian Cheng.

Kepala Pelayan Zhong mendadak muncul dengan panik memperingatkan Xiao Tan untuk menurunkan jarinya. Jangan nunjuk ke Pangeran!

Kepala Pelayan Zhong meyakinkan Lian Cheng kalau dia akan menghukum berat si pengawas wanita yang tidak tahu tata krama ini. Karena itulah, dia memerintahkan Xiao Tan untuk berlutut 6 jam.

Shock, Xiao Tan sontak protes sambil nunjuk-nunjuk Lian Cheng lagi yang jelas saja membuat Kepala Pelayan Zhong makin panik dan bergegas menyeret Xiao Tan pergi dari sana sambil menambah hukumannya: Berlutut 12 jam! (Beuh! Jadi apa tuh kaki habis berlutut 12 jam?)

Lian Cheng tak habis pikir, "sepertinya dia benar-benar sudah gila."


Hukuman Xiao Tan akhirnya selesai tengah malam, untung saja dia cukup cerdas dengan melindungi lututnya pakai bantalan. Tapi tetap saja kakinya pegal dan meminta Jing Xin untuk memijatnya.

Dia benar-benar penasaran dengan Pangeran ke-8 itu, apa dia benar-benar Mo Lian Cheng? Tapi kalau iya, kenapa Lian Cheng tidak mengakuinya? Padahal dia sudah berusaha menggunakan segala cara untuk merayunya.

"Apa mungkin aku salah orang? Tapi apa mungkin dia orang lain padahal mukanya dan namanya sama persis? Tidak bisa, aku harus mencari kesempatan untuk mengetesnya."


Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Saat Jing Xin membukanya, tak ada siapapun di luar, tapi orang itu meninggalkan sebuah kotak yang didalamnya berisi bantalan lutut dan sebuah pesan yang bernada cemburu: Benda ini akan sangat berguna untukmu. Mulai sekarang, jangan merayu orang asing lagi. (Lian Cheng modern kah yang ngirim?)

"Sejak aku datang ke Dong Yue ini, aku selalu mengalami hal-hal yang aneh." Heran Xiao Tan.


Keesokan harinya, Jing Xuan mendapati Xiao Tan sedang menyapu dan langsung sok akrab soalnya dia merasa mereka sepertinya pernah bertemu sebelumnya.

Tapi Xiao Tan langsung sinis, mengira Jing Xuan cuma sedang berusaha merayunya pakai kalimat basi. Kreatif dikit dong!

Jing Xin datang tak lama kemudian dan memberitahu Xiao Tan kalau Pangeran ke-8 sedang bersiap untuk keluar, sepertinya dia akan kembali larut malam. Tapi malam ini, adalah giliran Jing Xin melayani Pangeran di kamar mandi.

"Jing Xin, aku akan menggantikanmu." Ucap Xiao Tan penuh semangat lalu pergi untuk bersiap-siap.


Setelah Xiao Tan pergi, Jing Xuan mengalihkan perhatiannya ke Jing Xin dan mengajaknya kenalan. Jing Xin memperkenalkan dirinya dengan gugup.

Jing Xuan mengaku kalau dia ingin tanya-tanya tentang Nonanya Jing Xin itu. Menurutnya Xiao Tan itu menarik, hanya saja dia tidak begitu memahami bahasanya Xiao Tan.

"Sejujurnya saya juga kurang mengerti. Sejak Nona mencoba bunuh diri, kepribadiannya banyak berubah dan sering mengatakan hal-hal aneh. Misalnya go die. Apa Pangeran tahu apa artinya?"

"Guo dai? Kurasa itu artinya tali anjing (guo dai)."

"Salah. Go die adalah bahasa dari dunia lain yang artinya semoga kau bahagia. Misalnya, semoga kau guo dai. Artinya semoga kau bahagia." (Wkwkwk! Jing Xin, Jing Xin. Masih aja suka ngasal mengartikan bahasa)

"Kalau begitu, kudoakan kau guo dai."

"Terima kasih, Pangeran ke-14. Kuharap anda juga guo dai." (Hahaha!)


Malam harinya, Xiao Tan mengendap masuk ke kamarnya Lian Cheng tepat saat Lian Cheng sedang berdiri membelakanginya dan mulai mencopot baju luarnya. Kesempatan yang sempurna, semoga Lian Cheng lekas mencopot semua bajunya biar Xiao Tan bisa mengonfirmasi identitasnya (melalui tato di dada Lian Cheng).

Kalau dipikir-pikir sebenarnya pekerjaan ini ada bagusnya juga. Selain mendapatkan kesejahteraan buruh, dia juga bisa menikmati tubuh s*ksi Lian Cheng secara gratis.

Tapi kemudian Lian Cheng berbalik dan melihat Xiao Tan. Terpaksalah Xiao Tan harus keluar dari persembunyiannya, dia datang untuk melayani Lian Cheng mandi.

Lian Cheng cuma diam sambil menatapnya curiga. Kenapa sebenarnya Xiao Tan berusaha keras untuk mendekatinya? Apa mungkin dia sebenarnya tidak gila, tapi mengincar sesuatu?

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments