Sinopsis How, Boss Wants to Marry Me Episode 6 - 1

Sinopsis How, Boss Wants to Marry Me Episode 6 - 1

Xia Lin dan Fei Fei sedang jalan-jalan, tapi Fei Fei nyerocos sendiri panjang lebar ingin membuat novel kisah cinta romantis antara seorang taipan bisnis dan seorang artis berdasarkan hubungan Bos Ling dan Chu Yan


Xia Lin males banget mendengarkan cerocosannya. "Bisa tidak kau memberiku sedikit ketenangan dan jangan terus menerus mengungkit nama Ling Yi Zhou di telingaku."

Baru diomongin, Yi Zhou mendadak lewat di sana. "Kebetulan sekali. Apa kalian sudah makan?"

"Belum."

"Aku kebetulan ada waktu, ayo makan bersama."

Tapi Xia Lin tak percaya, apa Yi Zhou benar-benar cuma 'kebetulan' lewat sini? Yi Zhou akhirnya mengaku kalau dia sengaja datang untuk menjemput Xia Lin.


Mendengar itu, Fei Fei mendadak menyeret Yi Zhou keluar dari mobil lalu memaksa Xia Lin masuk, lalu dia sendiri mengambil alih tempatnya Yi Zhou sehingga Yi Zhou terpaksa harus duduk di sebelah Wen Li. Wkwkwk! Yi Zhou harus benar-benar menahan emosi menghadapi situasi ini.


Di restoran, Fei Fei ingin memesan makanan pedas. Xia Lin tak setuju, Yi Zhou tidak bisa makan pedas. Tapi Yi Zhou tak mempermasalahkannya, toh dia juga sudah memakannya di rumah nenek waktu itu.

Xia Lin cepat-cepat beralih topik membahas rumah kontrakan yang dia dan Fei Fei sewa, kontraknya sudah berakhir kan?

Fei Fei membenarkan. Tapi masalahnya, si pemilik rumah sekarang ingin menjual rumahnya dan menyuruhnya pindah lebih cepat. Tapi belakangan ini dia sibuk banget nulis skripnya sampai tak punya waktu untuk mencari tempat baru.

"Kalau begitu, kau pindah saja ke tempatku." Usul Xia Lin lalu beralih minta izin Yi Zhou.

Yi Zhou ngomong terserah Xia Lin, tapi diam-diam dia melirik Wen Li dengan penuh arti. Wen Li mengerti dan langsung menawari Fei Fei untuk pindah ke tempatnya.

Yi Zhou setuju banget. "Wen Li sangat pintar mengurus orang lain."


Xia Lin yang tidak setuju. Tidak baik bagi pria dan wanita yang tak punya hubungan apapun, tinggal dalam satu atap. Tapi Fei Fei yang memahami situasi ini, setuju-setuju saja dengan ide Wen Li. Dia memang butuh seseorang yang bisa mengurusnya.

"Kalau begitu, tolong urus aku dengan baik di masa mendatanga, Asisten Wen."

Xia Lin sontak melempar tatapan tajam setajam silet ke suaminya. Yi Zhou mah sebodo amat.


Tak lama kemudian, Xia Lin ditelepon Lisa yang mengabarkan kalau dia berhasil mendapatkan proyek drama baru untuk Xia Lin. Memang bukan peran utama, karakternya dia sangat bagus, dia sudah mengirimkan skripnya lewat email.

Pemeran utamanya akan bergabung lusa, dan Xia Lin tinggal tunggu kabar saja. Xia Lin tentu saja senang, tapi bisakah dia ikut bergabung lusa juga. Dia ingin mengakrabkan diri dengan situasi dulu. Okem Lisa akan membicarakannya dulu dengan sutradaranya.


Yi Zhou ternyata ada di sana dan mendengarkan pembicaraannya barusan. Tapi dia tak suka mendengar Xia Lin mau pergi lusa. Apa Xia Lin sengaja menghindarinya?

"Kurasa, sebaiknya kita berpisah untuk sementara waktu."

"Kenapa?"

Karena di dalam kontrak sudah disebutkan bahwa mereka tidak boleh saling menginterupsi kehidupan pribadi dan pekerjaan satu sama lain.

"Bukankah kau bertekad baja mau bersama anjing itu? Dan sekarang kau mau pergi begitu saja?"

"Pemiliknya akan menjemputnya malam ini."

Tak tahu bagaimana lagi harus protes, terpaksa Yi Zhou menyerah lalu pergi dengan muka manyun.


Tapi bahkan setelah beberapa lama menunggu, si pemilik anjing masih belum menampakkan dirinya juga. Masa dia lupa sama anjingnya?

Sedetik kemudian, si pemilik Eleven akhirnya menelepon. Tapi dia mengaku tak bisa datang. Jadi bagaimana kalau besok saja?

Tapi besok tidak bisa, Xia Lin harus pergi soalnya. Begini saja, dia kasih saja alamatnya, biar Xia Lin yang datang mengantarkan Eleven. Oke, pria itu setuju.


Tak lama kemudian, Xia Lin akhirnya mengantarkan Eleven ke sebuah rumah yang berada di sekitar kompleksnya. Xia Lin jelas kaget menyadari pria baik hati yang memberinya dasi itu ternyata tetangganya.

Pria itu pura-pura kaget melihat Xia Lin seolah dia tidak tahu kalau Xia Lin lah yang menemukan anjingnya. Xia Lin ingin langsung pergi setelah itu, tapi pria itu bersikeras memintanya masuk dulu, dia kan jadi tak enak kalau harus membiarkan Xia Lin pergi begitu saja tanpa memberinya segelas air.


Xia Lin akhirnya menurutinya dan masuk. Tidak tampak ada orang lain di rumah itu selain mereka berdua. Pria itu memberinya segelas air dan mengklaim kalau dia merasa tak enak pada Xia Lin karena sudah menyusahkannya.

"Tidak masalah. Hanya saja, di rumahku ada orang yang tidak mengizinkan ada hewan peliharaan."

"Lalu apa yang terjadi pada kalian?"

"Kami baik-baik saja. Dia kemudian setuju."

Pria itu mengerti. Awalnya, dia juga tidak bisa menerima anjing karena umur anjing jauh lebih pendek daripada manusia. Itu artinya mereka akan pergi dan mencampakkan manusia.

"Tapi kemudian aku menyadari bahwa sebenarnya di dunia ini, manusialah yang jauh lebih tega mencampakkan binatang. Mereka bahkan bisa mencampakkan kekasih mereka, keluarga mereka, bahkan anak mereka sendiri."

"Beberapa orang terkadang mencampakkan karena terpaksa."

"Kau benar. Kalau kau tidak ingin menjadi pihak yang dicampakkan, maka kau harus mengendalikan segalanya dengan tanganmu sendiri. Dengan begitu, maka segalanya akan berjalan sesuai keinginanmu."

Xia Lin heran mendengar caranya mengucap kata-kata itu. Sepertinya, dia seseorang yang punya banyak kisah. Pria itu mengklaim kalau dia hanya punya banyak pengalaman hidup.


(Entah pura-pura atau tidak) tiba-tiba dia terbatuk-batuk dan mengaku sedang demam, makanya dia tadi ketiduran sampai lupa menjemput Eleven. Xia Lin jadi cemas, apa dia sudah makan seharian ini?

"Aku tidak selera makan."

"Lalu bagaimana dengan keluarga dan teman-temanmu? Memangnya mereka tidak merawatmu?"

"Mereka semua ada di Amerika."

"Kalau begitu, seharusnya kau pesan makanan di luar, kau harus tetap makan biarpun lagi sakit."

"Aku tidak suka makan makanan luar."

Mendengar itu, Xia Lin langsung berinisiatif untuk memasakkan sesuatu untuknya sebagai ungkapan terima kasihnya atas dasi waktu itu. Oh yah, Xia Lin kan belum tahu siapa namanya.

"Panggil saja aku Ah Nan." Ujar pria itu.

"Baiklah, Ah Nan. Kau istirahat saja. Aku akan memanggilmu kalau sudah matang."


Saat masakannya akhirnya matang, Xia Lin malah mendapati Ah Nan masih tidur. Maka dia hanya meletakkan bubur itu di meja lalu pergi diam-diam tanpa membangunkannya.

Padahal begitu Xia Lin sudah keluar, Ah Nan langsung membuka mata. Dia melihat Xia Lin meninggalkan pesan manis untuknya lalu mulai memakan bubur itu.


Keesokan harinya saat Xia Lin hendak pergi, dia mencoba mengetuk pintu kamarnya Yi Zhou untuk pamitan. Tidak ada jawaban dari dalam. Tapi saat dia keluar, dia malah mendapati Yi Zhou dan Wen Li sudah menunggu.

Biarpun mereka tidak searah, tapi Yi Zhou ngotot mau mengantarkan Xia Lin. Yi Zhou sudah tidak marah lagi?

"Memangnya aku kelihatan sepicik itu?"

"Bukan kelihatan lagi, kau memang begitu."


Kalau begitu, Yi Zhou akan jadi picik saja lalu nyerocos panjang lebar melarang Xia Lin melakukan ini dan itu. Tidak boleh bicara pada pria asing, tidak boleh melakukan adegan rnjang, tidak boleh adegan c**man, tidak boleh pakai pakaian terbuka, rok harus di bawah lutut, dll.

Xia Lin jelas kesal. "Segitunya! Bos Ling, anda terlalu dramatis."

"Aku hanya ingat kalau aku sudah menikah."

"Baiklah. Tidak usah bicara lagi, akan kuturuti maumu."

"Mana cincinmu?"


Xia Lin mengeluarkannya dari dalam tas, dia selalu membawanya kok biarpun tidak dia pakai. Tapi Yi Zhou tak suka dan langsung memakaikan cincin itu ke jari manis Xia Lin. Beginilah cara yang benar membawa cincin ini.

"Aku tidak bisa memakainya selama syuting."

"Coba saja kalau kau melepaskannya." Ancam Yi Zhou.

"Kau kan berada di tempat jauh, tidak ada yang bisa kau lakukan."

"Coba saja."

Xia Lin ketakutan juga melihat wajah dingin Yi Zhou dan akhirnya memakai kembali cincinnya. Dia lalu minta diturunkan di tengah jalan. Tapi saat dia mau keluar, Yi Zhou tiba-tiba menarik Xia Lin ke dalam plukannya seolah tak rela berpisah.

"Kau harus ingat untuk meneleponku sesampainya di sana."

"Baiklah."

Tapi Yi Zhou tetap tak melepaskannya, malah mempererat plukannya sampai Xia Lin sendiri yang harus melepaskan diri dan cepat-cepat keluar.

 

Saat itulah Wen Li baru melapor bahwa drama barunya Xia Lin diproduksi oleh Xing An Entertainment. Jadi jika Yi Zhou mencemaskan Xia Lin, dia hubungi saja Anran untuk memintanya menjaga Xia Lin.

"Tidak perlu. Bukankah Chu Yan juga syuting di sana? Langsung ke kantor saja."

Bersambung ke part 2

Post a Comment

5 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam