Sinopsis Memory Lost Season 2 Episode 6 - 2
Xin Jia lagi galau di depan rumah sakit, takut kalau Han Chen akan mengetahui kebenarannya. Kalau Han Chen sampai tahu, apa yang akan Han Chen pikirkan tentangnya nanti?
Tiba-tiba dia punya ide untuk memberitahu Han Chen. Dia akan memberitahu Han Chen tentang segala yang dia tahu.
"Jika dia tahu betapa besarnya cintaku padanya, dia pasti akan bahagia, kan?"
Dengan pikiran itu, dia pun berniat keluar dari mobilnya. Tapi tepat saat itu juga, dia malah melihat Han Chen dan Jin Xi duduk saling berngkulan di taman rumah sakit.
Han Chen mengaku kalau dia pergi menemui mantannya Jin Xi. Dia bilang kalau mereka pacaran selama 2 tahun semasa kuliah, tapi mereka kemudian putus.
"Dia bilang kalau kau adalah orang yang baik dan aku harus menghargaimu."
"Sayangnya, aku sama sekali tidak bisa mengingatnya."
Si mantan bilang kalau rumahnya Jin Xi hancur dalam sebuah kebakaran dan dia kehilangan orang tuanya dalam kebakaran itu. Dan karena Jin Xi menghirup terlalu banyak asap, otaknya jadi kekurangan oksigen hingga dia kehilangan ingatan.
"Betul. Itu 5 tahun yang lalu. Apa dia... baik-baik saja?"
"Lumayan. Dia sekarang jadi pegawai sipil, menikah, dan punya anak. Hidupnya stabil. Kenapa? Tidak senang?"
Jin Xi menggelengkan kepala dengan sedih dan mengaku kalau dia pernah kembali ke Akademi Kepolisiannya, jadi dia tahu kalau pria itu sudah menikah.
"Kau punya aku sekarang." Han Chen lalu menyerahkan ponselnya dan menyuruh Jin Xi untuk menelepon mantannya. "Mungkin setelah kau bicara dengannya, kau bisa yakin akan perasaanmu."
Dia lalu menjauh untuk memberi Jin Xi privasi. Jin Xi canggung saat menyapa si mantan. Pria itu menyapanya akrab dan mengaku kalau temanya Jin Xi mendatanginya kemarin, makanya dia tahu kalau Jin Xi pasti akan menelepon.
"Bagaimana kabarmu?" Tanya pria itu.
"Aku baik. Kudengar... kau sudah menikah."
Pria itu membenarkan. Dia langsung menikah setelah lulus dan sekarang dia punya 2 anak. Dia merasa pacarnya Jin Xi cukup baik, dia turut bahagia untuk mereka. Dia bahkan meminta Jin Xi untuk mengundangnya kalau mereka menikah, dia pasti akan datang.
Han Chen duduk kembali setelah Jin Xi selesai dan tanya bagaimana perasaannya. Jin Xi mengaku aneh. Saat dia mendengar suara pria itu tadi, dia sama sekali tidak merasakan apapun.
Dia sungguh tak tahu apa yang harus dia katakan. Dulu mereka pernah saling mencintai. Mereka bahkan punya janji. Tapi sekarang mereka terpisah semakin jauh dan menjadi orang asing.
"Sebenarnya aku masih memimpikannya sampai sekarang. Dalam mimpiku, dia bilang kalau dia tidak akan pernah menikahi siapapun selain aku dalam kehidupan ini."
Han Chen terkejut mendengarnya. "Kau bilang apa? Kau bilang dia mengatakan apa dalam mimpimu?"
"Dia bilang padaku. Setelah aku lulus, kami akan menikah."
Han Chen tahu betul detil janji itu. "Dalam hidup ini, aku tidak akan menikahi siapapun selain kau. Setelah kau lulus, kita akan menikah."
Jin Xi tercengang. "Dalam hidup ini, kau tidak boleh menikahi orang lain selain aku."
Saling menyadari mereka adalah masa lalu satu sama lain, Han Chen langsung menc**m Jin Xi mesra.
Saat mereka saling melepaskan diri, Jin Xi masih cemas kalau mungkin mereka salah. Han Chen yakin tidak, mereka berdua sama-sama selamat dari kasus itu 5 tahun yang lalu, mereka sama-sama hilang ingat dan mereka sama-sama mengingat janji yang sama.
"Ini tidak mungkin kebetulan dari sekian banyak kebetulan. Ini hanya bisa dijelaskan jika kita berdua pernah saling jatuh cinta sebelumnya."
"Tapi..."
"Tidak ada tapi. Singkirkan semua yang tidak logis. Hasilnya, tak peduli seberapa tak masuk akal pun, itulah kebenarannya."
"Baiklah. Aku akan mendengarkanmu. Mari kita mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi 5 tahun yang lalu, kau dan aku, masa lalu kita."
Xin Jia yang melihat dari kejauhan, begitu shock dan marah sampai dia mencakar p**a-nya sendiri dan menggeram histeris.
Di tempat lain, 3 orang pria tampak sedang sibuk sendiri-sendiri. Pria pertama sibuk berkutat dengan tabung-tabung kimia, pria kedua dengan laptopnya, dan pria ketiga sibuk melempar sesuatu ke api dekat pria kedua yang kontan membuat api semakin berkobar sampai si pria kedua protes.
Dari percakapan mereka, ternyata mereka adalah geng satu sindikatnya T dan E. Membahas T yang sudah meninggal, mereka tidak boleh lagi kehilangan siapapun, mereka harus berhati-hati dengan segala hal yang mereka lakukan.
Eng-ing-eng... Xin Jia bergabung dengan mereka tak lama kemudian dengan wajah sedih. Bisa ditebak, dialah E, satu-satunya wanita dalam grup penjahat itu.
Dia langsung mengeluh kalau dia sepertinya akan kehilangan Han Chen. Dia sungguh tak mengerti kenapa Han Chen tidak pernah melihatnya padahal dia selalu berada di sisinya?
"Kukira, setelah apa yang terjadi 5 tahun yang lalu, segalanya akan menjadi berbeda. Tapi kenapa hasilnya masih saja sama?!"
Pria pertama berusaha mengingatkan Xin Jia kalau dia dan Han Chen adalah 2 tipe orang yang sangat berbeda. Jadi biarpun 5 tahun berlalu, mereka tidak akan pernah bisa bersama. Xin Jia ngotot kalau mereka berdua sama. Mereka hidup dengan cara yang sama.
"Xin Jia sadarlah! Kegilaanmu tidak akan baik bagi orang lain. Hanya kitalah orang-orang yang termasuk dalam satu grup yang sama."
Xin Jia terus ngotot kalau dia tidak sama seperti mereka, dia satu grup dengan Han Chen. "Dia milikku! Dia milikkku seorang!"
Dia langsung pergi tepat saat pria kedua menemukan sesuatu di laptopnya. E dalam masalah, wajahnya kelihatan jelas di rekaman CCTV saat dia melarikan diri dari ambulance.
"Cobalah meretas sistem mereka."
"Tentu saja aku bisa, tapi itu terlalu beresiko dan sudah terlalu terlambat juga sekarang."
"Kalau begitu, biarkan aku yang menanganginya."
"Apa kau mau membunuh semua orang dengan ledakan? Dia tidak akan membiarkanmu melakukan itu. Itu melanggar prinsip."
"Lalu apa yang harus kita lakukan?"
"Sebelum dia memberi kita perintah, kita harus melakukan apa yang bisa kita lakukan. Masalah ini, biarkan aku yang menanganinya. Entah membantu E atau mengulur waktu, aku akan mengalihkan perhatian Tim Black Shield, atau... aku akan menangani E sendiri. Tentu saja untuk pilihan yang pertama, aku akan mengorbankan apapun."
Xiao Zhuan dan Cold Face kembali ke rumah sakit. Xiao Zhuan nyerocos penasaran tentang hubungan Han Chen dengan Jin Xi.
Gara-gara tidak lihat jalan, Cold Face jadi tak sengaja menabrak ranjang pasien yang dibawa oleh seorang suster dan membuat dokumen yang dibawanya berhamburan.
Suster langsung meminta maaf dan mencemaskan keadaan pasiennya. Saat Cold Face melihat Suster, dia tampak terpesona. Dia lalu membantu Suster memunguti dokumennya sambil meminta maaf.
Mereka lalu membantu Suster cantik itu untuk membawa si pasien masuk lift. Sepanjang perjalanan lift, Cold Face benar-benar terpesona pada si Suster imut itu sampai-sampai dia tak bisa mengalihkan tatapannya.
Bahkan saat Suster berterima kasih padanya, Cold Face malah tergagap saking gugupnya. Xiao Zhuan geli memperhatikan interaksi malu-malu mereka. Cold Face melihat ID Suster dan mengetahui namanya adalah Xia Zi Qi.
Saat Suster Xia turun duluan, Cold Face tampak sedih berpisah dengannya. Dia bahkan terus melamun sampai saat Xiao Zhuan menjentikkan jari di depan mukanya dan menggodainya, wajah Cold Face merah tuh. Cold Face protes malu.
Melihat salah satu dokumen Suster Xia terjatuh. Xiao Zhuan menasehatinya untuk memanfaatkan laporan ini sebagai alasan untuk mendekati Suster itu kalau dia memang menyukainya.
"Kalau kau terlalu takut, aku bisa mewakilimu." Tawar Xiao Zhuan.
"Kau... tidak perlu!"
Xiao Zhuan menyemangatinya untuk cepat pergi, dia sendiri yang akan mengurus proses administrasinya Jin Xi.
Tapi setibanya di kamar Jin Xi, kamar itu sudah kosong. Han Chen meneleponnya tepat saat itu juga dan menyuruhnya untuk mengurus administrasinya Jin Xi soalnya Jin Xi sekarang sudah dia bawa pergi dari RS.
"Dia sudah keluar dari rumah sakit tanpa mengurus administrasi?"
"Aku menyuruhmu mengurusnya, kenapa kau cerewet banget?"
"Oke. Dewa Han. Nanti setelah kuurus, aku akan menemuinya di asrama."
"Tidak perlu. Dia akan tinggal bersamaku mulai sekarang." (Pfft! cepet amat dia bertindak)
Tidak cuma Xiao Zhuan, bahkan Jin Xi pun sampai kaget mendengarnya. Xiao Zhuan masih mau bertanya lagi, tapi Han Chen langsung memutus sambungannya.
"Xiao Bai tinggal bersama Dewa Han? Astaga! Astaga! Nakal sekali!"
Jin Xi protes, kenapa Han Chen bilang ke Xiao Zhuan kalau dia akan tinggal di rumah Han Chen? Apa Han Chen bahkan sudah meminta izinnya? Han Chen santai bertanya apa Jin Xi setuju kalau begitu?
"Aku... aku akan tinggal di asrama." Kata Jin Xi malu-malu.
Han Chen masa bodoh dan langsung saja mengarahkan mobilnya ke arah menuju rumahnya. Jin Xi langsung protes lagi, dia salah belok. Seharusnya dia belok kanan.
"Tidak. Itu bukan rumahmu. Aku membawamu pulang sekarang," ujar Han Chen. Jin Xi sampai malu dibuatnya, tapi akhirnya dia tidak protes lagi.
Setibanya di apartemennya Han Chen, Jin Xi cuma berdiri di sana dengan kikuk. Kenapa? Apa Jin Xi tidak terbiasa dengan hormon pria di apartemen ini?
"Kalau kau menggodaku terus, mending aku balik saja."
"Ke mana?"
"Ke asrama."
"Kalau kau balik, maka aku akan ikut denganmu."
"Kau mau ikut? Kalau begitu, satu kantor bisa tahu nanti. Baiklah, baiklah. Aku akan mendengarkanmu. Aku akan pindah ke sini."
"Ada banyak orang yang harapannya tak terpenuhi tapi masih bertahan dengan itu. Tapi jika kau bertahan seperti itu terus, maka hidupmu akan berakhi. Kukira aku harus menahannya seumur hidupku. Tapi kau kembali, baguslah."
Han Chen kembali menc**mnya mesra. Tapi Jin Xi cepat-cepat menarik diri dan meminta Han Chen untuk memberinya lebih banyak waktu sampai saat mereka sudah mengkonfirmasi segalanya. Han Chen setuju.
Xiao Zhuan kembali ke kantor sambil jejeritan heboh. Sesuatu yang besar terjadi, sebuah penculikan! Cold Face langsung serius mendengarkannya.
"Penculik: Bos, korban: Xiao Bai, Lokasi penculikan: rumah bos. Cold Face, apa menurutmu mereka tinggal bareng?"
Cold Face langsung males mendengarnya dan memperingatkan Xiao Zhuan untuk tidak menyebar rumor palsu. Xiao Zhuan menyangkal keras, bahkan menunjukkan laporan administrasi RS-nya Jin Xi sebagai bukti.
Jin Xi sedang tidak ada di kamar asramanya sekarang ini. Bagaimana kalau mereka pergi ke rumah Han Chen sebentar dan menanyai mereka?
"Enyahlah. Aku bukan tukang ikut campur sepertimu. Tidak bisakah kau membiarkan mereka istirahat?"
"Lihatlah kau! Membosankan sekali! Apa yang kau pikirkan dengan otakmu itu sepanjang hari? Berhentilah menginvestigasi!"
Ngomong-ngomong, bagaimana perkembangan Cold Face dengan si suster tadi? Cold Face langsung tersipu malu. Tapi dia mengaku kalau RS sedang sibuk tadi, jadi dia langsung pergi dan tidak menganggu si suster.
"Hah? Jangan-jangan kau cuma berdiri di pojokan sambil curi-curi pandang, yah?"
Cold Face malu-malu mengakuinya. Xiao Zhuan tak percaya melihat sikapnya yang sangat bertolak belakang dengan wajahnya itu. Seharusnya dia cepat-cepat mengejarnya. Kalau dia selambat ini, bisa-bisa nanti si suster itu diembat orang lain.
Tak ingin membahas masalah ini lebih lanjut, Cold Face cepat-cepat mengalihkan topik ke pekerjaan mereka. Oh, yah. Tadi dia melihat Dr Xu masuk ke kantornya Wen Long.
Wen Long menyambut bergabungnya Si Bai ke dalam tim mereka. Dia akan mengumumkan bergabungnya Si Bai dalam beberapa hari dan dia ingin Si Bai mengakrabkan diri dulu dengan lingkungan di sini.
Si Bai boleh mencarinya kalau dia butuh bantuan apapun. Wen Long juga berharap dia bisa bersatu bersama tim dan kejadian yang terakhir kali itu lebih baik tidak terulang lagi.
Han Chen dan Jin Xi belanja untuk kebutuhan Jin Xi sambil ngobrol nakal sepanjang acara belanja.
Tapi saat mereka membayar belanjaan di kasir, Jin Xi malah melihat Xin Jia tengah memperhatikan mereka dengan tatapan seram.
2 Comments
Seru
ReplyDeleteWaaahhh makin seru ceritanya bikin pnasaran....lanjuutt min
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam