Setelah mereka menerbangkan lampion besar itu, masyarakat lainnya juga menyusul menerbangkan lampion-lampion mereka masing-masing.
Mu Yao berdoa semoga bisa segera menemukan Wanita Pendendam, sedangkan Miao Miao banyak banget yang dimaui sampai membuat Mu Sheng menegurnya untuk berdoa satu saja, jangan terlalu serakah.
"Kalau begitu, aku berharap orang yang punya perasaan dan setia di dunia ini bisa aman."
"Itu saja?" heran Mu Sheng.
"Bukan hanya itu saja. Hidup aman adalah harapan terbesar bagi rakyat sederhana seperti kita. Aku sungguh berharap aku sendiri, orang yang kucintai, orang yang mencintaiku, bisa melewati seumur hidupnya dengan aman dan damai."
Itulah harapan tulus Miao Miao. Tersentuh mendengar doa tulusnya, Mu Sheng membuat sihir yang awalnya Miao Miao salah pahami untuk tujuan buruk, tapi ternyata tidak, dia menyihir lampion-lampion terbang itu untuk membentuk kata 'Aman'.
Saat itulah sistem komputer mendadak mengumumkan bahwa terdeteksi adanya perubahan pada level sukanya Mu Sheng terhadapnya. Miao Miao sudah khawatir saja bakalan menurun lagi, tapi ternyata tidak, kali ini justru meningkat jadi nol persen. Yang itu artinya, Mu Sheng sudah tidak lagi membencinya sekarang.
"Syukurlah! Ayahku akan baik-baik saja," batin Miao Miao saking bahagianya.
Namun tak lama kemudian, entah bagaimana, salah satu lampion pada akhirnya tetap jatuh tepat ke arah gudang pangan dan membakar tempat itu. Sontak saja rakyat langsung kacau balau berlarian ke sana kemari dengan panik.
Miao Miao pun sontak panik berusaha mencegah ayahnya untuk tidak pergi ke sana karena dia takut kebenaran akan terungkap dan seluruh keluarga mereka akan dipenggal. Gudang pangan dan uang itu kan kosong sekarang. Namun Gubernur Lin menolak pergi dengannya. Bagaimanapun, dia adalah pejabat rakyat, dia tidak boleh lari dari tanggung jawabnya.
Dalam kepanikan ini, tidak ada satu pun di antara mereka yang menyadari keanehan Ji De. Dia satu-satunya yang tidak panik, malah tersenyum licik sembari terus menenteng si siluman patung kodok emas itu.
Dia bahkan tidak mau repot-repot bergerak untuk membantu sedikit pun, padahal Gubernur Lin saja bahu membahu bersama para pengawalnya untuk memadamkan api.
Miao Miao begitu panik luar biasa hingga dia nekat menerobos api demi mencari ayahnya. Dia begitu panik hingga mengganggu pekerjaan para pengawal yang sedang berusaha memadamkan api.
Untungnya Mu Sheng cepat datang. Miao Miao berusaha meminta tolong padanya untuk menyelamatkan ayahnya karena dia takut orang lain akan tahu bahwa gudang ini kosong.
Bingung, Mu Sheng sontak membalikkan badannya supaya dia bisa melihat dengan jelas bahwa gudang ini sama sekali tidak kosong. Hah? Kenapa penuh? Kok beda dari cerita novelnya?
Setelah api berhasil dipadamkan, Miao Miao menemukan Gubernur Lin terduduk kelelahan di jembatan, tapi syukurlah dia baik-baik saja.
Tapi Miao Miao masih heran, kenapa gudang itu malah penuh. Dia selalu tahu kalau Ayah adalah pejabat korup, makanya dia pikir gudang itu kosong.
"Ayah bukan pejabat korup!" sangkal Gubernur Lin. Hah? Bukan?
Jadi begini, kekayaan mereka sekarang ini sebenarnya berasal dari warisan kakek buyutnya Miao Miao yang dulunya seorang pedagang sukses sehingga menjadi orang terkaya di Jiangnan. Jadi bukan karena dia korupsi, uang yang mereka nikmati adalah uang halal.
Lah? Terus kenapa di cerita novelnya, errr... maksudnya, kenapa sebelumnya gudang pangan itu kosong? Bingung Miao Miao.
"Semua itu sudah dipersembahkan kepada Selir Agung Zhao di ibu kota."
Oooh, Miao Miao tahu siapa itu, selir licik tua, ibu kandungnya Kaisar. Di novelnya, dia termasuk karakter antagonis. Berarti, selama ini Gubernur Lin diperalat oleh Selir Agung untuk mendapatkan harta dan kejadian barusan hampir saja membuatnya dikambinghitamkan.
Gubernur Lin mengakui bahwa dirinya terlalu pengecut untuk melawan Selir Agung Zhao, tapi dia tidak pernah sekalipun berpikir untuk memanfaatkan kekayaan rakyat, makanya dia mengorbankan kekayaannya sendiri untuk semua ini.
Gudang itu bisa penuh kembali karena dia memakai seluruh aset harta keluarga mereka untuk menebus seluruh kekosongan gudang.
Pada dasarnya, sebenarnya dia sama sekali tidak ingin menjadi pejabat. Dia menjadi pejabat hanya demi memenuhi harapan Lin Yu karena Lin Yu waktu kecil pernah bilang ingin menjadi putri seorang pejabat, makanya dia pun belajar dengan giat hingga berhasil menjadi gubernur.
"Kalau begitu, kali ini kenapa Ayah bisa menghabiskan seluruh kekayaan untuk memenuhi gudang negara?"
"Karena putriku ingin ayah aman dan damai. Sejak awal aku pernah bilang, sekalipun kau mau bulan di langit, ayah juga akan membelikannya untukmu. Kekayaan berlimpah bukan apa-apa selama bisa membuat putriku selamat dan bahagia. Ini layak."
Aww, Miao Miao sontak memeluknya penuh haru, "Ayah, hari ini, aku berupaya sangat keras ingin mengubah akhir ceritamu. Tidak kusangka kebenarannya ternyata seperti ini. Baguslah Ayah selamat."
Di tempat lain, Mu Sheng mendapati Utusan Ji De sedang menatap harta gudang itu dengan keheranan dan jelas saja sikapnya ini sangat mencurigakan di mata Mu Sheng.
Tepat saat para pengawal membuka peti berisi uang perak dan emas, kotak di tangannya langsung bergerak. Ketakutan, Ji De berusaha sekuat tenaga untuk mencegah isinya keluar, tapi dia kalah kuat dan akhirnya si siluman kodok emas itu langsung melompat keluar.
Dengan cepat dia melompat masuk ke dalam gudang dan menelan semua uang emas dan perak yang ada di sana, semakin banyak yang dia telan, ukurannya jadi semakin membesar.
Mu Sheng mau langsung menghabisinya saja, tapi Fu Yi langsung mencegahnya karena jika kodok emas itu dimusnahkan, maka semua uang emas dan perak yang dia telan juga akan ikut musnah. Gubernur Lin setuju, dia tidak mau kehilangan harta kekayaannya.
Mu Yao menyarankan supaya tuh kodok di Menara Penyimpan Siluman saja, tapi tidak bisa juga karena Menara Penyimpan Siluman tidak menerima siluman yang menelan emas dan perak. Terus harus bagaimana?
Kodok itu mendadak kabur, menabrak sana-sini sehingga membuat orang-orang ketakutan. Di tengah jalan, tiba-tiba dia berhenti di depan seorang anak kecil memakai perhiasan emas yang jelas menarik perhatiannya. Waduh, bahaya!
Anak itu cuma bisa terduduk ketakutan di depannya. Tepat saat si kodok hendak menelannya, anak itu refleks melindungi dirinya sendiri dengan mengangkat tangannya yang sedang memegang jajanan pasar dan entah mengapa si kodok mendadak berhenti dan mulutnya seketika menutup.
Oh! Miao Miao mengerti! Si kodok cuma suka emas dan perak, dia tidak suka makanan manusia. Kalau begitu, dia langsung mengajak semua orang untuk melempari si kodok dengan mantau yang kebetulan ditinggalkan pemiliknya di sebuah kedai.
Namun tidak ada satu pun yang berhasil mengenai mulut si kodok, bahkan sampai mantaunya habis. Ah! Miao Miao mendadak punya ide bagus dan langsung mencuri jajannya Mu Sheng pemberian Mu Yao yang dia simpan di bajunya tanpa memedulikan protesnya Mu Sheng dan langsung dia lempar ke si kodok, dan sukses masuk ke mulut si kodok.
Makanan manusia membuat si kodok mual hingga akhirnya dia memuntahkan semua emas dan perak yang ditelannya lalu si kodok pun berubah menyusut kembali sehingga Fu Yi pun bisa mengurung si kodok di Menara Penyimpan Siluman. Fu Yi benar-benar heran, siluman kodok semacam ini sangat langka, kenapa bisa muncul di sini?
"Tanya padanya," geram Mu Sheng sambil menatap tajam Ji De.
"Dia adalah utusan rahasia Selir Agung. Uang dalam kas setiap tahunnya, dia yang diam-diam bawa ke ibu kota dengan katak emas," ujar Gubernur Lin.
Namun Ji De malah mendadak mengeluarkan sebuah buku catatan keuangan yang dia klaim sebagai bukti korupsi yang dilakukan Gubernur Lin. Dasar licik! Dia mau memfitnah Gubernur Lin dengan bukti palsu!
Miao Miao jelas kesal tidak terima, namun yang tak disangkanya, Mu Sheng mendadak membantunya dengan merebut buku itu pakai sihir lalu menghancurkannya tak bersisa. Pfft!
Ji De masih bisa sombong mengancam Gubernur Lin dengan menggunakan Selir Agung. Namun Mu Sheng dengan lihainya balas mengancam bahwa perbuatan licik Selir Agung ini, bisa saja mendapat masalah besar jika Kaisar mengetahuinya.
Gubernur Lin yang awalnya hampir ketakutan dengan ancaman Ji De, seketika mendapat kekuatan baru berkat dukungan Mu Sheng sehingga dia kemudian dengan penuh percaya diri menyatakan bahwa mulai sekarang, dia mengundurkan diri dari jabatan Gubernur, sudah tua, sudah tidak sanggup lagi. Jadi mulai sekarang, suruh saja Selir Agung pikirkan sendiri dari mana lagi untuk mendapatkan uang. Pfft!
Miao Miao sontak mendekat ke Mu Sheng dengan senyum manis. Sungguh tak disangka bahwa orang yang selalu bicara buruk seperti Mu Sheng, ternyata bisa membela orang lain juga. Ucapannya juga sangat berguna.
"Wajah dingin, tapi hati hangat."
"Jangan kira masalah ini sudah berakhir. Mantau pemberian kakakku untukku, kau harus ganti rugi."
Bersambung ke episode 6
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam