Sinopsis Are You the One Episode 34

Tusuk konde pusaka itu cocok sekali dipakai Mian Tang. Ibu Ratu senang. Dia memang pada dasarnya selalu suka berdandan. Dulu dia sering membelikan pakaian untuk Bing Lan, sayangnya, wajah Bing Lan tidak mirip dengannya, tidak cocok dengan banyak baju dan aksesoris yang dia belikan untuknya.

Bing Lan memang cantik, tapi tetap saja dia anak dari keluarga sederhana. Makanya aksesoris-aksesoris rambut miliknya, tidak ada yang cocok dipakai Bing Lan.

Sedangkan Mian Tang sangat cocok dengan apa saja. Segala aksesoris dan juga riasan ringan atau tebal, semuanya cocok di wajah Mian Tang. Sekarang dia mengerti kenapa Xing Zhou memilihnya dan sangat menyayanginya.

Ngomong-ngomong tentang Xing Zhou, Mian Tang yakin bahwa Ibu Ratu pasti sangat merindukan putranya. Termenung memikirkan hidupnya, Ibu Ratu mengaku sudah terbiasa. 

Seumur hidupnya dia hidup di keluarga jenderal dan harus selalu menunggu, jadi, lama kelamaan sudah tidak ada lagi kata 'rindu'. Ke depannya, Mian Tang juga harus membiasakan diri.

Apalagi sejak Xing Zhou masuk militer, dia tidak pernah sekalipun menulis surat kabar untuk keluarganya. Hah?! Mian Tang jelas bingung mendengarnya, soalnya dia hampir setiap hari mendapat surat dari Xing Zhou.

Tak ingin menyakiti hati Ibu Ratu, Mian Tang memutuskan untuk merahasiakan masalah ini, eh malah Ibu Ratu tidak sengaja menemukan surat-surat itu saat dia membuka kotak aksesoris di mana Mian Tang menaruh surat-surat itu.

Jelas saja begitu membacanya, Ibu Ratu jadi patah hati dan sakit hati menyadari putranya hanya mengirim kabar pada istrinya tapi tidak pada ibunya. Mian Tang jadi tak enak hati, dia berusaha menghibur Ibu Ratu, tapi Ibu Ratu tidak mau dengar dan langsung pergi, bahkan menolak undangan makan malamnya Mian Tang.

Tengah malam saat Mian Tang sedang tidur, ada orang yang menyelinap masuk ke kamarnya Mian Tang untuk menukar aksesoris pusakanya Mian Tang dengan yang palsu yang tidak bisa menyala dalam gelap. 

Tuan He berniat mengikutsertakan semua anggota asosiasi perdagangan, tapi dengan cara menyuruh He Zhen berbagi dengan yang lain. He Zhen ogah dan dengan penuh keberanian membela haknya dengan menegaskan bahwa dia tidak akan berbagi dengan mereka. Bahkan untuk seleksi ini, tembikarnya akan dikirim atas nama tokonya di Beizhou, bukan atas nama toko Keluarga He.

Tuan He dan yang lain sontak marah padanya, tapi untungnya Mian Tang datang saat itu juga untuk membela dan mendukung He Zhen, memberitahu mereka bahwa yang paling diinginkan He Zhen sejatinya adalah rasa hormat dari Keluarga He, asosiasi perdagangan dan Kota Lingquan terhadapnya, yang lainnya tidak penting.

He Zhen membenarkan. Bahkan masalah upeti pun tidak penting baginya. Selama ini mereka berpikiran sempit dan berpuas dengan hanya menjual tembikar kepada keluarga Kaisar dan para pejabat tinggi.

Walaupun ini sudah tradisi selama seabad, tapi ini sebenarnya bukan solusi jangka panjang. Jika hanya mengandalkan upeti, maka jika mereka kehilangan setengah upeti saja, maka pendapatan mereka akan menurun 70 hingga 80 persen, sedangkan tembikar di dunia ini bukan cuma tembikar Lingquan.

Karena itulah, sebagai generasi penerus Lingquan, seharusnya mereka membuka jalur perdagangan agar Lingquan bisa menjadi ibu kota perdagangan tembikar di dunia.

Malam harinya, Tuan He memanggil He Zhen untuk memberinya stempel Keluarga He padanya. Ah! Akhirnya! Tuan He benar-benar mengakui kemampuan He Zhen dan mewariskan usaha keluarga padanya.

Namun He Zhen sungguh hanya menginginkan pengakuan dan penghargaan ayahnya, mewarisi usaha keluarga sama sekali tidak penting baginya, jadi dia menolak stempel ini.

Dan berhubung Tuan He sekarang sudah bersedia mengakui dan menghargai kemampuannya, He Zhen pun dengan senang hati menyerahkan buku catatan tentang pengerjaan pembakaran tembikarnya.

Dia juga sudah mendengar dari yang lain bahwa sebenarnya Tuan He selalu mengakui kemampuannya secara diam-diam, He Zhen benar-benar bahagia walaupun tidak pernah mendengar ayahnya memujinya secara langsung. Tuan He sungguh terharu mendengarnya hingga matanya berkaca-kaca.

He Zhen bertanya-tanya apakah Zhao Quan sungguh tidak menyesal ikut dengannya ke pegunungan dalam untuk membuat tembikar.

"Aku sudah memikirkannya. Tidak masalah tidak punya apa-apa, tapi aku hanya ingin bersamamu," ucap Zhao Quan, "jika kau berhasil membuat tembikar, aku akan ikut bahagia bersamamu. Jika kau gagal, aku akan membuatmu tertawa. Selama kau bersedia, aku akan menjadi rekanmu selamanya. Meskipun harus dari ujung dunia, aku akan menemanimu selamanya."

Terharu, He Zhen sontak memberinya kecupan manis dan Zhao Quan langsung membalasnya dengan ciuman mesra.

Xue Lu semakin lama semakin keterlaluan sekarang, bahkan belum apa-apa saja sudah kepedean selangit kalau dia akan bisa menggantikan posisi Permaisurinya Xue Ji. Untungnya Kaisar kali ini bertindak cepat mengusirnya secara halus. 

Dia bahkan memanggil Shi Yi Kuan hanya untuk memberitahunya bahwa dia akan mencarikan jodoh untuk Xue Lu. Yang itu artinya, Xue Lu tidak punya kesempatan untuk masuk ke istana harem, dan ini adalah idenya sendiri, bukan idenya Xue Ji.

Shi Yi Kuan jelas kecewa dan kesal karenanya. Makanya dia sengaja menarget dan mempersulit Xing Zhou dengan menahan bala bantuan ke medan perang, membuat keadaan Xing Zhou jadi semakin sulit.

Mian Tang datang ke acara perjamuan dengan mengenakan tusuk konde pusakanya. Bing Lan dan ibunya sontak saling berpandangan dengan tatapan licik sebelum kemudian mulai mendesak Mian Tang untuk memperlihatkan kehebatan tusuk konde mutiara yang bisa bersinar dalam gelap itu.

Namun tentu saja tusuk konde mutiara palsu itu tidak bisa bersinar  yang jelas saja menghebohkan semua orang, terutama Ibu Ratu. Mian Tang tetap tenang mengakui bahwa dia sengaja menukar tusuk konde mutiara yang asli dan dia melakukannya demi kebaikan Ibu Ratu.

Dia tahu bahwa menurut tradisi, tusuk konde mutiara itu seharusnya diberikan kalau sudah menjalani upacara pernikahan resmi. Namun Ibu Ratu begitu baik hati memberikan tusuk konde itu padanya lebih cepat dan itu Ibu Ratu lakukan demi melindunginya.

Ibu Ratu rela melanggar aturan demi dia, namun Mian Tang tidak ingin Ibu Ratu melanggar aturan leluhur. Mian Tang merasa posisinya sulit, makanya dia sengaja membuat dan memakai tusuk konde yang palsu ini sebelum upacara pernikahan resmi. Sedangkan tusuk konde yang asli tidak hilang. Hah?

Bing Lan dan ibunya sontak semakin getol untuk menuntutnya untuk menunjukkan tusuk konde yang asli, mereka pede sekali kalau Mian Tang tidak mungkin bisa menunjukkannya, namun Mian Tang tetap tenang menyetujuinya.

Bing Lan dan ibunya sudah menyiapkan rencana menjebak Mian Tang dengan memanggil seorang pegawai pegadaian yang menunjukkan sebuah tusuk konde mutiara yang dia klaim digadaikan oleh seorang wanita untuk majikannya.

Bing Lan dan ibunya langsung menggosip heboh untuk membuat memprovokasi semua orang untuk meyakini bahwa Mian Tang pastilah menggadaikan tusuk konde itu karena dia kan berasal dari keluarga miskin.

Namun tak lama kemudian Mian Tang dengan santainya datang dengan mengenakan tusuk konde mutiara yang bersinar terang yang jelas saja membuat semua orang kebingungan.

Mian Tang santai meyakinkan Ibu Ratu bahwa tusuk konde yang Ibu Ratu pegang itu adalah tiruan, dia tahu karena dia sendiri yang membuat tusuk konde tiruan itu, terbuat dari tembikar yang dilapis bubuk batu giok dan bubuk batu Dong yang bisa membuatnya bersinar. Kalau tidak percaya, mereka coba pecahkan saja yang tiruan itu.

Maka dengan izin Ibu Ratu, Bing Lan pun melempar tusuk konde itu dan benar saja, mutiara palsunya langsung pecah, memperlihatkan jejak-jejak tembikar di dalamnya.

Mian Tang kemudian menyuruh orang untuk membawa Bibi Wang yang sudah dia tangkap dan memberitahu Ibu Ratu bahwa dia pernah beberapa kali mendapati Bibi Wang memata-matai kotak perhiasannya, makanya dia sengaja membuat tusuk konde tiruan itu untuk jaga-jaga.

Dia juga mengutus pengawal bayangan untuk mengawasi Bibi Wang secara diam-diam dan mendapati bahwa Bibi Wang juga sering pergi ke Kediaman Keluarga Lian. Padahal Mian Tang juga tidak menuduhnya, tapi Ibunya Bing Lan heboh sendiri menuduh Mian Tang memfitnahnya.

Mendengar ini, Bibi Wang mendadak menyatakan bahwa dirinya sendiri yang salah, mengklaim kalau dia melakukannya hanya demi uang, padahal jelas-jelas sedang menyelamatkan Bing Lan dan ibunya dari situasi ini karena dia punya utang budi pada Ibunya Bing Lan dulu.

Rencana sudah kacau, Ibunya Bing Lan berusaha menyelesaikan masalah ini sampai di sini saja, tapi Mian Tang jelas tidak mau melepaskan masalah ini begitu saja dan langsung menyerang Bing Lan yang jelas-jelas mencurigakan sejak awal dan pastinya membuat Bing Lan jadi panik berusaha cari-cari alasan tentang kecurigaannya.

Suatu hari, Mian Tang dipanggil Ibu Ratu yang sedang terbaring sakit. Namun baru tiba di luar kamar, dia malah mendapati Ibunya Bing Lan baru saja keluar dari kamar Ibu Ratu sambil melempar senyum manis padanya. Hmm, mencurigakan.

Yups! benar saja. Begitu Mian Tang masuk, Ibu Ratu tiba-tiba saja bertele-tele membahas tentang selir, jelas sedang mencoba membujuk Mian Tang untuk membiarkan Bing Lan jadi selirnya Xing Zhou. 

Mian Tang pun langsung paham ke mana arah pembicaraannya, makanya sebelum Ibu Ratu sempat mengucapkan inti dari pembicaraannya, dia langsung saja menegaskan bahwa dia tidak akan pernah mau berbagi suaminya dengan wanita lain. Dia tidak begitu murah hati seperti Ibu Ratu yang rela dimadu.

Bersambung ke episode 35

Post a Comment

0 Comments