Ibunya Bing Lan akhirnya menunjukkan wajah aslinya saat dia dengan sombongnya memberitahu Ibu Ratu bahwa kehidupan mewah dan nyaman yang Ibu Ratu miliki ini sebenarnya adalah pemberiannya karena dulu dialah yang mengalah dan memberikan pernikahan ini padanya. Jadi sekarang dia menuntut Ibu Ratu untuk membayar utang budi padanya.
Sontak saja Ibu Ratu langsung menamparnya. Dia benar-benar sudah tidak mau lagi menoleransinya. Dia tidak bodoh, selama ini dia selalu tahu kalau Ibunya Bing Lan cuma pura-pura. Ibu Ratu menegaskan bahwa posisinya sekarang ini bukan pemberian Ibunya Bing Lan dan kediaman Raja Huaiyang sama sekali tidak berutang budi padanya.
Ibunya Bing Lan sendiri yang salah pilih dan menyesali pilihannya, kok malah Ibu Ratu yang disuruh berutang budi. Bahkan sekalipun sekarang Xing Zhou dan Mian Tang setuju, dia yang tidak akan setuju untuk mengambil Bing Lan sebagai menantu karena wanita yang bisa menjadi menantunya harus yang terbaik.
Karena Mian Tang mengkhawatirkan Bing Lan, Xing Zhou akhirnya mencari Bing Lan dan menemukannya termenung di taman dan meminta maaf padanya. Tidak seharusnya dulu dia setuju dengan perjodohan mereka.
Bing Lan mengakui kalau dia juga salah. Dia selalu tahu kalau Xing Zhou tidak punya perasaan padanya tapi terus berusaha menyenangkan dirinya sendiri dengan pikiran bahwa yang paling penting adalah mendapatkan posisi ratu.
Baru tadi saat dia dipaksa berlutut di hadapan Mian Tang, dia sadar kalau dia sudah kehilangan segala yang dia perjuangkan, termasuk kehilangan martabat dan harga dirinya.
Namun Ibunya Bing Lan malah terus saja bersikeras memaksa Bing Lan untuk menikah sebagai selir. Tapi Bing Lan sudah tidak mau lagi menurutinya.
Dia sudah sadar kalau semua yang ibunya lakukan selama ini bukan demi dia, tapi demi dirinya sendiri. Karena itulah, Bing Lan menegaskan bahwa dia tidak akan lagi mau menjalani kehidupan palsu semacam itu. Hidupnya dan pernikahannya akan dia tentukan sendiri.
Dengan banyaknya masalah yang selalu datang bertubi-tubi, makanya Xing Zhou tidak sabaran untuk mempercepat pernikahannya dengan Mian Tang. Bahkan Mian Tang saja sampai kaget mendengar mereka akan menikah beberapa hari lagi.
Menjelang upacara pernikahan Raja dan Ratu Huaiyang, seluruh kota dihiasi pernak-pernik merah. Bahkan para tetangga penggosip di Lingquan pun ikut sibuk. He Zhen juga ikutan sibuk sebagai seksi perias pengantin.
Keluarganya Mian Tang pun akhirnya datang ke Lingquan dengan membawa harta sesannya Mian Tang. Karena mau menikah, jadi Mian Tang pindah sementara ke rumah lama di Lingquan.
Pastinya, Kediaman Raja Huaiyang juga tak kalah sibuk. Si pengantin pria mengklaim kalau dia tidak gugup sama sekali, padahal jelas-jelas dia gugup dan terus mencemaskan segala detil. Dia pikir kalau Mian Tang juga pasti gugup banget, soalnya pengantin wanita kan biasanya gugup menjelang pernikahan.
Pfft! Padahal jelas tidak sama sekali. Justru Mian Tang yang tidak ada gugup-gugupnya, malah keasyikan sepanjang malam main dadu bersama He Zhen dan ketiga pelayannya.
Hari H, rombongan pengantin pria tiba di rumah pengantin wanita. Namun tentu saja, tidak semudah itu untuk menjemput pengantin wanita karena pengantin pria harus lulus tes.
He Zhen sudah menyiapkan lima kain sutra merah yang terhubung ke kamar pengantin dan dipegang oleh lima wanita yang berbeda (cuma empat sebenarnya, yang satunya tiang).
Yang benar cuma satu, kalau sampai pengantin pria malah salah pilih dan menarik wanita yang salah, maka pengantin pria harus menikahi siapa pun yang dia tarik itu.
Xing Zhou mencoba satu per satu, dan langsung tahu yang mana kain sutra yang terhubung ke pengantinnya yang benar berkat pemahaman mereka terhadap satu sama lain. Tak lama kemudian, kedua pengantin tiba di Kediaman Raja Huaiyang dan melakukan ritual upacara pernikahan di hadapan Ibu Ratu.
Malam harinya, Xing Zhou mendatangi kamar pengantinnya dalam keadaan setengah mabuk. Dia lagi bahagia banget sampai-sampai sebelum masuk kamar, dia mengumumkan akan memberikan sekeping emas untuk siapa pun yang minum satu mangkuk arak.
Saat masuk kamar, dia mendapati pengantinnya lagi bobok cantik yang membuatnya terpesona. Saat Mian Tang bangun, mereka pun saling bercanda tawa dan menggoda.
Beberapa hari kemudian, titah Kaisar tiba, mengumumkan pemberian penghargaan gelar dan promosi jabatan untuk Xing Zhou sebagai Menteri Pertahanan. Karena itulah, Xing Zhou diperintahkan untuk segera ke ibu kota untuk menghadap Kaisar.
Menteri Wen Ting He ditangkap karena dia kedapatan memiliki harta milik pemberontak Raja Lu yang seharusnya diambil alih oleh negara. Dalam proses interogasi yang dilakukan dua menteri lain, Wen Ting He mengaku bahwa dia melakukannya atas perintah Raja Sui.
Dia memberitahu bahwa setelah Raja Lu dibunuh, Raja Sui menggelapkan sejumlah hartanya, dia dilibatkan dalam kasus ini karena Raja Sui butuh mengubah kepemilikan harta itu atas namanya supaya tidak ketahuan, dan dia diberikan lahan sebagai suap.
Namun semua ini tidak dilakukan Raja Sui secara langsung, melainkan diwakilkan oleh seorang Tuan Besar. Cuma masalahnya, dia tidak tahu siapa Tuan Besar itu karena orang itu tidak memperlihatkan wajahnya. Dia juga tidak tahu siapa nama atau marganya.
Kedua menteri kemudian melaporkan masalah ini ke Kaisar dan meminta Kaisar untuk menunjuk tiga divisi untuk menyelidiki kasus korupsi ini sampai tuntas. Kaisar memerintahan supaya mereka menyelidiki diam-diam dulu dan mengumpulkan lebih banyak bukti yang lebih kuat dan terus mengawasi Wen Ting He.
Di tempat lain, Raja Sui mendapat kabar tentang tertangkapnya Wen Ting He dari si Tuan Besar misterius itu. Maka Raja Sui pun memerintahkan si Tuan Besar untuk tidak bertindak sembarangan tanpa perintahnya untuk saat ini. Identitasnya tidak boleh sampai terbongkar. Anak buahnya Raja Sui menyarankannya untuk membungkam mulut Wen Ting He selamanya.
Bersambung ke episode 37
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam