Sinopsis Are You the One Episode 30 - Part 2

Saat Mian Tang baru datang, Xing Zhou sudah masuk ke halaman depan dan jelas saja kedatangannya membuat Mian Tang jadi cemas. Tapi mereka tidak sempat bicara banyak karena Kakek Qiao yang mendadak muncul dan mengajak semua orang berkumpul di aula.

Sebagai hadiah perkenalan, Xing Zhou membawakan hadiah berupa dua buah giok kuning Hetian yang sangat langka berbentuk kacang kenari. Itu hadiah yang sangat mahal yang biasanya dijadikan upeti kekaisaran, rakyat biasa tidak mungkin memilikinya. Harganya bisa untuk menghidupi keluarga mereka seumur hidup.

Tapi Kakek yang agak curiga padanya, menolak hadiah mahal ini. Xing Zhou meyakinkan bahwa itu bukan barang berharga kok. Ibunya biasanya suka menyimpan barang-barang kecil seperti ini, dia justru takut Kakek tidak menyukainya.

Dia pernah dibantu Qiulin Xian dan juga pernah menerima barang berharga dari kediaman Qiao (Mian Tang), jadi sangat layak baginya untuk memberi mereka gunung emas dan perak.

Mian Tang mendadak panik mendengarnya mengucap 'barang berharga dari kediaman Qiao' hingga dia refleks berdiri yang jelas saja membingungkan semua orang dan Kakek menjadi semakin curiga.

Canggung, Mian Tang beralasan kalau dia cuma mau pamit keluar untuk menjemput Qing Ying. Kakek jadi curiga dengan barang berharga yang Xing Zhou maksud.

Xing Zhou sontak berlutut dan hampir saja mau melamar, tapi mendadak tersela gara-gara kedatangan Qing Ying dan suaminya. Pfft! Semua orang sontak pergi meninggalkan Xing Zhou.

Tak lama kemudian, Kakek Qiao memergoki Mian Tang dan Xing Zhou berdebat di halaman belakang yang jelas saja membuatnya curiga sehingga dia langsung memanggil Xing Zhou untuk bicara berdua dengannya.

Segala hal tentang Xing Zhou jelas membuat Kakek curiga bahwa dialah kekasihnya Mian Tang di Zhenzhou, dan Xing Zhou tanpa ragu mengakuinya dan mengaku bahwa dia datang untuk meminta maaf pada Kakek.

Dia meyakinkan Kakek bahwa cintanya Mian Tang benar-benar nyata walaupun segalanya berawal dari kesombongan dan keegoisannya, dan memanfaatkan Mian Tang yang waktu itu hilang ingatan, menahannya di rumah dengan alasan demi menarik perhatian musuh.

"Tapi sebenarnya... karena saya tidak bisa hidup tanpanya. Saya berbohong padanya dan berkata dia adalah istri saya, membuatnya memberikan ketulusannya kepada saya, serta ikut dengan saya ke Barat. Saya jelas-jelas tahu telah berbuat kesalahan, tapi saya malah menganggap ini sebagai kenyataan hingga saya benar-benar jatuh cinta kepadanya."

Kakek jelas murka hingga ia langsung memukul lutut Xing Zhou yang terluka dengan tongkatnya dan menuduh Xing Zhou datang hari ini hanya untuk menunjukkan kesombongannya.

Menahan sakit di kakinya sekuat tenaga, Xing Zhou menegaskan bahwa dia datang hanya untuk meminta maaf secara tulus pada Kakek. Mian Tang pernah bilang bahwa Kakek adalah orang yang paling menyayanginya di dunia ini. Kakeklah yang mendidiknya menjadi gadis yang baik, pintar dan jujur.

Namun gadis sebaik Mian Tang harus menerima segala kepahitan akibat kesalahannnya. Seharusnya dialah yang menanggung semua itu. Karena itulah, Xing Zhou rela jika Kakek membalaskan semua dendam itu padanya hari ini. Dia tidak akan melawan dan tidak akan pula mengeluh.

Baiklah! Kakek hampir saja membunuhnya, tapi Mian Tang yang sedari tadi menguping di luar, cepat-cepat mencegah Kakek, menegaskan bahwa hubungan antara dirinya dengan Xing Zhou adalah urusan pribadi mereka berdua, dan juga memberitahu Kakek bahwa pria ini sebenarnya adalah Raja Huaiyang.

Kakek shock. Bagaimana tidak, Raja Huaiyang yang terkenal berjasa mengusir Suku Rong, ternyata malah menipu cucunya. Kakek jelas jadi semakin marah karenanya, tapi Mian Tang dengan cepat menghentikannya dan mengingatkan Kakek sebenarnya juga turut andil dalam masalah ini. Kakek dulu yang bersikeras memaksanya untuk menikah hingga pada akhirnya membuatnya menjalani takdir ini.

"Baik. Tatapanmu sekarang sama persis seperti ibumu dulu."

"Seandainya Ibu masih hidup, ia juga pasti tidak akan setuju. Kadang, aku juga tidak mengerti. Kakek marah padaku atau marah pada diri Kakek yang dulu yang tidak berhasil menghentikan ibuku?"

Kakek mengklaim kalau dia sama sekali tidak mengerti. Hmm, jelas sekali dari pemikirannya ini, Kakek benar-benar sangat kolot, meyakini bahwa wanita hanya bisa hidup dengan tenang jika dia menikah. Inilah yang dulu dia lakukan pada mendiang putrinya, alias ibunya Mian Tang.

Xing Zhou memberitahu Kakek bahwa Mian Tang tidak perlu menikah untuk hidup tenang karena Mian Tang sendiri adalah fondasi untuk hidup tenang. Mian Tang bisa mengendalikan takdirnya sendiri.

Hanya butuh waktu satu tahun bagi Mian Tang untuk mengubah toko kecil menjadi toko tembikar kekaisaran di asosiasi perdagangan tembikar.

Mian Tang menggunakan kemampuannya sendiri untuk melawan berbagai kekuasaan. Dia tidak kalah dari pria mana pun. Bahkan perangnya di Xingzhou yang banyak dipuji orang-orang pun, bisa menang berkat bantuan Mian Tang.

"Dia wanita pertama yang membuat saya tahu, pria bisa melindungi negara, sedangkan wanita bisa menjaga dari belakang. Bahkan bisa membuat kita menang secara mengejutkan."

Wanita yang Kakek anggap lemah ini, justru pernah memimpin orang-orang, berjuang sendiri dan membantu orang miskin. Karena itulah, wanita seperti Mian Tang ini, bisa hidup dengan bahagia walaupun dia tidak menikah seumur hidup. Dia tidak perlu mengandalkan orang lain untuk bisa hidup tenang. Jika dia ingin menikah, dia bisa menikah dengan pria yang bisa berbagi dengannya dan dicintainya.

"Semua ini bisa saya pahami walau baru mengenalnya selama satu tahun. Kakek adalah keluarganya, pasti bisa memahaminya."

Aww, Kakek tampak jelas bangga mendengar semua pencapaian cucunya, tapi dia tidak mau menunjukkannya di hadapan Xing Zhou, jadi dia langsung mengusir Xing Zhou.

Berduaan dengan cucunya, Kakek mulai mengenang mendiang ibunya Mian Tang yang dulu juga sama persis seperti Mian Tang. Dulu, ibunya Mian Tang juga ingin berdagang, tapi Kakek selalu menentangnya karena tidak percaya bahwa wanita bisa melakukan itu. Namun sebenarnya, ibunya Mian Tang-lah yang berjasa membuat biro pengawal mereka menjadi terkenal dan bukan dirinya.

Lalu kemudian, ibunya Mian Tang mengenal ayahnya Mian Tang. Waktu itu, ayahnya Mian Tang sangat terkenal sebagai pemuda yang penuh pengetahuan dan berbakat.

Ibunya Mian Tang sangat mengaguminya hingga ia rela menanggung hinaan orang-orang demi menjadi istri keduanya. Namun nyatanya apa, ayahnya Mian Tang sebenarnya sangat bodoh biarpun dia membaca banyak buku.

Jika bukan karena ibunya Mian Tang berusaha keras untuk menyelamatkannya, ia pasti tidak akan mati muda karena kelelahan. Kakek benar-benar menyesal, dialah yang salah karena tidak bisa melihat sifat ayahnya Mian Tang yang sebenarnya sehingga membuat putrinya salah jalan.

"Kakek, apa Kakek ingin mendengar kebenaran? Ibu pernah berkata kepadaku sebelum meninggal bahwa hidupnya sangat bahagia dan bersyukur. Walaupun ada yang dia sesali, tapi dia tidak menyesalinya. Ibu juga bilang, biarkan bintang berjatuhan dan waktu berlalu. Dia akan tetap mengingat dua masa di dalam hidupnya. Pertama adalah hari-hari bersama ayah. Kedua adalah perjalanannya menikah ke Nanyi."

"Saat itu, aku yang mengantarnya ke Nanyi. Mian Tang, kau makin mirip ibumu. Kau punya lebih banyak pemikiran daripada dia."

Kakek akui bahwa Raja Huaiyang memang orang yang tahu sopan santun walaupun dia sudah melakukan banyak kesalahan. Kakek memang tidak tahu masalah hubungan mereka, tapi Kakek bisa melihat dengan jelas bahwa Mian Tang sebenarnya sudah luluh. Karena itulah, sekarang Kakek akan membiarkan Mian Tang untuk membuat keputusannya sendiri.

Tak lama kemudian, Mian Tang mendapati kereta kudanya Xing Zhou masih di luar. Mo Ru memberitahu bahwa kaki Xing Zhou sangat kesakitan tapi ngotot menolak pergi karena mengkhawatirkan Mian Tang. Mo Ru sudah berusaha membujuknya tapi gagal, makanya dia meminta Mian Tang untuk membujuk Xing Zhou pulang.

Begitu Mian Tang masuk ke kereta kuda, dia mendapati Xing Zhou tampak menderita, tapi dia tahu betul kalau Xing Zhou cuma berakting. Lagian dia aneh-aneh saja, waktu Kakek memukulnya kan dia bisa saja menghindar. Kakek sekarang jadi merasa bersalah karena sudah memukul seorang pejabat yang berjasa.

"Jika aku tidak menerima pukulan ini, bagaimana mungkin emosinya akan reda? Menurutku, dari seluruh Keluarga Qiao, Kakek adalah orang yang paling pengertian. Belajarlah dari Kakek jika punya waktu. Amarahmu seperti batu yang ada di lubang."

"Aku memang pemarah dan keras kepala, tapi ini tidak menunda Raja untuk mendekatiku," balas Mian Tang. Pfft! 

Mian Tang menyarankannya untuk istirahat saja di rumah dan jangan di berkeliaran di luar agar tidak dipukul orang lain lagi.

Bersambung ke episode 31

Post a Comment

0 Comments