Sinopsis Are You the One Episode 29

Anaknya Raja Beizhou yang masih kecil ingin menunggang kuda besar dan Raja Beizhou mengizinkannya saja tanpa pikir panjang, tapi begitu menaikinya, kuda itu mendadak saja berlari kencang, sedangkan si anak belum mampu mengendalikan kuda besar itu.

Sontak saja Xing Zhou langsung memacu kudanya untuk mengejar anak itu dan begitu mereka sudah dekat, dia langsung melemparkan dirinya untuk menangkap anak itu dan menyelamatkannya dari si kuda, mereka pun terlempar dengan Xing Zhou menggunakan tubuhnya untuk melindungi anak itu sehingga dia terhantam pohon dan kakinya patah.

Sebenarnya sih cuma patah kaki biasa yang bisa sembuh setelah beberapa waktu, tapi Zhao Quan dengan sengaja ngedrama dramatis bin heboh banget mengklaim bahwa kakinya Xing Zhou terluka sangat amat parah dan tidak mungkin bisa diobati dengan obat apa pun.

Zhao Quan dengan super dramatisnya melarang Xing Zhou pergi ke mana pun karena guncangan sekecil apa pun, bisa memperparah kakinya sehingga berpotensi membuatnya lumpuh seumur hidup dan tidak bisa punya anak. Wkwkwk! Xing Zhou pun mengimbangi aktingnya dengan tak kalah dramatis seolah dia mau tetap pergi demi Tuan Putri Wu Hua.

Kasim Istana dengan polosnya mempercayai akting dramatis kedua pria itu sehingga dia memutuskan bahwa Xing Zhou yang sudah lumpuh ini tidak layak menikah dengan Tuan Putri.

Jadi dia menyarankan Xing Zhou untuk istirahat saja di Beizhou, masalah perjodohan ini, dia akan segera kembali ke ibu kota untuk melapor supaya Kaisar dan Ibu Suri Agung saja yang memutuskannya.

Fuih! Xing Zhou lega. Tidak disangka, melukai kakinya tanpa sengaja ini justru bisa menyelamatkannya dari perjodohan. Tapi dia melakukan ini karena dia sendiri loh yang mau, bukan karena Mian Tang. Awas saja kalau Zhao Quan memberitahu Mian Tang.

Zhao Quan janji tidak akan memberitahu Mian Tang, eh, besoknya dia malah mendatangi Mian Tang dan mencoba membujuknya untuk mengunjungi Xing Zhou. Pfft! Dasar.

Sekalian, dia juga ingin menanyakan keberadaan He Zhen. Untuk masalah Xing Zhou, Mian Tang ngotot menolak. Namun terkait He Zhen, Mian Tang dengan senang hati menggambar peta tentang lokasi keberadaan He Zhen, sekaligus menyarankannya untuk tidak mendatangi He Zhen dengan segala macam kemewahannya dan membawa perbekalan makanan kering.

Jadilah Zhao Quan mencarinya dengan berjalan kaki. Masalahnya, Zhao Quan tidak begitu pintar membaca peta dan buta arah. Setelah seharian berkeliling, dia malah berakhir di tempat antah berantah. Pfft! Pantas saja Mian Tang menyuruhnya membawa perbekalan makanan kering.

Untungnya di tengah keputusasaannya, dia akhirnya melihat sebuah rumah di kejauhan, dan yang tak disangkanya, itu adalah tempat pembakaran tembikarnya He Zhen.

Namun saking buru-burunya mencari He Zhen, dia malah tak sengaja menubruk He Zhen yang berujung pada pecahnya satu tembikar lagi. Hadeh! Zhao Quan sontak mewek heboh dan berjanji akan mengganti rugi.

He Zhen menolak. Bagaimanapun, dia juga salah karena kabur dari pernikahan dan mempermalukan keluarganya Zhao Quan, jadi sekarang mereka impas. Sudah selesai, kan? Zhao Quan pulang saja!

Eh, belum... Zhao Quan butuh bantuan He Zhen. Ini masalah penting, berhubungan dengan Mian Tang. He Zhen awalnya menolak, tapi Zhao Quan terus memohon dengan gigih hingga akhirnya He Zhen luluh juga.

Jadilah besoknya He Zhen mendatangi Mian Tang dan mencoba membujuknya untuk mengunjungi Xing Zhou. Namun Mian Tang malah masa bodoh.

Kakek Qiao mendapat sebuah surat, dari anonim, tapi isi suratnya sontak membuatnya cemas. Lalu tak lama kemudian, tiba-tiba saja Keluarga Su datang lagi, kali ini untuk melamar Mian Tang.

Dengan angkuhnya mereka mengklaim bahwa sebelumnya mereka mendadak pergi dari Beizhou untuk melunasi hutang, keluarga mereka sangat kaya, jadi biarpun punya banyak hutang, tapi mereka selalu punya jalan untuk mendapatkan kekayaan. Mereka punya banyak aset resmi. 

Hmm, aneh sekali mereka ini. Mereka bahkan dengan angkuhnya menyarankan Kakek untuk menerima lamaran mereka saja daripada menunda kesempatan Mian Tang untuk menikah seumur hidup.

Tak lama kemudian, Kakek mengonfrontasi Mian Tang karena surat dari anonim itu ternyata berisi informasi bahwa Mian Tang pernah menjadi selir seorang penguasa di Zhenzhou.

Mian Tang terpaksa mengakui bahwa ini benar, tapi dia meyakinkan bahwa akar masalahnya tidak seperti yang Kakek kira. Saat Kakek menanyakan di mana pria itu sekarang, Mian Tang sengaja berbohong bahwa pria itu sudah menjadi prajurit di Xibei.

Mian Tang meyakinkan bahwa mereka sudah putus hubungan, jadi Kakek tidak perlu khawatir. Namun tentu saja Kakek tidak bisa tidak khawatir, takut perkara ini tersebar di masyarakat dan merusak reputasi Mian Tang.

Mian Tang tegas menyatakan bahwa dia sama sekali tidak peduli tentang reputasinya, justru yang dia khawatirkan adalah jika Kakek melakukan sesuatu yang tidak perlu hanya karena masalah ini.

Tapi Kakek terus saja keras kepala mengkhawatirkan reputasinya Mian Tang, dan sekarang dia memaksa Mian Tang untuk menikah dengan Tuan Muda Su saja.

Mian Tang tegas menolak dan meminta Kakek untuk mengembalikan semua hadiah pertunangan Keluarga Su. Surat nikah hanya akan sah jika ditandatangi kedua pihak, jika tidak, maka berdasarkan hukum negara, itu namanya kejahatan pemaksaan pernikahan.

Pastinya, Xing Zhou juga mendapatkan kabar ini dari Wali Kota. Dari percakapan mereka, Keluarga Su memang sangat aneh. Entah bagaimana mereka mendadak punya banyak tanah dan langsung disahkan dengan cepat. Makanya sekarang mereka bisa dengan penuh percaya diri melamar Mian Tang.

Xing Zhou hampir saja panik begitu membaca surat nikah yang diajukan Keluarga Su. Untungnya Wali Kota cepat-cepat menenangkan Xing Zhou dan meyakinkannya bahwa dia belum mengesahkan surat nikah ini dan tidak akan sembarangan mengesahkannya.

Gara-gara masalah ini, Mian Tang akhirnya memutuskan untuk pindah rumah dan hidup sendiri di kediaman luar, Lu Zhong sudah membantunya membeli rumah baru.

Mian Tang benar-benar merasa segalanya serba aneh. Keluarga Su mendadak punya banyak tanah dan Kakek juga mendadak mendapat surat anonim. Dan lagi, surat itu menyebutkan bahwa mantan suaminya di Zhenzhou bukan seorang pedagang, melainkan keluarga terhormat di Zhenzhou. 

Siapa pun pelakunya, yang pasti orang itu jelas-jelas sedang menargetnya. Makanya Mian Tang harus keluar dari Kediaman Qiao supaya tidak melibatkan Keluarga Qiao.

Qiulin Xian menyarankannya untuk meminta bantuan pada Raja Huaiyang saja, Raja Huaiyang masih di Beizhou. Kabarnya, dia sekarang tidak bisa menikah dengan Tuan Putri. Namun Mian Tang, masih saja ngotot menolak.


Hari ini Mian Tang akhirnya pindah ke rumah barunya, tapi malam pertamanya saja sudah sial karena mendadak dia diserbu oleh pasukan anak buahnya Raja Sui.

Mian Tang sama sekali tidak kaget sih, dia memang sudah menduganya sejak dia mencurigai isi surat anonim itu, dan dia yakin pula bahwa merekalah yang memberikan tanah yang begitu luas pada Keluarga Su secara cuma-cuma karena hanya Raja Sui yang memiliki kekayaan sebanyak itu di negara ini.

Mereka berencana membuatnya dipaksa menikah dengan Tuan Muda Su supaya dia bisa keluar dari Beizhou, dengan begitu, maka mereka akan bisa menculiknya dengan mudah.

Tebakannya benar semua, anak buahnya Raja Sui langsung mengerahkan pasukannya untuk menyerang Mian Tang. Namun mereka tidak sadar siapa yang sedang mereka hadapi. Mantan bandit Gunung Yang jelas tidak mudah ditaklukkan begitu saja. Sendirian saja Mian Tang tetap mampu menjatuhkan beberapa pria sekaligus.

Dan untungnya dia kemudian mendapatkan bantuan dari Xing Zhou yang mendadak muncul di atas genteng, entah bagaimana ceritanya dia bisa naik ke genteng dalam keadaan kaki terluka, lalu dengan akurat dia menembakkan panahnya ke bahu si anak buahnya Raja Sui.

Sama seperti Mian Tang, dia juga sejak awal mencurigai Raja Sui, makanya dia juga sudah bersiap-siap. Mantan pasutri palsu itu dengan kompak bekerja sama melawan para penjahat itu.


Tapi salah satu penjahat mendadak melempar pedang ke Xing Zhou. Untungnya Xing Zhou berhasil menghindarinya, tapi berakibat membuatnya jatuh dari atas genteng hingga membuat kakinya berdarah lagi.

Untungnya tepat saat itu juga pasukannya Raja Beizhou muncul untuk melindungi mereka dan menangkap para penjahat itu. Sudah selesai, Mian Tang mengeluh sedih karena kediaman barunya jadi hancur. Sontak saja pasukannya Xing Zhou langsung kompak menata kembali segalanya seperti sedia kala, lalu kemudian kompak pamit pergi meninggalkan mereka berduaan.

 

Eh, Mian Tang baru sadar sekarang, Xing Zhou katanya terluka parah, tapi ternyata masih bisa berdiri dan berjalan pakai tongkat.

Xing Zhou hampir saja mau memanfaatkan kesempatan untuk bermanja ria pada Mian Tang, eh Mo Ru malah mendadak muncul menjemputnya pulang. Dasar, Mo Ru! Tapi tidak masalah, Xing Zhou tetap bahagia bisa bertemu Mian Tang lagi.

Begitu sampai kembali ke Kediaman Raja Beizhou, Xing Zhou sontak diomeli habis-habisan gara-gara Xing Zhou menipunya, dia baru tahu sekarang bahwa orang-orang yang dia tangkap tadi adalah pasukannya Raja Sui. Raja Beizhou kan takut bermusuhan dengan Raja Sui.

Xing Zhou santai menyarankannya untuk segera pergi ke ibu kota saja, karena perlindungan Kaisar adalah satu-satunya cara baginya untuk melindungi dirinya dari Raja Sui.

Kaisar pusing, sekarang bukan hanya Raja Sui yang berulah, bahkan ayah mertuanya juga mulai sombong selangit dengan menuntut untuk mendapatkan gelar kehormatan di Kuil Agung.

Padahal biasanya hanya para pejabat yang memiliki jasa besar bagi negara yang bisa mendapatkan kehormatan itu, sedangkan Shi Yi Kuan bahkan tidak memiliki jasa besar apa pun bagi negara. Akan tetapi, di sisi lain, ini bisa juga menjadi cara untuk menyeimbangkan kekuasaan Raja Sui.

Hari ini Xue Ji pulang ke Kediaman Shi dan membawa hadiah beberapa perhiasan untuk suadara-saudaranya. Namun kakak-kakaknya yang begitu angkuh, sama sekali tidak senang dengan hadiah-hadiah itu dan terkesan meremehkannya.

Bahkan salah satu kakak langsung ceplas-ceplos protes tidak terima karena menurutnya hadiahnya terlalu sedikit. Namun tepat saat itu juga, Shi Yi Kuan mendadak muncul dan langsung menampar si kakak.

Namun setelah mengusir semua orang, sikap Shi Yi Kuan yang awalnya sok sopan pada Xue Ji, seketika berubah sama seperti yang lain dan kesal mengkritik Xue Ji karena suratnya belum mendapatkan balasan, surat tentang meminta gelar kehormatan si Kuil Agung pada Kaisar.

Memberanikan diri, Xue Ji jujur mengaku bahwa dia memang tidak ingin menyetujui permintaan itu. Kaisar sudah memberinya kepercayaan besar dan sudah menjadikannya Jenderal Agung, jadi tidak seharusnya meminta gelar lebih banyak lagi.

Bukankah lebih baik jika dia mendapatkan gelar melalui prestasi yang sifatnya lebih permanen dibandingkan tergesa-gesa meminta prestasi yang bersifat sementara?

Lagipula, dengan situasi politik saat ini, Xue Ji khawatir meminta gelar kehormatan, hanya akan membuat Raja Sui tak senang dan pada akhirnya akan menarget Keluarga Shi.

Namun Shi Yi Kuan bersikeras harus mendapatkan gelar kehormatan itu, dengan angkuhnya menyatakan bahwa jika Kaisar ingin menyingkirkan Raja Sui, maka Kaisar hanya bisa mengandalkannya seorang.

"Jika Ayah seperti ini, lalu apa bedanya Ayah dengan Raja Sui waktu itu?" kritik Xue Ji. 

Namun kritikan Xue Ji itu sontak membuat Shi Yi Kuan murka hingga dia langsung menampar Xue Ji dan memperingatkan Xue Ji bahwa Xue Ji bisa mendapatkan posisi ini berkat dirinya dan memaksa Xue Ji untuk membantunya bicara pada Kaisar.

Bersambung ke episode 30

Post a Comment

0 Comments