Tuan Putri Zi Gu sontak pasang badan melindungi Mei Lin, mengira Murong Jing He mau melakukan sesuatu pada anak buahnya. Namun ternyata Murong Jing He hanya menyuruh anak buahnya untuk mengambil kembali anjingnya.
Liu Zhong memberitahu Murong Jing He bahwa setelah para gadis memasuki kota, mereka akan diseleksi lebih dulu sebelum kemudian dibagi-bagikan pada para pejabat. (Bah! Wanita kayak nggak ada harganya)
"Kalau begitu, berapa orang yang bisa kudapatkan?" tanya Murong Jing He sembari terus menatap Mei Lin.
"Kerabat dan keluarga kekaisaran mendapatkan empat orang."
"Empat? Namun, setelah kupilih, aku hanya merasa gadis cantik ini yang paling menarik (Mei Lin). Namun jika hanya memilih satu, aku juga akan rugi. Begini saja, untuk tiga gadis lainnya, biar Xiaoba (anjingnya) yang memilihkannya untukku."
"Berdasarkan aturan norma, baru bisa dipilih setelah melalui ritual pernikahan."
"Kalau begitu, apa gunanya aku menjadi wali penjemput pengantin?"
Putri Zi Gu sontak membentaknya dengan kesal, tidak terima dengan cara Jing He menghina para gadis ini. Mereka adalah para gadis pembawa perdamaian, bukan tawanan perang.
Mendengar itu, Jing He dengan dinginnya mengingatkan Putri Zi Gu bahwa negara Xiyan sendiri yang mengusulkan pernikahan politik untuk ditukar dengan nyawa 10.000 tawanan perang. Dia hanya bertindak mengikuti situasi, jadi bagaimana bisa disebut menghina? Kalau Putri Zi Gu ingin menyalahkan seseorang, dia salahkan saja ayahandanya.
Liu Zhong buru-buru bertindak meredakan situasi menegangkan ini dengan mengklaim bahwa Murong Jing He hanya bercanda. Dia tidak akan mengajak gadis cantik perdamaian bermalam bersamanya sebelum melalui ritual pernikahan.
Jadilah rombongan pengantin memasuki kota dan ditempatkan di penginapan yang sudah disiapkan untuk mereka beristirahat. Mei Lin sekamar dengan tiga gadis lainnya saat Putri Zi Gu mendadak muncul dengan membawa bantal. Dia tidak bisa tidur, jadi dia mau tidur di sini bersama mereka.
Ketiga gadis mencoba menyarankan berbagai macam cara untuk membuat Putri Zi Gu tidur, tapi tidak ada satu pun yang benar. Putri Zi Gu butuh suatu cara yang bisa membuatnya cepat tidur tanpa harus repot-repot melakukan berbagai hal yang membuatnya lelah.
Mei Lin punya ide bagus, memukul belakang leher Tuan Putri, dijamin dia akan langsung pingsan dan bisa membuatnya tertidur selama 12 jam. Wkwkwk!
Ketiga gadis jelas tidak ada yang setuju dengan ide gila. Bagaimana kalau sampai mencelakai Tuan Putri? Bahaya! Tapi Putri Zi Gu sendiri malah suka dengan ide itu dan menyuruh Mei Lin untuk mencoba mempraktekkannya saja.
Namun saat Mei Lin mengklaim kalau sebenarnya dia cuma tahu teorinya tapi belum pernah pernah praktek langsung, Putri Zi Gu sontak berubah pikiran dengan ketakutan.
Putri Zi Gu tidak bisa tidur karena sebenarnya galau memikirkan ucapan Murong Jing He. Dia merasa ucapannya ada benarnya, ayahandanya menjualnya ke Negara Yan dan tidak mau mengurusinya lagi.
Padahal ada banyak tuan putri lain di istana, Putri Zi Yu sebenarnya lebih cocok, tapi Kaisar tidak rela membiarkannya pergi melakukan pernikahan politik, akhirnya malah dia yang dipilih. Jadi apa sebenarnya alasan ayahandanya memilihnya?
Ketiga gadis mencoba menghiburnya, tapi tidak ada yang berhasil. Mei Lin awalnya diam saja, tapi saat akhirnya dia angkat bicara untuk menghiburnya, malah ucapannya yang berhasil menenangkan Putri Zi Gu dan membuatnya senang dengan mengklaim bahwa Putri Zi Gu dipilih karena dia yang paling cantik.
Setelah Tuan Putri dan para gadis tertidur, Mei Lin diam-diam pergi dan menyelinap masuk ke kamarnya Murong Jing He untuk membunuhnya.
Namun bahkan sebelum dia sempat bertindak apa pun, dia hampir saja celaka gara-gara beberapa jebakan yang dipasang di kamar itu. Untungnya dia berhasil menghindari semua senjata-senjata itu.
Gara-gara inilah dia akhirnya menyadari bahwa gundukan yang ada di atas kasur itu pasti bukan Murong Jing He. Berhubung kamar ini penuh jebakan dan trik, jadi tidak sulit untuk menebak bahwa di balik rak dinding, ada sebuah kamar rahasia.
Dan yups, di sana memang ada kamar rahasia, di kamar rahasia inilah Murong Jing He tidur. Namun dia sudah tidak ada di tempat.
Tepat saat itu juga, Mei Lin mendengar langkah kaki seseorang. Saat dia keluar, dia malah berhadapan dengan seorang penyusup lain yang juga ingin menghabisi Murong Jing He.
Sontak saja kedua pembunuh itu langsung bertarung dengan sengit, tapi si pembunuh kedua dengan cepat kewalahan menghadapi Mei Lin dan akhirnya cepat-cepat kabur.
Banyak sekali orang yang mau membunuh Murong Jing He, pantas saja kamarnya dipasangi banyak jebakan. Namun tentu saja Mei Lin tidak akan membiarkan orang lain melakukan itu, pokoknya Murong Jing He harus mati di tangannya.
Dari menguping para pelayan yang tak sengaja lewat, dia mendengar Murong Jing He sedang berada di pemandian, lebih tepatnya, pemandian obat.
Maka kemudian, Mei Lin menyamar jadi pelayan yang mengantarkan bahan obat untuk Jing He, sekaligus menggunakan pesonanya untuk menggoda Jing He, mengklaim bahwa sejak melihat wibawa Jing He tadi siang, dia jadi kagum pada Jing He.
Mendengar itu, Jing He langsung mengulurkan tangan padanya, mengundangnya untuk mendekat. Oh? Sepertinya Jing He terperdaya olehnya. Mei Lin pun berjalan mendekatinya dengan tusuk konde yang siap dia gunakan untuk membunuh Jing He.
Namun begitu Mei Lin menggenggam tangannya, Jing He mendadak menariknya dengan kuat hingga dia tercebur ke pemandian dan tusuk kondenya terlepas dari tangannya.
Parahnya lagi, Mei Lin kemudian menyadari bahwa di dalam air pemandian ini ada bubuk pelemas otot, lalu Jing He tiba-tiba menggunakan tusuk kondenya untuk menginterogasinya.
"Kau menunjukkan cinta dengan berani. Sebenarnya, apa yang kau inginkan? Jika kau menginginkan nyawaku, aku tidak bisa memberikannya."
"Saya hanya menginginkan Raja."
"Ritual malam pertama seharusnya dilakukan saat malam pernikahan di ibu kota. Bagaimana menurutmu?"
Jing He mengintimidasinya dengan sedikit menusuk lehernya hingga berdarah tapi tidak sampai fatal. Namun Mei Lin tetap tenang menghadapinya, mengklaim bahwa dia sudah tidak sabar dan menantikan hal itu.
"Tak peduli apa pun yang kau inginkan, tergesa-gesa seperti ini, hanya akan membawa masalah untuk dirimu sendiri."
Liu Zhong tiba-tiba melihat si pembunuh melesat secepat kilat di hadapannya yang sontak saja membuatnya panik mengkhawatirkan Jing He. Para anak buahnya Jing He langsung panik lari ke pemandian untuk melindungi Tuan mereka.
Begitu mendengar suara orang-orang itu mendekat, Mei Lin yang panik, dengan cepat putar otak dan langsung mencium Jing He mesra. Kaget sesaat, Jing He dengan cepat balas menciumnya lebih mesra, dan inilah pemandangan yang dilihat para anak buahnya Jing He. Mereka jadi canggung dan buru-buru keluar tanpa mencurigai keberadaan Mei Lin di situ.
Sudah aman, Mei Lin langsung melepaskan diri dengan menggigit bibir Jing He sampai berdarah. Namun Jing He malah jadi semakin menggila hingga dia tiba-tiba mengeluarkan seutas tali lalu menggunakannya untuk menjerat leher Mei Lin.
Namun Mei Lin sama sekali tidak takut dengan intimidasinya. Keteguhan Mei Lin membuat Jing He kagum juga padanya hingga akhirnya dia melepaskan jerat talinya dan jadi semakin tertarik pada Mei Lin.
"Kedua matamu ini sungguh unik. Apakah kita pernah bertemu? Mungkin kita pernah bertemu di kehidupan lalu. Kau dan aku pasti punya jodoh yang telah ditakdirkan. Apakah kau juga berpikir begitu?"
Mei Lin menjawabnya dengan senyum manis saja. Kalau begitu, Jing He menyuruhnya untuk menginap saja di sini malam ini. Besok Mei Lin ikut dengannya ke ibu kota.
Begitu Mei Lin menyetujuinya, Jing He pun bangkit dan berjalan pergi. Lah? Dia tidak cacat? Jadi kursi rodanya cuma buat akting, kah?
Saat dia berjalan pergi, dia diam-diam membatin ambigu yang sepertinya tentang Mei Lin, "kau benar-benar tidak mengecewakanku, Pengemis kecil." (Maksudnya???!!!)
Bersambung ke episode 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam