Saat Suam sedang bekerja, Oil tiba-tiba datang memberitahunya untuk tidak pulang hari ini, soalnya Ayah mereka ada di rumah. Suam mengiyakannya saja, bahkan meyakinkan Oil kalau dia punya tempat untuk menginap, padahal sebenarnya dia bohong. Dia berkata begitu hanya supaya Oil tidak mencemaskannya.
Suam benar-benar tak punya tempat tujuan sepulang kerja, dan akhirnya berkeliaran di jalan, merindukan kasur empuk di rumahnya Rut sebelum kemudian dia tertidur di depan mini market.
Da kesal, Rut sekarang menghindarinya. Dia tidak bisa tenang memikirkan si jalang itu mendapat Rut. Apa Su tidak khawatir. Su santai, tentu saja dia khawatir, tapi tenang saja dulu.
Dia yakin sama Rut, dia bukan pria yang mudah didekati. Cewek norak seperti itu tidak mungkin bisa mendekati Rut. Da santai saja dan pergilah berbulan madu, masih ada waktu untuk mengurusi dia.
Para preman suruhan Sia datang lagi ke rumah keluarganya Suam untuk menagih hutang mereka. Tapi Ayah tidak mau tanggung jawab dan mengancam Ibu untuk menyelesaikan masalah ini sendiri atau dia akan menghajar Ibu, dia bahkan langsung pergi meninggalkan mereka.
Para preman itu sontak mengambil barang-barang mereka. Oil berusaha meminta tambahan waktu dan memberikan sedikit uang yang dimilikinya. Tapi para preman itu tak mau tahu. Bayar hutang mereka atau pergi dari sini.
Sia Ha sudah berbaik hati memberi mereka waktu beberapa bulan, dia bahkan menawari Oil untuk bekerja padanya. Kenapa juga Oil jual mahal? Dia kan sudah bukan gadis lagi, dia sudah punya anak malah. Pergi dan tinggal saja di jalanan.
Ibu tidak terima diusir dan dihina seperti ini. Si preman jadi makin kesal dan langsung mendorong Ibu dengan kasar. Dia hampir saja melayangkan tangan... saat tiba-tiba pintu terbuka. Fiuh! Syukurlah Rut datang.
"Siapa kau?"
"Aku polisi, aku minta semua orang berdamai!"
Suam baru keluar dari mini market saat Bu mendadak muncul dan dengan panik menyuruhnya untuk segera pulang. Seketika itu pula Suam langsung melesat pergi.
Tapi di tengah jalan, para ibu-ibu tetangga mendadak memanggilnya dan menggodanya habis-habisan. Kenapa Suam tidak bilang-bilang kalau dia sudah kaya? Mereka bahkan langsung mengubah panggilan mereka pada Suam jadi 'Nyonya Suam'. Bahkan Nenek Dukun pun langsung hormat sama dia.
Suam jelas bingung apa maksud mereka. Apalagi saat dia bertemu Way di depan rumahnya, Way mendadak melabraknya sambil nangis, menuduh Suam sahabat pengkhianat yang merebut suaminya. Suam jadi tambah bingung.
Di dalam rumah, Ibu dan Rut sedang menegosiasikan masalah mahar. Ibu tidak masalah tidak ada pesta, yang penting melakukan pendaftaran saja, dan maharnya sedikit saja.
Rut dengan senang hati menyerahkan sertifikat rumah itu dan seamplop uang mahar... tepat saat Suam masuk. Ibu mendadak berubah sikap jadi lebih lembut sama Suam dan langsung mendorong Suam duduk di sebelahnya Rut. Duh, Suam benar-benar pandai memilih.
Suam benar-benar bingung sekarang. Ada apa ini? Dan kenapa Rut datang kemari? Dia sontak menarik paksa Rut keluar bersamanya, mereka perlu bicara empat mata di tempat pribadi.
Tapi begitu keluar, mereka sontak dilabrak sama Way yang masih sakit hati dikhianati sahabat brengsek dan suami bajingan. Bu buru-buru menyeretnya pergi sebelum Way semakin menggila.
Suam lalu membawanya ke tepi sungai yang ada pohon keramatnya dan langsung menginterogasinya, ngapain Rut datang kemari?
"Aku datang untuk melamarmu."
"Khun!"
"Kenapa, Suam? Aku meneleponmu, kau tidak mengangkatnya. Aku kirim pesan, kau tidak membalasnya. Kenapa kau menghindariku?"
Suam menyangkal, dia tidak menghindari Rut. Mereka cuma sudah tidak punya urusan dengan satu sama lain, jadi untuk apa saling bertemu? Rut ngotot mereka harus bertemu karena mereka akan jadi suami dan istri.
"Hei, Khun! Bisakah kau berhenti bercanda?"
"Aku tidak bercanda! Aku sudah meminta restu pada ibumu dan ibumu juga sudah menerima mas kawin dariku."
"Tunggu!"
"Aku tidak bisa menunggu!"
"Tidak bisa! Tidak bisa!"
"Tidak bisa! Ibumu sudah menerima uang itu. Kau pergilah berurusan dengan ibumu sendiri."
Suam sakit hati mendengarnya. Rut pikir dia bisa seenaknya melempar uang padanya seperti ini? Baiklah, lempar saja uang ke kepala orang miskin ini. Tapi kali ini, itu tidak akan berhasil, Rut terlalu merendahkannya.
Rut menegaskan bahwa dia datang untuk menemui ibunya Suam, tapi malah mendapati ibunya Suam tengah diusir paksa oleh penagih hutang. Makanya Rut membayarkan rumah itu untuknya, lalu meminta izin secara formal untuk menikahi Suam, membayar mas kawin, menanyakan upacara pernikahan dan lain sebagainya.
Dia menghormati Suam dalam setiap hal yang dia lakukan. Suam sendirilah yang memandang rendah dirinya sendiri. Dia hanya menginginkan Suam.
"Tidak bisa!"
"Tidak bisa! Ibumu sudah menerima uangnya. Pergilah berurusan dengan ibumu."
"Baiklah... Aish! Maksudku, aku akan menyelesaikannya dengan ibuku dulu. Kau tunggu di sini. Jangan ke mana-mana. Kau tidak boleh pergi dari sini. Ibuku lemah sama cogan."
Rut sontak tersenyum lebar mendengarnya. Jadi menurut Suam, dia ganteng yah? Kesal, Suam langsung pergi meninggalkannya.
Suam ngotot tak setuju dengan pernikahan ini. Ini urusan antara Ibu sama Rut, kalau ada yang harus nikah, Ibu nikah sendiri saja sama Rut. Ibu sampai stres sama dia, sok bijak banget dia. Saat ada pria yang melamarnya, dia malah jual mahal kayak begini.
Lihatlah situasinya dulu sebelum dia bersikap sombong. Kalau dia sampai melepaskan Deputi itu, dia tidak akan pernah menemukan yang baik seperti dia.
Apa Suam pikir keluarga mereka tidak kesusahan? Oil bahkan harus bekerja mencuci dan menyetrika pakaian dengan upah 100 Baht per hari demi membesarkan Nat. Apa Suam sendiri tidak susah? Di mana dia tidur semalam? Suam sontak speechless.
Jika dia menikah dengan Deputi, maka dia bisa melanjutkan studinya. Masa depan Suam jauh lebih bagus daripada orang lain. Tidak seperti Ibu dan Oil, bahkan sampai mati pun, mereka tidak akan bisa mendapatkan yang lebih baik dari ini.
Tentang rumah ini, Ibu tahu dia yang salah karena membiarkan Ayah menggadaikannya. Tapi sekarang mereka sudah mendapatkannya kembali. Mereka sudah mendapatkan tempat tinggal kita kembali. Jika bukan karena bantuan Deputi, apa yang harus mereka lakukan? Di mana mereka semua harus tinggal?
"Hiduplah dengannya. Masa depanmu akan lebih bagus dari ini. Jadi kau tidak akan hidup dengan rakyat rendahan seperti ini. Sehingga kau bisa melanjutkan studi sesuai keinginanmu. Atau jika kau berpikir tidak melakukannya untuk dirimu sendiri, maka lakukanlah demi ibumu ini, demi kakakmu, demi keponakanmu. Bisakah?"
Suam sontak berlinang air mata mendengarnya. Akhirnya dia mengalah dan langsung pergi ke pinggir sungai, tapi Rut malah sudah tidak ada di sana.
Suam langsung mendatangi rumah Rut. Dia mulai menjulurkan jarinya untuk memencet bel... saat tiba-tiba saja Rut muncul, jelas sudah menunggunya.
"Aku setuju, Khun Danurut."
Rut lalu membawanya masuk ke ruang kerjanya untuk membicarakan masalah ini. Tapi Suam ingin tahu apa sebenarnya alasan Rut menikahinya?
"Aku butuh penjaga untuk mencegah anjing."
"Anjing dari mana?"
"Setelah menikah, kau akan tahu."
"Apa itu anjing ganas? Apa anjing itu menggigit?"
"Banyak jenisnya."
"Berapa banyak anjingnya?"
"Jangan cemburu."
"Kenapa aku?"
"Karena kau kayak anjing." (Wkwkwk! Kurang ajar!)
Bersambung ke part 5
1 Comments
Terimakasih atas sinopsisnya
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam