Berusaha menahan kesal, Suam tanya apa yang akan dia dapatkan. Rut meyakinkan Suam bahwa setelah mereka menikah, maka Da dan Aik tidak akan lagi menganggu Suam.
Bukankah Da berhubungan baik dengan Dekan di kampusnya Suam? Jika sampai berita itu tersebar, Suam mungkin akan dikeluarkan dari kampus. Kapan Suam akan lulus?
"Beberapa bulan lagi."
"Kalau begitu kita akan menikah selama 3 bulan. Setelah kau lulus dan mendapatkan pekerjaan, baru kita akan bercerai."
"3 Bulan? Kenapa harus 3 bulan?"
"Terus apa kau ingin menikah selamanya?"
"Tidak sih. Tapi kan kita akan menikah. Aku siap untuk menikah, tapi aku tidak siap jadi janda."
"Suam, kita bahkan belum menikah. Apa kau begitu terpesona denganku?"
"Lalu bagaimana kau bisa yakin kalau aku mau bercerai?"
Karena ini adalah kesepakatan bisnis, dan Rut yakin kalau Suam adalah orang yang profesional. Kalau ini kesepakatan bisnis, maka Suam menuntut uang. 1 juta Baht.
Rut keberatan, cuma 3 bulan, itu kebanyakan. Kalau begitu 500 ribu Baht saja. Rut tetap keberatan, itu kebanyakan untuk 3 bulan.
"Hei, Khun. Menyewa model untuk promosi krim pemutih ketiak harganya juga segitu. Aku harus melepaskan status gadis-ku dengan resiko digigit anjing, belum lagi nanti aku harus bercerai dan berubah status jadi janda. Itu akan jadi dosa seumur hidupku, Khun."
"Kau tidak perlu mengubah nama keluargamu."
"Lalu siapa yang tahu? Aku bahkan berpikir untuk minta rumah di pinggir kota dan uang untuk biaya kuliah."
"Kau berani sekali. Kenapa tidak sekalian minta rumah pribadi?"
"Tidak perlu. Aku serius."
Baiklah, jika permintaannya sebanyak itu, maka Rut juga tidak mau rugi. Dia tidak mau menikah cuma sebagai kedok saja, dia harus mendapatkan keuntungan dari Suam. Enak aja! Suam tidak mau! Jangan bernapsu!
Rut hanya mau menawarkan 400 ribu Baht. Setelah Suam lulus nanti, dia akan mencarikan pekerjaan untuk Suam. Setelah dia yakin Suam bisa keluar dari lingkungannya yang sebelumnya, baru mereka akan bercerai. Bagaimana?
"Biar kupikir dulu. Ini masalah penting" Suam pun mikir... sedetik kemudian. "Oke! Aku setuju."
Dia bahkan semangat untuk pindah ke rumah ini hari ini juga lalu melesat kembali ke rumahnya untuk mengambil barang-barangnya.
Tak lama kemudian, Thuan mengantarkan Suam. Tapi Suam melihat muka Thuan tampak galau. Kenapa mukanya begitu sekarang, bukankah Thuan sendiri yang menyuruhnya untuk menikah?
Tetap saja Thuan merasa khawatir, dia benar-benar tidak bisa memercayai siapapun sekarang. Suam meyakinkan bahwa dia bisa menjaga dirinya sendiri. Hanya saja dia penasaran, kenapa Rut ingin menikah cuma 3 bulan?
Thuan yakin itu karena Rut harus melakukan sesuatu yang penting selama 3 bulan ini. Dan tugas Suam sebagai mata-mata adalah mencari tahu jawabannya.
"Baiklah. Akan seperti apa hidupku selama 3 bulan ke depan, Paman?"
"Hidupmu akan baik-baik saja. Dan akan menjadi lebih baik."
Teleponnya Rut terus menerus berbunyi dari Neung dan Su, tapi Rut sengaja tak menjawab semuanya. Teerak sampai heran melihat itu. Seandainya setiap hari Rut mematikan suara ponselnya, dia pasti akan punya lebih banyak waktu luang untuk melakukan banyak hal.
"Teerak, tolong siapkan tempat tidur kecil."
"Baik. Apa ada tamu yang akan datang?"
"Seseorang yang akan mematikan suara HP."
"Seseorang yang akan mematikan suara HP?"
Ponselnya berbunyi lagi, tapi kali ini Direk yang menelepon. Rut pun langsung mengangkatnya. "Halo, Paman. Khun Da sudah memberitahu Paman rupanya. Iya, aku akan menikah."
DUAK! Teerak sampai kejedot tembok keras banget saking kagetnya. Rut mengalihkan topik ke masalah kasusnya Bell. Dari hasil penyelidikan, ternyata dia mantan karyawan barnya Sia Ha. Karena itulah, Rut minta waktu 3 bulan untuk mengakhiri kasus ini.
Usai mematikan teleponnya, Rut bingung sendiri melihat Teerak baru bangkit dari lantai dalam keadaan kacau dan kepala puyeng.
"Anda akan menikah?... Sama siapa?"
Suam tiba tak lama kemudian dengan membawa barang-barangnya yang sangat sedikit. Rut langsung menyeretnya masuk kembali ke ruang kerja dan membiarkan Teerak mengurusi barang-barangnya Suam.
"Baru diundang, langsung datang dan menyeret pengantin ke kamar." Heran Teerak.
Rut sudah menyiapkan kontrak pernikahan mereka. Suam menyetujui hampir semua syarat, kecuali satu. Suam ingin hari libur juga. Rut tak setuju, mana ada hari libur dalam pernikahan?
Suam ngotot bahwa dalam pernikahan juga butuh waktu private. Tapi Rut ngotot tak ada waktu private setelah mereka menikah. Suam kesal, baiklah kalau begitu.
Satu lagi, artikel 14.2 paragraf 3 menyebutkan bahwa jika terjadi sesuatu yang melewati batas dan merupakan kemauan kedua belah pihak, maka itu akan dipertimbangkan di luar kontrak. Suam rasa ini tidak perlu karena hal itu tidak akan pernah terjadi.
Rut bingung itu artikel yang mana? Suam langsung mendekat untuk menunjukkan artikel yang dimaksudnya. Dia condong terlalu dekat sama Rut sampai Rut langsung mendorongnya agak menjauh.
Rut ngotot syarat yang ini perlu ditulis. Pria dan wanita tinggal bersama dalam satu kamar, apa saja bisa terjadi. Suam yakin itu tidak akan terjadi, karena dia tidak akan mau tidur sekamar sama Rut.
Rumah ini kan punya 3 kamar, Suam mau kamarnya sendiri, kamar yang dia tempati sebelumnya. Tidak bisa, tadi Rut sudah menyuruh Teerak menyiapkan tempat tidur kecil, Teerak bisa curiga kalau mereka tidur pisah kamar.
"Khun Teerak tidak akan curiga."
Karena Teerak sebenarnya sedang menguping mereka di luar. Wkwkwk! Dia sebenarnya cuma mau tanya di mana dia harus menaruh barang-barangnya Suam, tapi malah tak sengaja menguping mereka sejak sedari awal sampai akhir.
Rut lalu membawa Suam ke kamarnya, Suam langsung antusias melihat kamar barunya. Terus Rut tidur di mana? Rut sontak menutup pintu, tentu saja dia tidur di sini juga dan langsung mendekati Suam.
"Hei, kau mau ngapain?!" Panik Suam.
"Kenapa? Suami dan istri harus tidur sekamar."
Suam mendadak berubah sikap. "Baiklah. Kita bisa tidur sekamar."
"Kau patuh sekali."
"Peluk 2000 Baht, pegang tangan 500, menyentuh bagian lain mulai dari 1000, harga akan naik tergantung bagian mana yang kau sentuh, kecup-kecup 5000, deep kiss 12.000. Dan yang terakhir, jika kau melakukan something padaku, kau harus bayar 300.000 Baht."
"Something apa?"
"Something wrong, Pak Deputi. Jadi, kau ingin melakukannya secara terpisah atau sepaket? Bisa sepaket loh."
Rut sontak membuka pintunya dan mengusir Suam. Dia tidur saja di kamar sebelah. Cepetan!
Suam akhirnya kembali ke kamar yang sebelumnya dan termenung mengingat ucapan Ibu. Baiklah. Suam langsung menyemangati dirinya sendiri untuk melakukannya saja, lagian cuma 3 bulan kok. Dapat ini saja sudah cukup baik.
Keesokan harinya, mereka pun mendaftarkan pernikahan mereka pada seorang Petugas Dukcapil. Oil dan Padet diminta untuk menjadi saksi. Begitu semua orang selesai tanda tangan, resmilah mereka sebagai suami dan istri... Secara hukum dan secara praktek. Pfft!
"Prakteknya belum, Pak." Ujar Suam.
"Nanti malam prakteknya, Pak." Timpal Rut.
Suam sontak memelototinya dengan kesal. Rut santai saja merangkulnya sambil mengklaim bahwa istrinya ingin menunggu sampai mereka resmi tanda tangan sertifikat pernikahan dulu baru praktek.
"Ada apa ini?!" Neung mendadak muncul.
Suam sontak panik, tapi Rut dengan cepat mempererat rangkulannya, mengisyaratkannya untuk tetap diam dan berbisik menyuruh Suam untuk mulai melakukan pekerjaannya mulai sekarang.
Neung terus menuntut acara apa ini. Menyadari suasana mulai tak enak, Petugas Dukcapil buru-buru pamit, dia cuma diminta datang kemari untuk mendaftarkan pernikahan Deputi dengan istrinya.
Neung shock, apalagi saat dia melihat sertifikat pernikahan itu. Terang saja Neung jadi semakin benci pada Suam, pengkhianat! Suam panik dan mencoba menjelaskan pada Neung, tapi Neung terlalu sakit hati padanya dan tak mau mendengar penjelasan apapun.
"Aku tidak mau mendengar apapun dari mulutmu, Suam! Mulutmu bilang sayang dan peduli padaku. Tapi kau mengambil segalanya dariku. Dan sekarang kau merebut P'Rut dariku tanpa malu! Lalu apa yang harus aku dengarkan darimu, Suam?!"
Rut sontak membela Suam dan menegaskan bahwa Suam tidak merebutnya dari siapapun, dialah yang melamar Suam. Neung tak percaya, kenapa Rut merendahkan dirinya untuk menikah dengan orang semacam Suam?
"Apa yang kau lakukan, Suam? Apa yang kau lakukan sampai membuat P'Rut dan P'Aik tergila-gila padamu? Apa yang kau lakukan, Suam?!"
Rut sontak protes, tidak terima dirinya disamakan dengan pria semacam Aik. "Dan tolong bicaralah dengan hormat pada istri sahku."
Sakit hati, Neung langsung pergi dengan berlinang air mata. Suam pun sedih, tapi tak ada yang bisa dilakukannya.
1 Comments
Lanjut semangat!!!!
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam