Recap The Forbidden Flower Episode 17 & Episode 18

Kecemasannya yang berlebihan membuat He Ran lagi-lagi bermimpi buruk terpisah dari Xiao Han yang sontak membuatnya terbangun dengan panik mencari He Ran, dan menemukannya masih di depan api unggun. He Ran pun perlahan berjalan mendekatinya dengan mata berkaca-kaca dan tanpa alas kaki.

"Xiao Han, pernahkah aku mengatakan ini padamu?... Aku mencintaimu. Aku bilang, aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu. Meski aku tidak pernah mencintai seseorang seperti ini, tapi sekarang aku tahu, tahu kalau aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu. Bagaimana denganmu?"

Xiao Han tidak membalasnya dengan kata-kata yang sama, tapi dia benar-benar terharu hingga matanya sembab dan langsung menyuruh He Ran untuk memijakkan kaki He Ran ke kakinya dan memeluknya erat dengan air mata penuh haru, apalagi kemudian He Ran juga menghadiahinya denngan menyelipkan cincin Love yang terbuat dari rumput ke jarinya.

 

Hubungan Ibunya He Ran dan Yuan Qi juga makin panas. Mereka bukan cuma flirting sekarang, tapi juga sudah mulai saling mengkhayal nakal tentang satu sama lain. Bahkan malam itu juga saat Yuan Qi mengajaknya ketemuan di taman Desa Xiaozhou, Ibu langsung datang dengan memakai pakaian girly, beda banget dari penampilannya sehari-harinya yang biasanya sangat formal. 

Dia benar-benar seperti gadis muda yang sedang kasmaran, tapi tetap bersikap jual mahal. Yuan Qi membawanya ke area yang agak terpencil untuk memperlihatkan kabin kecil yang dulu sering dia datangi bersama teman-temannya semasa kecil.

Dia mengklaim kalau dia tidak pernah masuk ke dalam, soalnya gosipnya, di dalam kabin itu ada siluman yang memakan anak lelaki. Hmm, tapi jelas itu cuma akal-akalan untuk memancing Ibunya He Ran masuk.

Tapi tenang, dia tidak akan macem-macem kok, cuma mau menunjukkan sisi lain kabin itu yang ternyata taman kunang-kunang yang indah yang kontan membuat Ibu terpesona, romantis sekali. Yuan Qi juga terpesona... pada Ibunya He Ran.

He Ran dan Xiao Han baru pulang tapi malah mendapati Qin Zhao sudah menunggu Xiao Han dengan muka lebam. Tapi tak peduli apa pun penderitaan Qin Zhao, He Ran jelas tidak akan mengalah dengan mudah dan tidak akan membiarkan Qin Zhao mendekati Xiao Han. Yah, He Ran memang bukan tipe Female Lead pada umumnya yang akan mengalah pada wanita lain hanya karena kasihan. She's a very possessive woman who will protect her man at all cost.

Qin Zhao beberapa cerita bahwa dia dihajar rentenir gara-gara mantan suaminya gagal dalam bisnis dan sekarang dikejar-kejar rentenir. Dia ke sini untuk meminta perlindungan Xiao Han.

He Ran sinis, mantan suaminya yang bermasalah tapi kenapa Qin Zhao malah tetap kena imbas? Jangan-jangan dia dan mantan suaminya masih berhubungan, yah? Terus ngapain pula dia malah datang kemari, bukannya lapor dan meminta perlindungan polisi? Atau temukan tempat lain untuk bersembunyi.

Qin Zhao mengaku tak punya uang dan berusaha meyakinkan He Ran bahwa dia sungguh tidak ada maksud menyusahkan mereka, dia datang kemari karena ketakutan, tapi He Ran tak percaya, dia tidak akan terpedaya oleh air mata Qin Zhao, simpan saja air matanya.

 

Xiao Han buru-buru menyela perseteruan kedua wanita itu. Qin Zhao berusaha membujuk Xiao Han untuk membiarkannya menginap di sini, tapi He Ran dengan tegas melarang, dan larangannya ini dia tegaskan bukan hanya pada Qin Zhao, tapi juga pada Xiao Han. Pastinya Xiao Han lebih memilih menuruti kehendak He Ran.

He Ran punya ide bagus lalu pergi mengantarkan Qin Zhao ke hotelnya Xiao Li. Setelah itu dia langsung balik pulang dan mendapati Xiao Han duduk melamun di meja makan. Hmm, Xiao Han lagi menunggunya atau sedang mikirin wanita itu?

"Menunggumu," jawab Xiao Han.

"Kau bahkan tidak bertanya..." tapi bahkan sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, Xiao Han langsung membungkam mulutnya dengan ciuman manis. Tidak perlu tanya apa pun. He Ran senang, ya sudah deh tidak perlu tanya lagi.

Xiao Li menyambut Qin Zhao dengan ramah tapi juga canggung, tapi tentu saja perlakuannya pada Qin Zhao sangat beda dibandingkan pada He Ran dulu. Apalagi Qin Zhao juga tidak semanis He Ran. 

Dia menempatkan Qin Zhao di kamar atas yang biasanya banyak nyamuknya tanpa memberi obat nyamuk untuknya. Alhasil, keesokan harinya Qin Zhao bentol-bentol digigit nyamuk dan jadi kesal karenanya.

Xiao Han datang mengunjunginya. Qin Zhao hampir saja senang, tapi Xiao Han datang hanya untuk mengembalikan uang asuransi mendiang Kakaknya Qin Zhao. Hanya ini yang bisa dia lakukan untuk membantu Qin Zhao, dan dia harap Qin Zhao untuk tidak lagi mencari He Ran.

Tapi He Ran tidak bisa tidur dengan tenang saking cemasnya memikirkan Qin Zhao hingga dia terus menerus bermimpi buruk tentang Qin Zhao. Dia benar-benar takut Qin Zhao akan merebut Xiao Han darinya, karena itulah, malam itu juga, dia langsung impulsif menelepon Han Yu, tak peduli tengah malam, dan mengajaknya ketemuan makan bersama besok.

Han Yu sudah senang saja mengira He Ran mengajaknya kencan. Eh tapi begitu He Ran datang, He Ran ternyata mengajaknya bertemu hanya untuk pinjam uang, banyak lagi jumlahnya, satu juta Yuan (sekitar 2 milyar Rupiah). Buat apa?

He Ran menolak mengatakan alasannya, pokoknya dia butuh duit itu. Waduh! Han Yu galau. Dia jelas ragu untuk meminjamkan uang sebanyak itu, nggak jelas alasannya lagi. Apa He Ran bikin masalah besar di luar sana, makanya butuh duit sebanyak itu?

Kesal, He Ran sontak berubah galak mengancam Han Yu untuk ngasih dia pinjam duit itu... hingga akhirnya Han Yu mengalah dan memberinya duit yang dibutuhkannya, dalam bentuk kartu debit.

 

Setelah itu, He Ran langsung beranjak pergi dengan menyuruh Han Yu untuk bayar tagihan restoran. Pfft! Dasar He Ran, udah malak orang, masih nyuruh orangnya bayarin bill. Tapi setibanya di luar restoran, tiba-tiba anemianya kambuh hingga wajahnya pucat dan tubuhnya lemah. Dia langsung menuju ke apotek terdekat untuk mengecek suhu tubuhnya dan mendapati suhu tubuhnya sangat tinggi. 

Tapi dia bertahan hanya dengan meminum obat penurun demam, mengabaikan kondisinya yang jelas sudah semakin berbahaya hanya demi mengajak Qin Zhao ketemuan untuk menyerahkan uang itu padanya dengan syarat Qin Zhao tidak boleh mengganggu Xiao Han lagi, tinggalkan tempat ini dan Xiao Han.

Qin Zhao menolak menerimanya begitu saja dan menuntut He Ran untuk memberinya waktu 3 hari untuk memikirkannya. He Ran setuju dan langsung beranjak pergi. 

"Dek, terima kasih," ucap Qin Zhao.

"Tidak perlu. Aku bukannya membantumu," ketus He Ran lalu pergi.

 

Sesampainya di rumah, He Ran sudah lemas, tapi kemudian dia ditelepon Bibi yang memberitahunya bahwa dia pulang kampung dadakan hari ini, dia dan Paman sebelah mau mendaftarkan pernikahan. He Ran jadi sendirian padahal dia lagi sakit, tapi sengaja tidak memberitahu Bibi agar Bibi tidak mencemaskannya, dia bahkan mentransfer sejumlah uang sebagai hadiah pernikahan untuk Bibi.

Sebenarnya uang asuransi pemberian Xiao Han tidak cukup untuk melunasi hutang, tapi dia menolak memakai uang pemberian He Ran, makanya dia mendatangi Xiao Han untuk mengembalikan uangnya He Ran.

Tapi ada satu hal yang baru menarik perhatian Qin Zhao di rumah itu. Yaitu lukisan bunga gerbera-nya Xiao Han. Dia langsung menyuruh orang untuk mengecek lukisan itu, mungkin mantan suaminya yang dia hubungi.

Dengan cepat orang itu meyakini bahwa lukisan itu asli, itu lukisan mahal, karya anumerta (Heh? Karya anumerta? Berarti lukisan Ayahnya He Ran dong?). Qin Zhao seketika tertarik. Waduh! Kayaknya dia mau nyolong. Dikasih uang sama He Ran nggak mau, malah mau nyolong. 

Tapi tentu saja Qin Zhao tidak bisa melakukannya sekarang karena yang punya rumah masih di sini, jadi dia beralasan kalau dia datang hanya untuk pamitan dan mengembalikan uangnya He Ran. (Tapi masa sih lukisan itu asli? Dari mana Xiao Han dapat duit untuk membeli lukisan asli yang mahal?). 

Karena ibunya hari ini juga tidak pulang karena ada kerjaan di tempat lain seperti biasanya, jadi saat Xiao Han menelepon, He Ran langsung memintanya datang ke rumahnya. 

Hujan mengguyur deras saat akhirnya Xiao Han tiba malam harinya. He Ran langsung membuka pintu dengan antusias dan menciumnya, tapi Xiao Han menolaknya dengan wajah marah lalu mengembalikan uangnya He Ran.

"Qin Zhao yang memberikannya padamu? Sepertinya dia menyesal."

He Ran ingin Xiao Han menyimpan uang ini saja dan memberikannya pada Qin Zhao kalau Qin Zhao butuh, tapi Xiao Han menolak dan masih ngambek. He Ran berusaha membujuknya dengan sikap imutnya, tapi Xiao Han malah kesal, bertanya-tanya apakah He Ran juga bicara seperti ini saat dia bicara dengan pria lain?


"Sikap apa? Aku biasanya tidak bicara pada pria lain karena biasanya tidak ada yang perlu dikatakan. Aku hanya menyukaimu. Namun kau tidak menghargainya."

"Kau agak jahat?"

"Kau baru menyadari kalau aku jahat?"

"Kau memang jahat."

"Kenapa? Tidak suka? Apa aku memaksamu? Apa Qin Zhao tidak jahat?" Kesal He Ran.

Dia mau pergi, tapi Xiao Han tiba-tiba menariknya kasar dan menciumnya... hingga mereka berakhir di ranjang. 

Tapi Xiao Han dengan cepat menahan diri untuk memperingatkan He Ran untuk tidak melakukan hal seperti ini lagi, kalau He Ran tidak suka, maka sebaiknya He Ran katakan langsung padanya. Saat He Ran pura-pura tidak dengar, Xiao Han langsung menghukumnya dengan ciuman.

Tapi tengah malam, Xiao Han tiba-tiba terbangun karena merasakan He Ran demam tinggi. Cemas, dia langsung memberinya obat lalu membawanya ke rumah sakit. Masalahnya, He Ran sangat keras kepala menolak melakukan pemeriksaan darah hanya karena tidak mau Xiao Han mengetahui kalau dia punya penyakit serius.

Akhirnya mereka pulang dengan hanya membawa obat penurun demam. Xiao Han sangat cemas, tapi tak ada yang bisa dilakukannya menghadapi kekeraskepalaan He Ran.

"Ran Ran, jangan menakutiku."

Sepanjang malam, Xiao Han setia menjaga dan menemani He Ran sampai akhirnya demamnya menurun, dan He Ran mulai bisa bercanda dan flirting seperti biasanya. Xiao Han pun lega.

Di kantor, Ibunya He Ran dan Yuan Qi diam-diam flirting. Ibunya He Ran bahkan menggunakan alasan rapat berdua untuk ketemuan dengan Yuan Qi di tangga, tapi kali ini Yuan Qi jadi lebih nekat mencium Ibunya He Ran.

Tapi Ibunya He Ran masih ragu-ragu untuk melangkah lebih jauh. Dalam perjalanan dinas mereka, Ibu dan Yuan Qi mendapatkan kamar di lantai yang sama, bersebelahan. Dia benar-benar galau ingin menemui dan bicara dengan Yuan Qi, tapi saat Yuan Qi benar-benar ada di hadapannya, Ibu mendadak ciut dan langsung kembali ke kamarnya.

Tapi kemudian Yuan Qi meneleponnya dan memintanya untuk membukakan pintu untuknya. Tapi Ibu ragu, dia tidak mengerti kenapa Yuan Qi menyukainya. Dia akhirnya memutuskan untuk memberitahu Yuan Qi tentang kisah hidupnya yang pada akhirnya membuatnya jadi orang yang seperti ini.

Beberapa tahun yang lalu, suaminya menderita leukemia, lalu setahun kemudian, suaminya bunuh diri. Setelah itu, putrinya juga menderita penyakit yang sama. Dua tahun lamanya putrinya harus menjalani kemoterapi hingga akhirnya dia sembuh, tapi dokter malah bilang bahwa penyakitnya itu bisa kambuh kembali.

Sejak saat itu, hidup Ibu berubah menjadi sangat buruk. Setiap malam dia selalu bermimpi buruk sehingga dia terlalu takut untuk tidur dan pada akhirnya jadi kecanduan alkohol dan kecanduan obat anti depresan.

"Aku bahkan tidak memiliki keberanian untuk hidup kembali. Aku sangat takut. Aku takut mereka tidak menginginkanku. Pada akhirnya hanya aku yang tersisa. Aku mencoba pacaran beberapa kali tapi semuanya gagal. Siapa juga yang akan menyukai wanita pemarah, murung dan cemas? Aku tidak bisa memberitahu putriku tentang hubunganku. Aku tidak bisa membuatnya merasa tidak nyaman. Aku tahu kalau aku membuatnya tidak nyaman dalam segala hal. Aku seorang ibu yang sangat gagal. Wanita yang gagal. Inilah hidupku. Aku tidak pantas mendapatkan kebahagiaan, apalagi cinta."

Apakah kisah hidup Ibu itu membuat perasaan Yuan Qi berubah? Sama sekali tidak. Dia menegaskan pada Ibu untuk membukakan pintu untuknya sekarang juga. Ibu akhirnya menyerah dan membukakan pintu untuknya dengan mata berkaca-kaca.

"Untuk apa kau kemari?"

"Kita tadi berpisah terlalu cepat. Ada yang belum sempat kukatakan."

"Katakan."

"Selamat malam. Kuharap kelak kau akan bisa tidur tenang setiap malam. Aku akan menemanimu," ujar Yuan Qi, dan dia benar-benar serius. Dia sudah memikirkannya dengan jelas.

Bersambung ke episode 19

Post a Comment

0 Comments