Begitu Mian Tang pergi ke dapur untuk memasak makan malam, Xing Zhou langsung mengecek isi guci itu dan menemukan buku, namun itu cuma buku tentang toko tembikar.
Mian Tang sebenarnya juga curiga, tapi dia tidak terlalu khawatir karena sebelumnya dia sudah menyobek beberapa halaman yang ada simbol Gunung Yang.
Namun biarpun tidak bukti apa pun, Xing Zhou tetap curiga, terutama karena surat yang dia terima tadi. Surat kedua yang dia terima itu berasal dari temannya yang merupakan wali kota Beizhou yang datang kemarin.
Wali Kota Beizhou mengenali sketsa wajah Qiulin Xian dan mengenalnya sebagai Qiao Xian, dia putra sulung keluarga Qiao, sekaligus pamannya Liu Mian Tang.
Kakeknya Liu Mian Tang bernama Qiao Wu, tapi beliau memiliki nama lain yang pernah dipakainya di dunia persilatan. Yaitu, Lu Wu. Mirip dengan nama Lu Wen. Inilah yang membuat Xing Zhou jadi mencurigai Mian Tang.
Ditambah lagi, dia memang memperhatikan bahwa belakangan ini sikap Mian Tang memang agak beda. Kecurigaannya semakin bertambah saat Bibi Li memberitahunya bahwa Mian Tang tadi membeli beberapa obat yang katanya untuk Xing Zhou, tapi dia tahu bahwa obat-obatan yang Mian Tang beli itu memiliki efek yang kuat.
Jelas saja Xing Zhou jadi curiga kalau Mian Tang mungkin berniat untuk meracuninya, dan pikiran itu membuatnya jadi galau. Dia bahkan agak takut saat harus bersulang dengan arak yang Mian Tang sajikan dan memakan onde-onde buatannya (yang lebih mirip wedang ronde dibanding onde-onde).
Untungnya semuanya aman. Namun Xing Zhou memperhatikan di kukunya Mian Tang ada bekas bubuk kapur dan itu kembali membuatnya curiga. Makanya dia memperingatkan Mian Tang secara halus untuk berhati-hati karena dia tahu bahwa jika beberapa jenis obat herbal dicampur bubuk kapur, maka efeknya akan sangat kuat.
Pokoknya dia memperingatkan Mian Tang untuk berhati-hati saja, terutama karena buron itu belum tertangkap. Namun buron itu pasti akan jatuh ke tangan Raja Huaiyang cepat atau lambat.
Malam ini adalah malam tahun baru, makanya suasana di luar sangat ramai dan suasana langit begitu indah dihiasi dengan banyak sekali lampion terbang.
Namun suasana indah ini justru membuat Mian Tang teringat masa lalu. Dari ingatannya ini, Mian Tang baru menyadari bahwa dulu mereka sebenarnya diadu domba oleh Yun'er. Waktu itu saat mereka hendak melakukan gencatan senjata dengan Raja Huaiyang, tiba-tiba mereka malah diberitahu oleh pelayannya Yun'er bahwa Raja Huaiyang tiba-tiba menyerang mereka. Lalu setelah itu, Mian Tang diculik dan hampir terbunuh.
Saat Xing Zhou bergerak mendekati Mian Tang, dia melihat Mian Tang mengeluarkan tusuk kondenya, bersiap untuk menyerangnya setiap saat. Maka Xing Zhou pun langsung merangkulnya sehingga Mian Tang pun cepat-cepat menyembunyikan tusuk kondenya.
Setelah Mian Tang tidur tak lama kemudian, Xing Zhou pun diam-diam pergi. Namun sebenarnya Mian Tang juga belum tidur.
Dia tiba di Kediaman Raja Huaiyang dengan lesu. Pelayannya Ibu Ratu memberitahunya bahwa Ibu Ratu sekarang sudah bersedia mengalah. Namun sekarang, Xing Zhou cuma bisa mendengus ironi mendengar itu.
Sepanjang malam dia stres memikirkan kelanjutan hubungannya dengan Mian Tang sampai dia menghabiskan beberapa botol arak. Namun pada akhirnya Xing Zhou memutuskan untuk mengabaikan semua itu, apa pun masa lalu Mian Tang, perasaannya pada Mian Tang tetap tidak akan berubah.
Selain itu, dia memberitahu Zhao Quan bahwa dia ingin pergi ke ibu kota, dia tidak peduli biarpun dia dilarang masuk ibu kota. Raja Sui dan Zi Yu bekerja sama, ibu kota tidak aman. Surat pertama yang dia terima waktu itu berasal dari mata-matanya di ibu kota yang memberitahu bahwa Zi Yu bukanlah Lu Wen.
Makanya dia yakin kalau Zi Yu itu punya banyak rahasia dan dia harus menyelidikinya, tapi dia hanya bisa melakukannya dengan masuk ke ibu kota.
Bersama dengan calon ayah mertuanya dan para pejabat lainnya, Zi Yu ikut menghadiri perjamuan dengan Paman Negara untuk merayakan kelahiran putri barunya.
Awalnya, segalanya tampak biasa-biasa saja. Namun kemudian, Zi Yu mulai menyadari ada pelayan yang diam-diam memperhatikannya, jelas sangat mencurigakan.
Apalagi kemudian Paman Negara tiba-tiba pamit sebentar dengan alasan untuk ganti baju, padahal dia bertemu si pelayan tersebut.
Si Pelayan itu mengenali Zi Yu dan langsung menginformasikannya pada Paman Negara. Zi Yu sebenarnya adalah putra dari Mendiang Putra Mahkota Terdahulu. Dulu, dia pernah melayani Zi Yu kecil, makanya dia mengenalinya sekarang.
Informasi ini jelas sangat mengkhawatirkan Paman Negara karena itu artinya, Zi Yu adalah ancaman besar bagi Ibu Suri dan Kaisar kecil. Makanya dia berniat melakukan sesuatu pada Zi Yu.
Tak lama kemudian, ada pelayan lain yang muncul membawakan arak baru. Shi Yi Kuan yang tidak curiga apa pun, santai saja menenggak minumannya terus menerus. Namun dengan cepat Shi Yi Kuan mulai pusing hingga dia pingsan.
Tak lama kemudian, Xue Ji mendengar kabar bahwa ayahnya pingsan karena mabuk, dan informasi ini sontak membuatnya mencurigai sesuatu karena ayahnya bisanya kuat minum.
Zi Yu juga curiga dengan arak ini, tapi dia juga tahu bahwa kalau dia tidak minum, dia hanya akan membuat Paman Negara curiga. Tepat saat itu juga, pelayannya datang membawakan pesan dari Xue Ji. Terdengar seperti pesan romantis biasa, namun Zi Yu menyadari pesan tersembunyi di dalamnya untuk berhati-hati dengan arak yang diminumnya.
Makanya dia diam-diam membuang araknya sebelum kemudian pura-pura meminumnya, pura-pura pingsan supaya dia dibawa ke kamar tempat mereka meletakkan Shi Yi Kuan, lalu diam-diam membawa pergi Shi Yi Kuan.
Jadilah seluruh rencana Paman Negara gagal total. Termasuk rencananya mengutus Komandan Mo untuk menyergap kereta kudanya Zhi Yu, karena ternyata Zi Yu dilindungi oleh Raja Sui yang masuk Ibu Kota secara diam-diam dan dengan mudah membunuh Komandan Mo. Dan yang paling tidak disangkanya, di kediamannya juga ada mata-mata yang dengan mudah menahannya.
Saat Shi Yi Kuan bangun tak lama kemudian, dia mendapati dirinya berada di rumah kosong terbengkalai. Raja Sui ada di sana dan langsung menyindirnya karena sekarang dia justru berhubungan baik dengan Ibu Suri padahal mereka berdua seharusnya berada di pihak yang sama.
Raja Sui memberitahu bahwa mereka sekarang ini berada di dalam kediaman Mendiang Putra Mahkota Terdahulu. Rumah ini memiliki jalan rahasia, dari sinilah dia bisa menyelinap masuk ke dalam Ibu Kota. Mengapa mereka berada di sini?... Karena Raja Sui perlu memberitahunya tentang identitas Zi Yu yang sebenarnya.
Zi Yu menemukan Xue Ji sedang menyembahyangi leluhur. Xue Ji memang belum tahu siapa Zi Yu yang sebenarnya, namun dia cukup pintar untuk menebak bahwa identitas Zi Yu pastilah bukan orang biasa.
Mana mungkin orang biasa bakalan ditarget oleh orang yang sangat berkuasa seperti Paman Negara. Zi Yu juga sangat familier dengan ibu kota dan selalu murah hati, dia sama sekali tidak terlihat seperti orang biasa.
Zi Yu jelas tidak senang mendengar ini dan menolak membicarakan ini lebih jauh dan hanya memberitahu Xue Ji bahwa ayahnya sudah pulang dengan aman.
Saat Xue Ji menemui ayahnya, dia mendapati ayahnya sedang gelisah. Sekarang setelah mengetahui siapa Zi Yu yang sebenarnya, Shi Yi Kuan jadi ketakutan dan menyesal sudah memilihnya sebagai calon menantu. Karena ini artinya, jika sampai ketahuan, maka bisa saja keluarga mereka akan ditangkap dengan tuduhan berkomplot untuk melakukan kudeta.
Xue Ji pun sempat shock selama beberapa saat, namun dengan cepat dia menguasai diri dan memikirkan segalanya dengan tenang. Dengan menggenggam tangan ayahnya yang masih gemetar hebat, Xue Ji memberitahunya bahwa sekarang mereka tidak bisa membalikkan keadaan. Tidak ada jalan keluar, jadi sekalian saja mereka melanjutkannya. Nasib keluarga mereka sekarang ada di tangan mereka berdua.
Jadilah keesokan harinya Shi Yi Kuan pergi menemui Ibu Suri dengan membawa karangan kebohongan tentang penyebab kematian Komandan Mo dan mengklaim bahwa Paman Negara terluka parah karena kecerobohannya sendiri.
Untungnya Ibu Suri dengan polosnya mempercayainya, bahkan jadi kesal pada Paman Negara karena menyakini bahwa kejadian semalam pasti karena ulah Paman Negara sendiri. Makanya dia memerintahkan supaya Paman Negara dikirim ke pedesaan untuk memulihkan luka dan intropeksi diri.
Ibu Suri benar-benar mempercayai Shi Yi Kuan sekarang, bahkan meminta pendapat Shi Yi Kuan tentang kandidat yang paling cocok untuk mengisi posisi Komandan Pengawal Kekaisaran.
Shi Yi Kuan menyarankan Jenderal Tong Wei dengan alasan karena Jenderal Tong Wei sangat setia pada Ibu Suri dan Kaisar kecil. Sedangkan tentang Zi Yu, supaya Ibu Suri tidak curiga, dia menyarankan supaya Zi Yu dikirim ke Zhangbei dan ditugaskan di garnisun.
Hari ini Zhao Quan datang ke Kediaman He untuk mengantarkan mahar. Tuan Besar He senang sekali, bahkan berbohong bahwa putrinya belum keluar karena malu-malu meong. Namun tak lama kemudian, pelayan mendadak datang dengan heboh mengabarkan bahwa He Zhen menghilang, kabur dari rumah. Pfft!
Mian Tang sedang mengawasi pabrik tembikarnya saat tiba-tiba saja ada penculik yang menculik Mian Tang di hadapan para pekerja dan para pengawal bayangan.
Errr, nggak ding. Dia tidak diculik sebenarnya, orang itu sebenarnya Qiao Xian, jadi semua ini hanya sandiwara yang sudah direncanakan oleh Mian Tang sendiri dan Qiao Xian supaya bisa pergi bertemu Yun'er.
Tentu saja saat Xing Zhou mendengar Mian Tang diculik, dia langsung panik dan bergegas membawa pasukan mencarinya. Di jalan bercabang, mereka menemukan tanah liat merah mengarah ke salah satu jalan yang merupakan tanda dari Mian Tang, maka mereka pun mengikuti jejak tanah liat merah itu.
Sesuai kesepakatan, mereka bertemu di gua dengan Yun'er yang membawa banyak sekali pengawal, sedangkan Mian Tang sendirian. Dia sangat sombong dan sok pintar, mengira Mian Tang benar-benar terpedaya oleh kebohongannya yang pura-pura seolah selama ini dia hanya melaksanakan perintah Zi Yu dan bahwa dia datang hari ini mewakili Zi Yu untuk menjemput Mian Tang untuk menemui Zi Yu yang saat ini berada di ibu kota.
Namun dia tidak sadar kalau Mian Tang sebenarnya hanya berakting sok polos untuk memancingnya untuk terus berceloteh hingga akhirnya dia mulai memperlihatnya niatannya yang sebenarnya, yaitu ingin mengetahui di mana Mian Tang menyembunyikan uang yang dia sembunyikan dulu. Sontak saja itu langsung membuat Mian Tang menghunus belati padanya, menyadari kalau dia tidak mungkin datang kemari karena diutus oleh Zi Yu.
Bersambung ke episode 23
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam