Sinopsis Are You the One Episode 21

Tuan Besar He senang sekali akhirnya bisa mendapatkan perjodohan dengan Zhao Quan dan menuntut He Zhen untuk menerimanya saja dan menghargainya.

He Zhen sedih mendengarnya. Bukan masalah menikahnya, tapi lebih karena dia merasa tidak dihargai oleh keluarganya sendiri. Rasanya seolah dia baru dianggap berjasa kalau menikah dengan Zhao Quan padahal dia juga sudah banyak berkorban demi keluarga mereka. Namun Tuan Besar He tak peduli dan ngotot bahwa cuma ini satu-satunya jalan bagi He Zhen.

Sakit hati, He Zhen langsung pergi menemui Mian Tang . Dia ingin memberitahu Mian Tang tentang Raja Huaiyang, tapi dia tidak tahu bagaimana dan tidak enak juga untuk langsung berterus terang. 

Jadi dia bertele-tele mengklaim bahwa dia punya seorang teman yang memiliki sakit otak yang membuatnya hilang ingatan, bahkan ibunya saja tidak dia kenali. Malah, dia salah mengenali bibinya sebagai ibunya.

Bibinya itu memanfaatkan hilang ingatannya untuk mengambil keuntungan darinya. Dia ingin memberitahu temannya tentang fakta ini, tapi dihalangi semua orang.

Mian Tang langsung paham maksudnya, namun tentu saja mereka tidak bisa membahas masalah ini dengan terang-terangan, terutama karena ada Bibi Li yang menguping. Makanya Mian Tang hanya menyakinkannya untuk tidak terlalu mengkhawatirkan temannya tersebut. Temannya itu baik-baik saja, dia tidak akan disakiti.

Dia juga secara ambigu memberitahu He Zhen bahwa dia akan melepaskan semuanya dan memulai segalanya dari awal. He Zhen mengerti maksudnya dan langsung setuju.

Pantang menyerah untuk menikah dengan Xing Zhou, Bing Lan membujuk Ibu Ratu untuk mengumumkan dan mengakuinya sebagai menantu di hadapan seluruh rakyat Zhenzhou, besok di upacara sembahyang di Kuil Liuming. 

Dengan begitu, Xing Zhou mau tidak mau tetap harus menikahinya. Dia meyakinkan Ibu Ratu bahwa idenya ini adalah demi kebaikan dan menjaga reputasi Raja Huaiyang. Seperti biasanya, Ibu Ratu gampang terbujuk olehnya.

Keesokan harinya, pengawalan dari dan ke dalam Zhenzhou sangat amat ketat. Hanya para pendeta yang memiliki izin resmi yang bisa masuk kota. 

Xing Zhou diberitahu Mo Ru bahwa Mian Tang juga akan berangkat ke Kuil Liuming. Namun kemudian, Xing Zhou mendadak mengkhawatirkan sesuatu dan langsung mengecek semua surat izin masuk para pendeta.

Kecurigaannya benar, dia mendapati ada beberapa surat izin yang dipalsukan dengan hampir sempurna.
Jika mereka tidak memeriksanya dengan sangat teliti, maka sudah pasti akan kebobolan, dan sayangnya, sekarang sudah terlanjur terjadi. 

Karena itulah, Xing Zhou pun segera keluar dari barak militer dan mengutus wakilnya untuk melindungi Ibu Ratu di Kuil Liuming. Sementara dia sendiri pergi mencari Mian Tang yang anehnya belum sampai juga ke Kuil Liuming padahal sudah berangkat sedari pagi.

Mian Tang memang sengaja mengubah arah tujuan. Bibi Li sebelumnya bilang bahwa Kuil Liuming hari ini bakalan sangat ramai dan penuh bau asap. Makanya sekarang dia memanfaatkan alasan ini untuk ganti haluan ke pasar. 

Dia sengaja menjauhkan Bibi Li dengan cara menyuruhnya membeli ikan kakap, sementara dia sendiri mau ke toko obat untuk membeli obat herbal, dia beralasan mau membeli obat untuk suaminya.

Namun di toko obat herbal tersebut, dia sebenarnya bertemu dengan dua orang anak buahnya yang sudah mendengar kabar tentangnya dari Qiao Xian dan mereka berhasil menyelinap masuk kota dengan surat izin palsu.

Kedua anak buahnya sudah semangat saja mau menghabisi Xing Zhou, tapi Mian Tang melarang mereka untuk bertindak gegabah, apalagi di saat sekarang ini, situasinya terlalu berbahaya.

Saat membicarakan tentang situasinya dulu, Mian Tang akhirnya semakin yakin bahwa dalang utama yang menculik dan berniat membunuhnya adalah Yun'er dan bukannya Zi Yu. Karena Yun'er-lah yang bersikap sangat mencurigakan menghalang-halangi semua orang yang ingin mencarinya, bahkan Yun'er-lah yang seenaknya mengambil alih Gunung Yang setelah dia menghilang.

Saat Mian Tang dan Bibi Li pulang tak lama kemudian, mereka mendapati Xing Zhou ada di sana. Mendengar Mian Tang dan Bibi Li tadi malah ke pasar aliha-alih ke kuil, Xing Zhou sontak khawatir Mian Tang bertemu para penyusup.

Namun tentu saja Mian Tang berbohong menyangkalnya dengan akting polosnya. Kenapa juga Cui Jiu takut? Bukankah sekarang mereka dilindungi oleh Raja Huaiyang?

Untungnya Xing Zhou percaya, dan pertemuan mereka juga dengan cepat tersela saat Mo Ru datang mengabarkan bahwa Cui Jiu dipanggil Raja Huaiyang, aslinya dipanggil oleh Ibu Ratu.

Pastinya karena ketidakhadiran Xing Zhou di kuil tadi, rencana Ibu Ratu untuk mengumumkan Bing Lan sebagai menantu jadi gagal total. Makanya sekarang Ibu Ratu jadi ngomel-ngomel kesal, tidak terima karena Xing Zhou bukannya melindungi mereka, malah melindungi wanita itu.

Ibu Ratu tidak peduli, pokoknya dia maunya Xing Zhou menikahi Bing Lan dan memaksanya untuk berjanji untuk menikahi Bing Lan. Namun Xing Zhou tak goyah sedikit pun dan tetap teguh menegaskan bahwa dia hanya akan menikahi Mian Tang seorang. Kesal, Ibu Ratu sontak memukuli Xing Zhou berulang kali.

Saat Mian Tang masuk kamar mandi untuk mengambil pakaian kotornya Xing Zhou, dia melihat bahu dan punggung Xing Zhou lebam. Xing Zhou setengah berbohong kalau dia dipukul sama Raja Huaiyang.

Raja Huaiyang lagi bad mood setelah bertengkar hebat dengan Ibu Ratu. Raja Huaiyang menolak perjodohan yang diatur Ibu Ratu karena dia menyukai wanita lain. Mian Tang mengerti maksudnya, tapi tentu saja dia pura-pura mempercayai setengah kebohongannya itu. 

Tiba-tiba Xing Zhou menariknya ke dalam bak mandi, Mian Tang refleks diam-diam mengambil tusuk kondenya sebagai senjata dan hampir saja menusuk Xing Zhou, tapi ternyata Xing Zhou tidak melakukan apa pun padanya dan hanya mengajaknya berendam bersama.

Lega namun tetap bersiapa dengan tusuk kondenya, Mian Tang mulai menanyakan masalah penjahat yang sedang mereka incar itu. Apakah mereka sisa-sisa bandit Gunung Yang? Dia beralasan kalau dia cuma penasaran. 

Bagaimanapun, dia dulu kan pernah jatuh ke tangan mereka. Dia dengar dari tetangga bahwa pemimpin bandit Gunung Yang sekarang sudah mengabdi ke pemerintah. Bukankah itu artinya mereka sudah bukan musuh?

Xing Zhou menolak membicarakan masalah ini lebih jauh. Agak tersinggung juga karena bukan dia yang menaklukkan Gunung Yang, tapi bagaimanapun, dulu juga Raja Huaiyang sudah beberapa kali mengalahkan mereka.

"Beberapa kali? Berapa kali? Fujun, menurutmu, Raja Huaiyang yang lebih hebat atau pemimpin bandit Gunung Yang yang lebih hebat?"

"Di antara mereka, mungkin sudah tidak bisa memutuskan pemenangnya lagi."

Dulu mereka seharusnya melakukan gencatan senjata, tapi ternyata pemimpin Gunung Yang malah menyergap Raja Huaiyang. Raja Huaiyang juga tidak menyangka bahwa pemimpin bandit yang biasanya selalu menepati janji, kali itu malah mengingkari janji. 

Dia bahkan menyerang saat prajurit sedang istirahat. Makanya Raja Huaiyang sangat marah dan memikirkan berbagai cara untuk mengalahkannya dan memberikan pukulan berat pada Gunung Yang.

Namun setelah itu, si pemimpin bandit tersebut menghilang. Raja Huaiyang pernah mencoba memancingnya untuk menangkapnya, sekaligus untuk bertanya secara langsung tentang mengapa dia mengingkari janji.

Lalu kemudian, Raja Huaiyang mengetahui bahwa Gunung Yang sudah menyerah dan mengabdi pada pemerintah. Raja Huaiyang jadi kehilangan kesempatan sepenuhnya.

Hmm, tapi sepertinya penyerangan ini bukan dilakukan oleh Mian Tang karena kejadian ini terjadi saat Festival Shangsi, tepat saat atau setelah Mian Tang diculik dan hampir terbunuh. 

Mian Tang yakin bahwa pelakunya adalah Yun'er, makanya dia kemudian ngotot mengajak Xing Zhou pergi ke Gunung Yang dengan alasan bahwa dia ingin menghancurkan belenggu dalam hatinya.

Mereka pun pergi ke puncak Gunung Yang. Tampak tidak melakukan apa pun selain mengenang masa lalu masing-masing satu tahun yang lalu. Dan mereka pun dengan cepat harus terpisah karena Xing Zhou mendapat panggilan tugas.

Namun kemudian, Yun'er menerima kabar dari mata-matanya bahwa Mian Tang di Gunung Yang tadi meninggalkan selembar sapu tangan. Tampak seperti sapu tangan biasa bagi orang-orang yang tidak memahaminya, tapi Yun'er tahu kalau itu adalah pesan rahasia dari Mian Tang yang mengajaknya bertemu lima hari kemudian di Gua Youyu.

Sebelum mereka berpisah tadi, mereka sebenarnya sempat membicarakan hubungan mereka secara ambigu. Xing Zhou mengaku bahwa belakangan ini dia merasa takut dan khawatir karena belakangan ini dia selalu merasa kalau dia akan kehilangan Mian Tang.

Dia ingin mengatakan kebenarannya sebenarnya, tapi Mian Tang tahu apa yang mau dia katakan, makanya dia langsung menolak mendengar apa pun dengan alasan tidak ingin kehilangan kenangan indah mereka bersama selama setahun ini. 

Dia tidak mau mendengar apa pun yang bisa menghancurkan keindangan mereka saat ini. Suami-istri punya rahasia masing-masing itu wajar, karena itulah, lebih baik Xing Zhou rahasiakan saja selamanya apa pun itu. Kalaupun Xing Zhou merasa bersalah padanya atas sesuatu, Xing Zhou bujuk saja dia selamanya. Karena itu yang Mian Tang inginkan, Xing Zhou pun menyetujuinya.

"Fujun, aku belum pernah berterima kasih padamu. Bagaimanapun, jika tidak ada dirimu, aku mungkin sudah tidak ada di dunia ini. Mulai sekarang, jika berbicara tentang Gunung Yang, ini adalah satu-satunya hal yang kuingat," ujar Mian Tang sembari memeluk Xing Zhou.

"Kelak jika kau mengingat semuanya, kau kapan saja, bisa melakukan apa pun yang menurutmu benar."

Qiao Xian memperhatikan, Mian Tang sepertinya tidak tega terhadap Xing Zhou. Wajar sih, lagipula, Xing Zhou kan memang ingin menikahi Mian Tang.

Mian Tang tak percaya, meyakini bahwa Xing Zhou ingin menikahinya hanya karena Xing Zhou ingin memelihara burung kenari yang akan berdiam diri dengan patuh sepanjang hari di rumah.

Dia akui bahwa dia memang sempat berharap suami palsunya tersebut bukan Raja Huaiyang supaya dia bisa punya alasan untuk tidak tega terhadap pria itu.  Namun sekarang dia sudah muak dengan sandiwara yang menipu diri sendiri ini. Jadi dia tidak akan merasa tidak tega lagi.

Selain sibuk dengan tugas militer, Xing Zhou juga sibuk menjaga ibunya yang mendadak sakit. Pastinya Ibu Ratu sakit karena stres memikirkan Xing Zhou yang masih belum mau menuruti kemauannya.

Kali ini dia mencoba membujuk Xing Zhou untuk menjadikan Mian Tang sebagai selirnya. Namun Xing Zhou jelas tidak mau begitu karena itu sama saja seperti mengikuti jejak mendiang ayahnya yang punya banyak selir, baik selir di kediaman maupun yang di luar kediaman.

Dia melihat sendiri Ibu Ratu tidak pernah senang dengan kehidupan semacam itu, jadi dia juga tidak akan melakukan hal semacam itu pada istrinya sendiri.

Demi Mian Tang, dia menyamar jadi rakyat jelata dan menjalani kehidupan rakyat biasa yang serba kekurangan. Namun Mian Tang tidak pernah merasa kesulitan karena Mian Tang hanya menginginkan hidup sesuai keinginan dan bebas. Dia hanya ingin mereka, suami-istri, bisa hidup sehati selamanya seumur hidup.

Karena itulah, sekali lagi dia menegaskan bahwa dia hanya akan menikahi Mian Tang seorang, dia tidak mau hidup sebagai suami-istri yang cuma saling menghormati tanpa ada ketulusan.

Saat dia kembali ke pekerjaannya, dia menerima dua buah surat. Yang satu tentang Lu Wen dan yang kedua tentang Mian Tang. Dua surat yang tampak tidak nyambung, tapi penggabungan kedua informasi dari kedua surat ini sontak membuatnya mendadak mencurigai Mian Tang.

Dia pun bergegas pulang ke Mian Tang, tapi saat itu Mian Tang sedang pergi ke pasar bersama Bibi Li. Saat Mian Tang pulang tak lama kemudian, dia mendapati Xing Zhou sedang membaca buku strategi perang. 

Dia mengaku bahwa dia sedang membaca bab Ilusi dan Nyata, yang sepertinya sedang menyindir Mian Tang secara halus. Dia juga mulai memperhatikan Mian Tang secara mendetil, termasuk saat Mian Tang diam-diam melirik sebuah guci yang ada di belakangnya. Hmm, mencurigakan, ada apakah dengan guci itu?

Bersambung ke episode 22

Post a Comment

0 Comments