Sinopsis Are You the One Episode 18

Shi Yi Kuan membawa Zi Yu menemui Kaisar kecil dan Ibu Suri di istana, tepat saat mereka sedang makan dan Kaisar kecil sedang bermain.

Kaisar kecil ingin makan kue gula bunga dan langsung memerintahkan Zi Yu untuk mengambilkannya. Zi Yu pun langsung mempersembahkan apa yang dia mau dengan sopan.

Setelah itu dia mempersembahkan hadiah yang dia siapkan untuk Ibu Suri berupa patung Dewa yang terbuat dari Giok Laut Utara yang langka dan beralasan bahwa dia mempersembahkan hadiah ini sebagai ungkapan kesetiaannya untuk mengabdi pada kerajaan.

Ibu Suri puas dengan hadiah tersebut. Namun tepat saat itu juga, tiba-tiba Ibu Suri Agung datang. Tampak jelas sekali Ibu Suri dan Ibu Suri Agung tidak akur, atau lebih tepatnya, bermusuhan.

Namun entah mengapa Ibu Suri Agung langsung tertarik begitu melihat Zi Yu, seolah beliau familier dengannya tapi agak ragu dan bingung. Hmm, Zi Yu juga akan mencurigakan karena dia tampak gugup seperti khawatir dikenali.

Entah apa yang Ibu Suri Agung pikirkan tentang Zi Yu, tapi untuk saat ini, Ibu Suri Agung lebih fokus untuk menyindir Ibu Suri yang malah mengadakan perjamuan di hari peringatan kematian mendiang Putra Mahkota terdahulu.

Sepertinya ada yang mencurigakan dari kematian mendiang Putra Mahkota Terdahulu. Mendiang Putra Mahkota Terdahulu mendadak meninggal dunia di usia 40 tahun sehingga sekarang Kaisar kecil yang naik tahta dan Ibu Suri yang menguasai perpolitikan negara sebagai wali penguasa.

Makanya Ibu Suri Agung tidak terima dengan fakta bahwa mereka malah mengadakan perjamuan alih-alih mengenang mendiang di hari peringatan kematiannya.

Ibu Suri tidak tahu harus menjawab apa, dan tidak ada seorang pun yang berani bicara juga. Namun kemudian, Zi Yu angkat bicara meyakinkan Ibu Suri Agung bahwa tidak ada seorang pun yang berani melupakan peringatan kematian Mendiang Putra Mahkota.

Dia beralasan bahwa hari ini Ibu Suri memanggil Shi Yi Kuan untuk dinasehati supaya Shi Yi Kuan menangani politik dengan kebaikan dan mengikuti Mendiang Putra Mahkota Terdahulu.

Peringatan kematian tidak boleh berlebihan, tapi juga tidak boleh terlalu sederhana. Takutnya, rakyat akan salah paham bahwa gudang negara sedang kosong, yang akan berakibat membuat hati rakyat menjadi tidak stabil dan pada akhirnya membuat fondasi negara goyah.


Ibu Suri senang sekali mendengar ucapannya, karena itulah, dia langsung menyarankan Kaisar kecil untuk mengangkat Zi Yu sebagai Pengurus Pemetaan Kementerian Militer. Tentu saja Kaisar kecil dengan polosnya menuruti apa pun perintah ibundanya. Sedangkan Ibu Suri Agung kesal padanya.

Setelah semua orang pergi, Shi Yi Kuan melaporkan kabar tentang kemenangan perang dan penangkapan A Gushan. Ibu Suri puas mendengar kabar itu, tapi juga kecewa karena Xing Zhou ternyata tidak mati di medan perang sesuai harapannya.

Memikirkan Xing Zhou bakalan memasuki Ibu Kota dengan penuh kehormatan dan dia bakalan harus memberinya penghargaan saja sudah membuat Ibu Suri kesal.

Kalau dia mendapatkan penghargaan lagi, maka dia akan menjadi semakin terkenal dan dihormati rakyat sehingga rakyat mungkin tidak akan mengenal Kaisar. Ibu Suri tidak akan membiarkan Xing Zhou memasuki Ibu Kota dan menjadi ancaman bagi Kaisar.

Shi Yi Kuan mengerti dan langsung mengusulkan sebuah rencana bagus untuk membantu mewujudkan rencana Ibu Suri terhadap Xing Zhou.

Di tempat lain, Zi Yu menghadap Ibu Suri Agung. Beliau agak kesal dan sinis pada Zi Yu, namun ketulusan dan kebijaksaan Zi Yu dengan cepat meluluhkan hatinya sehingga dia mulai penasaran dengan Zi Yu, bahkan sekali lagi dia merasakan perasaan familier saat memperhatikan wajah Zi Yu.

Saat dia bertanya tentang mengapa Zi Yu menjadi bandit gunung, Zi Yu mengaku bahwa dia melakukannya demi bertahan hidup setelah kedua orang tuanya meninggal dunia saat dia masih muda.

"Aku merasa wajahmu ramah dan sedikit akrab. Sayang sekali, kau hanyalah seseorang yang bergantung pada kekuasaan orang lain. Sama seperti ayah mertuamu, Shi Yi Kuan. Menunduk dan menyanjung di hadapan Kaisar, memamerkan kecerdasan. Aku sudah bertemu terlalu banyak orang seperti ini."

"Ajaran Ibu Suri Agung benar."

"Hari ini aku mengingatkanmu, membantu orang jahat melakukan kejahatan, pasti akan dilukai oleh orang jahat itu."

Malam harinya, Zi Yu mau mengajak Xue Ji makan. Xue Ji berniat ingin berdiam diri di kediaman saja sesuai perintah ayahnya, tapi begitu mendengar Zi Yu menyebutkan berbagai makanan yang kedengarannya lezat, dia jelas kepingin.

Namun saat Zi Yu melihat keluar jendela kereta kuda, tak sengaja dia melihat kediaman Mendiang Putra Mahkota Terdahulu yang sekarang sudah terbengkalai, dan pemandangan itu membuatnya tampak galau. (Hmm, mencurigakan. Apakah dia ada hubungan dengan Mendiang Putra Mahkota Terdahulu?)

Memperhatikan ekspresi wajahnya, Xue Ji berkomentar bahwa Zi Yu sepertinya sangat mengenal Ibu Kota. Zi Yu dengan cepat menormalkan wajahnya dan mengaku bahwa dia memang pernah tinggal sebentar di Ibu Kota dulu saat dia masih mengembara di dunia persilatan. 

Mian Tang baru mengetahui kematian Gubernur dari acara doa dan amal yang dilakukan istri mendiang. Mian Tang mengenal Gubernur karena dulu pernah berinteraksi dengannya untuk masalah kesepakatan bisnis biro pengawalnya.

Dia dan Bibi Li baru selesai berdoa di sebuah pohon besar saat tiba-tiba dia melihat pamannya, Qiulin Xian sedang menyamar jadi peramal jalanan.

Tentu saja karena adanya Bibi Li, Mian Tang dan Qiulin Xian pura-pura seolah mereka orang asing. Mian Tang pun pura-pura meminta diramal padahal mereka sedang berkomunikasi secara ambigu. Mian Tang menanyakan masalah keluarganya (yang asli), Qiulin Xian pun memberitahu bahwa keluarganya sehat dan aman.

Dan begitu Bibi Li sedang tidak melihat, Mian Tang diam-diam menuliskan pesan penting pada Qiulin Xian, bahwa di area utara kota ada seorang pengemis kecil bernama Luzi yang merupakan mata-matanya.

Mian Tang menyuruh Qiulin Xian untuk menyuruh Luzi untuk meninggalkan sebuah simbol di sekitar biro pengawal dan di Kedai Arak Qingchen.

Di tempat lain, Xing Zhou sedang menanyai seorang saksi yang kemarin malam tak sengaja berpapasan dengan kereta pengiriman biro pengawal saat dia sedang patroli. 

Dari pernyataannya, bisa ditarik kesimpulan bahwa kereta pengiriman itu pasti memuat mayat-mayat para pengawal. Dan sayangnya mereka lolos dengan mudah karena semalam hujan deras sehingga menghilangkan jejak-jejak darah yang menetes dari kereta itu.

Tak lama kemudian, anak buahnya Xing Zhou melapor bahwa mereka sudah menemukan kereta pengiriman barang tersebut ditelantarkan di pinggiran barat, tapi semua peti kosong dan tidak ada jejak darah sama sekali karena semuanya sudah dibersihkan, jelas semua mayat sudah dibuang.

Esok harinya, mereka menemukan sebuah gubuk kosong di area penemukan kereta pengiriman. Awalnya tampak tidak ada apa-apa di sana, namun kemudian, kaki Mo Ru tak sengaja terjeblos di lantai papan kayu, dan di bawah papan-papan kayu itulah, mereka akhirnya menemukan mayat-mayat itu disembunyikan.

Namun mereka kemudian menyadari bahwa jumlah mayat-mayat ini kurang satu. Yaitu, Pemimpin Biro Pengawal Pingyuan, Qiulin Xian. Bisa disimpulkan bahwa dia pastilah masih hidup. Xing Zhou pun langsung memerintahkan anak buahnya untuk menyebar sketsa gambar Qiulin Xian sebagai buron.

Setiap hari, Mian Tang membawa Bibi Li makan mie di sebuah kedai. Padahal sebenarnya itu cuma alasan karena kedai mie itu terletak tepat di depan kedai arak Qingchen di mana dia bisa melihat bunga Begonia yang ada di atas meja di kedai arak tersebut.

Bunga Begonia yang ada di kedai arak itu adalah rencana Mian Tang untuk memancing si pembunuh. Di tempat lain, si pembunuh sudah menerima simbol Bunga Begonia yang sengaja ditempatkan di depan biro pengawal. Simbol Bunga Begonia ini adalah simbol Gunung Yang, makanya si pembunuh mendadak jadi mencurigai seseorang.

Selesai makan mie di hari selanjutnya, Mian Tang sengaja menyuruh Bibi Li pergi untuk menjemput kereta kuda mereka. 

Namun biarpun tidak ada Bibi Li, Mian Tang tahu kalau dia sedang dikuntit pengawal bayangan. Makanya saat mata-mata kecilnya, Luzi, datang dengan berakting mengemis minta uang, Mian Tang pun berakting seolah dia sedang mengasihani si pengemis kecil itu.

Padahal Luzi diam-diam memberinya informasi tentang si pembunuh yang berada di kedai teh terdekat. Dia setiap hari berada di sana untuk mengawasi Kedai Arak Qingchen. Sepertinya orang itu belum menyadari kehadiran Mian Tang, maka Mian Tang pun menyuruh Luzi untuk terus mengawasi si pembunuh itu.

Luzi dengan membuntutinya dengan mudah, karena siapa juga yang akan mencurigai seorang pengemis kecil. Dari sinilah, Luzi kemudian melihat si pembunuh mendapat kabar bahwa Raja Huaiyang sudah menemukan mayat-mayat itu dan sekarang sedang mencari keberadaan Qiulin Xian. Pastinya, mereka juga berniat untuk menemukan Qiulin Xian lebih dulu daripada Xing Zhou.

Qiulin Xian sendiri sekarang ini sedang bersembunyi di sebuah rumah bordir dengan dibantu salah satu wanita penghibur di sana, namun dia tetap nekat untuk keluar karena dia perlu untuk bertemu Mian Tang.
Sayangnya, germo tempat itu sempat melihat Qiulin Xian dan langsung melaporkan itu ke Xing Zhou. 

Si wanita penghibur berusaha melindungi dan berbohong tentang Qiulin Xian. Sayangnya, Xing Zhou tetap bisa mendapatkan petunjuk tentang keberadaan Qiulin Xian dari beberapa barang yang tercecer di sekitar kamarnya. 

Qiulin Xian, Lagi-lagi, menyamar sebagai peramal untuk bertemu Mian Tang.  Mereka  bisa bicara dengan mudah karena Bibi Li sedang sibuk dengan peramal lain di sebelah.

Mian Tang mulai pun menceritakan segala kejadian yang dia alami dan memperingatkan Qiulin Xian tentang si pembunuh saat tiba-tiba saja pasukannya Xing Zhou muncul di tempat itu.

Xing Zhou jelas curiga saat menemukan Mian Tang ada di sana, tapi saat dia melihat si peramal, orang itu bukan Qiulin Xian. Untungnya mereka bergerak cepat sehingga Xing Zhou tidak curiga. Namun Qiulin Xian sebenarnya belum pergi, melainkan bersembunyi di bawah meja.

Mian Tang kemudian mengundangnya untuk diramal bersama tentang masa depan pernikahan mereka. Peramal yang ini adalah peramal asli yang bisa membaca wajah, dan begitu melihat wajah mereka berdua, dia langsung menyatakan bahwa mereka berdua adalah pasangan yang ditakdirkan. Pfft!

Saat Mian Tang mengocok stik ramalan, yang keluar sebenarnya adalah ramalan keberuntungan. Namun karena stik ramalan itu terjatuh ke lantai (disengaja), Qiulin Xian diam-diam menggantinya menjadi stik ramalan tentang keburukan.

Si Peramal pun menyatakan bahwa ini artinya masa depan mereka tidak jelas. Kemungkinan pernikahan mereka akan hancur. Apakah mereka berdua saling menyembunyikan sesuatu dari satu sama lain?

Xing Zhou dan Mian Tang sontak kompak berbohong menyangkal. Kalau begitu, si Peramal menduga bahwa mereka sebenarnya saling mencintai tapi mereka tidak cukup jujur terhadap satu sama lain sehingga lama kelamaan, mereka akan saling menjauh.

"Lalu apakah ada cara mengubahnya?" tanya Xing Zhou.

"Ini adalah takdir langit. Namun, manusia bisa mengubah takdir. Selama kalian berdua tulus kepada satu sama lain, akan ada cara untuk membuat pihak lain kembali."

Mendengar itu, Xing Zhou langsung menyatakan pada Mian Tang bahwa dia akan jujur pada Mian Tang, dan Mian Tang pun membalasnya dengan menyatakan hal yang sama.

Bersambung ke episode 19

Post a Comment

0 Comments