Walaupun tahu kalau Xing Zhou berbohong, tapi Mian Tang memutuskan untuk diam saja untuk saat ini. Perasaannya galau karena di sisi lain, dia juga sadar bahwa selama ini Xing Zhou selalu memperlakukannya dengan sangat baik dan tulus.
Begitu Xing Zhou pergi lagi, Mian Tang mengundang Bibi Li untuk minum-minum bersamanya. Dia beralasan bahwa dia ingin minum-minum bersama Bibi Li sebagai ungkapan terima kasih atas jasa Bibi Li yang selama ini menjaganya dengan baik, padahal setelah meminum arak itu, Bibi Li langsung pingsan.
Pada saat yang bersamaan, Xing Zhou mengundang Gubernur Xizhou makan malam bersamanya dengan sok ramah. Pelayannya Gubernur menyajikan arak padanya, Xing Zhou curiga ada racun, tapi setelah dites dengan jarum perak, ternyata aman.
Mereka sok berbasa-basi sebentar sebelum kemudian Xing Zhou pun mulai membahas tentang penyelundupan bijih besi, pelakunya adalah seseorang dari Kekaisaran Qi, hanya saja dia belum tahu siapa. Dia tidak asal bicara, A Gushan sendiri yang mengakuinya.
Gubernur agak gugup mendengar semua itu. Namun jelas dia tidak tampak khawatir. Kenapa?... Karena dia sudah merencanakan segalanya dan saat ini para anak buahnya sedang berusaha membunuh A Gushan di penjara.
Malah dengan cepat dia mulai sombong, mengira Xing Zhou tidak akan mungkin bisa membawa A Gushan datang ke sini. Namun dia tidak sadar bahwa Xing Zhou juga tidak sebodoh yang dia pikir.
Tentu saja Xing Zhou sudah bisa memperkirakan segala tindakannya, dan tak lama kemudian, anak buahnya Xing Zhou datang dengan membawa A Gushan yang berhasil dia selamatkan dan seorang anak buahnya Gubernur.
Gubernur mendadak terbatuk-batuk melihat itu. Errr, tapi agak aneh juga sih. Batuk-batuknya sepertinya bukan cuma karena gugup, tampaknya dia benar-benar sakit, makanya dia buru-buru pamit pulang.
Begitu tiba di rumah, dia bergegas menyuruh istrinya untuk berkemas, mereka harus segera pergi ke Huizhou untuk meminta perlindungan dari Raja Sui.
Namun bahkan sebelum mereka sempat melakukan apa pun, batul-batuknya Gubernur mendadak menjadi semakin parah hingga dia muntah darah lalu mati seketika. Ah, dia diracuni! Dia berencana membungkam A Gushan, tapi tidak sadar bahwa dirinya sendiri adalah target utama yang perlu dibungkam oleh atasannya.
Begitu mendengar kematian Gubernur, Xing Zhou jadi khawatir akan adanya korban lain yang akan dibungkam. Tapi siapa target selanjutnya?
Setelah membuat Bibi Li pingsan, Mian Tang pergi ke Biro Pengawal Pingyuan, tempat yang seketika membuka kembali semua ingatannya karena dulu, dialah yang menjalankan Biro Pengawal Pingyuan ini.
Dia sangat dihormati oleh para pengawal di tempat ini dan mereka hidup dan bekerja di sini selayaknya keluarga sendiri. Ingatan masa lalu itu begitu indah sehingga refleks membuat senyum Mian Tang merekah.
Dan ya, dulu biro pengawal mereka inilah yang dipilih untuk mengantarkan Bijih Besi. Bahkan Mian Tang sendiri yang dulu membicarakan kerja sama ini, namun jelas mereka belum mengerti sisi gelap dari bisnis ini.
Salah satu keluarga yang bekerja bersamanya di sana adalah orang yang saat ini sedang diselidiki oleh Xing Zhou, yaitu Qiulin Xian, Pamannya Mian Tang.
Saat Mian Tang masuk, tidak tampak ada orang di sana, tapi tepat saat itu juga, seorang nenek melihatnya dan sontak menyambutnya dengan bahagia sekaligus rindu.
Mian Tang langsung mengenalinya dari ingatan masa lalunya, dia adalah Nenek Zhao. Nenek Zhao dengan gembira membawanya masuk dan memberinya sebutir jeruk kesukaan Mian Tang dan memberitahu bahwa semua orang sekarang ini sedang tidur, makanya sepi.
Nenek dengan riang keluar sebentar untuk membangunkan semua orang dan menyambut kembalinya Mian Tang. Namun saat dia baru memberitahu masalah ini pada salah satu pengawal, tiba-tiba saja si pengawal mendengar suara-suara langkah kaki banyak orang yang menerobos masuk kemari, lalu dengan cepat membantai semua orang.
Gawat! Mereka berada dalam bahaya. Si pengawal langsung menyusul Mian Tang untuk membawanya pergi dari sana. Namun saat mereka baru membuka pintu, mereka malah menyaksikan seorang pembunuh membunuh Nenek Zhao.
Shock, Mian Tang hampir saja keluar, sontak saja si pengawal langsung memukulnya sampai pingsan sebelum mereka ketahuan. Para pembunuh itu membunuh semua pengawal tanpa ampun dan mencari-cari siapa pun yang mungkin bersembunyi.
Pimpinan mereka yang tadinya membunuh Nenek Zhao, hampir saja membuka salah satu kotak besar yang dia curigai. Memang, Mian Tang disembunyikan di sana.
Makanya kemudian si Pengawal langsung maju menyerang mereka sebelum mereka sempat membuka kotak itu. Namun tentu saja si Pengawal bukan tandingan mereka dan mereka menghabisinya dengan cepat.
Setelah menggeledah setiap sudut rumah itu dan tidak mendapati seorang pun lagi, mereka pun akhirnya pergi. Mian Tang pun selamat.
Tidak ada seorang pun yang bisa membantunya mengeluarkannya dari kotak itu, tapi untungnya tendangannya cukup kuat untuk menghancurkan tutup kotak berat itu.
Dia keluar dengan sedih dan putus asa namun tak menemukan satu pun mayat karena para pembunuh itu sudah membereskan segalanya dengan rapi sebelum mereka pergi.
Namun kejadian barusan membuatnya kembali ingat siapa pimpinan pembunuh tadi, dia mengingatnya dari bekas luka di tangan orang itu. Orang itu adalah orang yang sama yang dulu memutus urat nadinya dan menendangnya ke jurang.
Bukan cuma itu saja, semua ingatannya mulai pulih satu demi satu. Dari sinilah, diketahui bahwa ternyata dulu Mian Tang tidak pernah diculik bandit Gunung Yang.
Dia tidak mau menikah dengan Cui Jiu, makanya dia dan pamannya merencanakan sandiwara diculik bandit di tengah jalan. Sejak awal, dia memang ingin hidup bersama Zi Yu di Gunung Yang.
Dia dan Zi Yu saling mengenal dari Qiulin Xian. Demi menyembunyikan identitasnya yang sebenarnya, Mian Tang kemudian menciptakan karakter bernama Lu Wen.
Jadi sebenarnya, bandit penguasa Gunung Yang bernama Lu Wen itu adalah Mian Tang itu sendiri dan bukan Zi Yu. Rumor bahwa dirinya adalah selirnya Lu Wen adalah rumor yang dia sebar sendiri.
Jadi selama ini Xing Zhou tidak pernah tahu bahwa lawannya sebenarnya adalah Mian Tang. Dia tidak sadar bahwa lawan tangguh yang selalu dia incar, sebenarnya justru ada di hadapannya. Mian Tang pulalah orang bertopeng kayu yang pernah memanah Xing Zhou dulu.
Saat Xing Zhou cs akhirnya tiba di sana, sudah tidak ada siapa-siapa. Semua buku besar pun sudah curi. Walaupun tidak ada mayat dan air hujan menghapus semua jejak, namun bau amis darah tetap tercium kental di udara. Awalnya dia hampir tidak menyadarinya, namun kemudian dia melihat benda itu, payung yang sama dengan yang dimiliki Mian Tang.
Xing Zhou pun langsung memerintahkan para anak buahnya untuk mencari kereta pengawalan yang hilang, sedangkan dirinya sendiri bergegas pulang untuk mencari Mian Tang.
Dia hanya mendapati Bibi Li yang ketiduran di meja yang jelas saja membuatnya jadi semakin curiga. Namun setelah beberapa kali teriak-teriak memanggilnya, Mian Tang mendadak muncul dari dapur dalam keadaan sudah bersih, kering, dan menyambutnya dengan penuh senyum seperti biasanya, sama sekali tidak tampak seperti orang yang baru saja keluar dari bahaya.
Mian Tang sudah mengatur segalanya sehingga dia terlihat seolah dia sedang memasak sup pereda mabuk sedari tadi. Bahkan saat Xing Zhou menanyakan masalah payungnya, Mian Tang santai menepis kecurigaannya dengan menunjukkan payung yang sama persis karena payung dengan model seperti ini sebenarnya umum di kota ini.
Untungnya Xing Zhou akhirnya percaya dan langsung memeluknya sembari meminta maaf atas pikirannya yang terlalu berlebihan.
Tak lama kemudian saat mereka berbaring bersama, Mian Tang mencoba menanyainya tentang masa lalu mereka. Seperti biasanya, Xing Zhou awalnya berusaha menghindar, tapi karena Mian Tang terus mendesak, akhirnya dia berceloteh bohong tentang masa lalu mereka.
Tentu saja karena dia bohong, beberapa ceritanya tidak koheren antara satu dengan yang lain, tapi dia selalu pintar cari-cari alasan untuk menyambungkan setiap cerita.
Intinya, dulu hubungan mereka agak canggung awalnya, mereka jarang komunikasi karena dia jarang pulang karena pekerjaannya. Namun mereka hidup dengan rukun. Setelah hubungan mereka semakin menguat, dia pun jadi sering pulang. Mian Tang selalu menunggunya pulang dan menyiapkan makanan untuknya.
Dia juga mengklaim bahwa Mian Tang sering membuatkannya sulaman dan berbagai macam barang lainnya untuknya. Pokoknya, kehidupan rumah tangga mereka sangat baik, harmonis dan romantis.
Semakin lama celotehannya benar-benar terasa seperti cerita nyata hingga dia sendiri hanyut oleh kebohongan manisnya hingga dia tertidur nyenyak, tidak sadar Mian Tang sedang menatapnya dengan perasaan berkecamuk menyadari dia sudah banyak berbohong padanya selama ini.
Mian Tang langsung keluar ke halaman belakang sambil menangis sedih hingga dia muntah darah. Setelah menenangkan hatinya, Mian Tang mulai menulis nama-nama orang-orang dan segala kejadian yang semuanya saling terhubung dalam hidupnya.
Pamannya selamat dari tragedi pembantaian itu, tapi dia tidak tahu di mana beliau berada sekarang. Sedangkan orang yang selama setahun terakhir ini dia anggap sebagai suaminya, siapa sebenarnya dia?
Namun dipikir-pikir, Cui Jiu itu jelas punya kekuasaan besar sehingga bisa berbuat hal seperti ini di Zhenzhou. Apakah dia orang kepercayaan Raja Huaiyang?... Ataukah... dialah Raja Huaiyang itu sendiri?
Bersambung ke episode 18
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam