Tak lama kemudian, tiba-tiba terjadi keributan di luar toko obat. Dua orang wanita, yang satunya sedang hamil besar, sedang berdebat dengan salah satu istri seorang prajurit.
Si wanita hamil kesal tidak terima karena mereka menduduki rumahnya. Sebelumnya rumah ini diurus oleh para pelayannya, namun kemudian para pelayannya pergi mengungsi setelah terjadi perang sehingga rumah ini kosong, tidak disangka sekarang malah seenaknya dipakai sama mereka tanpa izin.
Namun masalahnya, si wanita hamil ini berasal dari Suku Rong yang sekarang ini adalah musuh mereka. Makanya si istri prajurit juga tidak terima, ngotot menegaskan bahwa wilayah ini sekarang sudah menjadi milik Kerajaan Qi.
Dia bahkan langsung maju untuk merebut surat kepemilikan rumah si wanita hamil yang otomatis membuat si wanita hamil jatuh terduduk yang berakibat pada kandungannya.
Masalahnya mereka juga belum memiliki tabib saat ini, tempat ini juga terpencil dan cuma ada toko obatnya Mian Tang. Jadi Mian Tang pun cuma bisa memberinya obat penenang kandungan dan menyuruh wanita itu untuk tinggal saja di sini untuk sementara.
Mian Tang penasaran di mana suaminya dan kenapa dia nekat bepergian jauh dalam kondisi hamil besar seperti ini. Wanita itu dengan canggung mengaku bahwa dia tidak punya keluarga, namun pada Mian Tang yang merupakan satu-satunya orang yang mau menolongnya, dia sangat ramah dan memperkenalkan namanya, Lin Si Yue, dan berjanji akan membalas kebaikan Mian Tang padanya suatu hari nanti.
Sepanjang perjalanan, Zhao Quan memperhatikan He Zhen sebenarnya agak ketakutan, apalagi saat tak sengaja melihat tulang belulang manusia di tengah jalan, tapi dia berusaha menutupinya dengan gaya angkuhnya seperti biasanya.
Saat mereka tengah beristirahat, Zhao Quan memberinya arak dengan alasan untuk menghangatkan badan. Namun tak lama setelah He Zhen meminumnya, pandangan matanya mengabur sebelum kemudian pingsan. Ah, Zhao Quan sengaja memberinya obat tidur.
Saat akhirnya He Zhen terbangun tak lama kemudian, dia refleks mengira Zhao Quan berbuat hal tak senonoh padanya, tapi pada akhirnya malah bingung sendiri mendapati dirinya berada di kereta kuda dalam perjalanan kembali ke Kota Lingquan.
Kusir memberitahunya bahwa Zhao Quan sudah pergi sendiri membawa beberapa pengawal pribadinya untuk mengawal karavan ke Gerbang Jinjia. Zhao Quan khawatir Ayahnya He Zhen akan mengkhawatirkan putrinya, makanya Zhao Quan mengirimnya pulang duluan. (Aww, so sweet Zhao Quan)
Sebentar lagi mereka akan berperang sungguhan, para prajurit pun sudah berpamitan dengan keluarga masing-masing, tinggal Xing Zhou yang belum pamitan pada Mian Tang.
Keesokan harinya, Xing Zhou memutuskan untuk menemui Mian Tang, berniat mengatakan semua kebenarannya pada Mian Tang. Dia tiba di depan toko obat bersamaan dengan Lin Si Yue yang baru keluar. Lin Si Yue meliriknya dengan agak keheranan dan Xing Zhou langsung memalingkan muka.
Namun dia terlalu tegang untuk to the point pada Mian Tang dan akhirnya bertele-tele menanyakan tentang si wanita hamil tadi, dan jadilah Mian Tang mulai bercerita panjang lebar tentang wanita itu.
Lin Si Yue datang ke Kerajaan Qi untuk menikah, mengira dirinya adalah nyonya keluarga, namun ternyata cuma seorang selir yang ditempatkan di luar kediaman utama pria itu.
Pria itu seorang pedagang yang menggunakan perdagangannya untuk menipu keluarga di dalam kediamannya dan keluarga lain yang dia pelihara di luar kediamannya.
Lin Si Yue baru mengetahui kebenarannya setelah mengetahui bahwa dia hamil. Karena emosi, akhirnya dia berinisiatif mengajukan cerai. Pfft! Cerita hidupnya agak mirip Mian Tang.\
Xing Zhou jadi canggung... "Kau sepertinya sangat bersimpati padanya."
"Aku salut padanya. Mengalami hal yang tercela dan konyol seperti ini, dia tidak berkompromi dan hidup secara diam-diam, juga tidak dibutakan oleh cinta. Sebaliknya, dia memberikan suaminya surat perceraian dan mencari cara untuk menghidupi diri sendiri."
Mian Tang mendadak penasaran, apa sebenarnya jabatan Xing Zhou di militer sekarang? Soalnya waktu dia tanya-tanya ke prajurit penjaga desa, mereka malah bilang kalau mereka tidak mengenal perwira bernama Cui Jiu.
Kesempatan nih, sudah saatnya bicara jujur. Xing Zhou hampir saja mau bilang bahwa dia sebenarnya adalah Raja Huaiyang, tapi omongannya tersela saat itu juga oleh kedatangan Zhao Quan. Pfft! Batal deh rencana Xing Zhou, terpaksa sekarang dia harus meneruskan sandiwara ini. Zhao Quan beralasan kalau dia datang kemari untuk menjadi tabib militer.
Tak lama kemudian, Zhao Quan sudah teler setelah sebelumnya nyerocos mabuk bahwa meskipun Xing Zhou mati di medan perang, Mian Tang bisa tetap tenang karena Kediaman Raja Huaiyang yang akan menjaganya.
Mian Tang tidak curiga apa pun dengan itu dan hanya berpikir kalau Zhao Quan cuma ngelantur omong kosong dan dia jadi kesal sama Zhao Quan karena ngomong sembarangan.
Xing Zhou meyakinkan bahwa omongan Zhao Quan itu ada benarnya. Raja Huaiyang itu welas asih dan akan menjaga keluarga dari prajurit yang berkorban.
Mian Tang berkomentar bahwa Raja Huaiyang dan Xing Zhou tuh sama banget (Emang!). Raja Huaiyang membatalkan pernikahannya dengan Bing Lan, sedangkan Xing Zhou menceraikan istrinya.
Mereka berdua sama-sama menggunakan alasan mengabdi pada negara untuk menangani wanita semau mereka sendiri. Ya setidaknya Xing Zhou lebih baik sih karena dia langsung sadar dan memperbaiki kesalahannya. Raja Huaiyang jauh lebih buruk.
Dia dengar bahwa Raja Huaiyang tuh punya banyak kasus tentang wanita. Dia sudah punya tunangan yang sudah lama bertunangan, tapi malah menggoda wanita lain.
Pfft! Tapi yang dia pikirkan adalah He Zhen, mengira bahwa Raja Huaiyang tuh mempermainkan dan menyakiti hati He Zhen. Dia yakin sekali bahwa Raja Huaiyang juga mempermainkan banyak wanita lain selain He Zhen.
"Furen, bagaimana kalau Raja Huaiyang sadar kalau dia salah?"
"Raja lahir dengan status mulia dan tumbuh dewasa dengan dihormati semua orang. Dia tentu berada di ketinggian, sama sekali tidak tahu bagaimana cara menghormati wanita, juga tidak akan mengerti perasaan wanita. Mana mungkin dia tahu salah. Kau jangan membela Raja kalian lagi."
Eh, Mian Tang baru ingat kalau Xing Zhou tadi kan mau mengatakan sesuatu sebelum Zhao Quan datang. Dia bilang dia siapanya Raja Huaiyang?
Waduh! Xing Zhou bingung, dia ingin jujur, tapi sedetik kemudian mendadak berubah pikiran dan akhirnya cuma bilang bahwa dia adalah pengawas militernya Raja Huaiyang, kelompok informasi rahasia, bertugas untuk menyelidiki informasi. Makanya namanya tidak diketahui oleh prajurit lainnya.
Saat Zhao Quan bangun, dia mendapati dirinya berada di barak militernya Xing Zhou dan melihat Xing Zhou mendapat banyak surat keluarga yang isinya rata-rata mengomelinya tentang tindakannya yang sembarangan membatalkan pernikahan dengan Bing Lan dan membuat Bing Lan menangis sedih setiap hari.
Makanya dia dituntut untuk menjelaskan pada Bing Lan. Jika tidak, Bing Lan mengancam tidak akan menikah seumur hidup. Kelihatannya dari Ibu Ratu, tapi jelas-jelas surat-surat ini ditulis oleh Ibunya Bing Lan.
Xing Zhou kesal. Keluarga Lian itu benar-benar pengkhianat tidak tahu terima kasih. Kalau dia sampai menikahi Bing Lan, maka dia bakalan harus menikahi seluruh Keluarga Lian. Belum menikah saja mereka terus menerus merecokinya, minta jabatan ini dan itu, apalagi kalau mereka sampai menikah. Beuh!
Zhao Quan menyarankannya untuk segera mengatasi masalah ini. Jika tidak, maka selamanya Xing Zhou tidak akan bisa bicara jujur pada Mian Tang.
Ucapannya benar, Xing Zhou pun langsung menulis surat balasan untuk Bing Lan. Namun dia tidak akan bicara jujur pada Mian Tang sekarang, karena dia harus mengatasi masalah keluarganya dulu sampai tuntas, baru setelah itu dia bisa bicara jujur pada Mian Tang.
Bersambung ke episode 15
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam